Wewenang dan Larangan terhadap Notaris

24 1. Warga Negara Indonesia 2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 3. Berumur paling rendah 27 dua puluh tujuh tahun 4. Sehat jasmani dan rohani 5. Berijazah Sarjana Hukum dan lulusan jenjang Strata Dua Kenotariatan 6. Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan Notaris dalam waktu 12 dua belas bulan berturut-turut pada kantor Notaris atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulusan strata dua kenotariatan; dan 7. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat Negara, advokat, atau tidak sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang untuk dirangkap dengan Jabatan Notaris.

1. Wewenang dan Larangan terhadap Notaris

Wewenang merupakan suatu tindakan hukum yang diatur dan diberikan kepada suatu jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur jabatan yang bersangkutan. Pasal 15 ayat 1 UUJN menegaskan bahwa salah satu kewenangan Notaris yaitu membuat akta secara umum 26 , hal ini disebut kewenangan umum Notaris dengan batasan sepanjang: 1. Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang ditetapkan oleh undang-undang. 26 Menurut Lubbers yang dikutip dalam buku, Hukum Notaris Indonesia bahwa Notaris tidak hanya mencatat saja ke dalam bentuk akta, tapi juga mencatat dan menjaga, artinya mencatat saja tidak cukup, harus dipikirkan juga bahwa akta itu harus berguna dikemudian hari jika terjadi keadaan yang khas. Universitas Sumatera Utara 25 2. Menyangkut akta yang harus dibuat atau wewenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh aturan hukum atau dikehendaki oleh yang bersangkutan. 3. Mengenai subjek hukum orang atau badan hukum untuk kepentingan siapa akta itu dibuat atau dikehendaki oleh yang berkepentingan. Berdasarkan wewenang yang ada pada Notaris sebagaimana tersebut dalam Pasal 15 UUJN dan kekuatan pembuktian dari akta Notaris, maka ada 2 dua kesimpulan yaitu: 1. Tugas jabatan Notaris adalah memformulasikan keinginantindakan para pihak ke dalam akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku. 2. Akta Notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sehingga tidak perlu dibuktikan atau ditambah dengan alat bukti lainnya, jika ada orangpihak yang menilai atau menyatakan bahwa akta tersebut tidak benar, maka orangpihak yang menilai atau menyatakan tidak benar tersebut wajib membuktikan penilaian atau pernyataannya sesuai aturan. Pasal 15 ayat 2 mengatur mengenai kewenangan khusus Notaris untuk melakukan tindakan hukum tertentu, seperti : 1. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; 2. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; 3. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan; Universitas Sumatera Utara 26 4. Melakukan pengesahan kecocokkan fotokopi dengan surat aslinya; 5. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta 6. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau 7. Membuat akta risalah lelang. Pasal 51 UUJN menyatakan bahwa Notaris berwenang untuk membetulkan kesalahan tulis danatau kesalahan ketik yang terdapat pada minuta akta yang telah ditandatangani. Pembetulan tersebut dilakukan dengan membuat berita acara dan memberikan catatan tentang hal tersebut pada Minuta Akta asli dengan menyebutkan tanggal dan nomor berita acara pembetulan. Salinan akta berita acara tersebut wajib disampaikan kepada para pihak. Notaris dalam melakukan tugas melaksanakan jabatannya dengan penuh tanggung jawab dengan menghayati keluhuran martabat jabatannya dan dengan keterampilannya melayani kepentingan masyarakat yang meminta jasanya dengan selalu mengindahkan ketentuan undang-undang. Pasal 16 UUJN menegaskan kewajiban Notaris yaitu : 1. Dalam menjalankan jabatannya, Notaris berkewajiban : a. Bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum; b. Membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari Protokol Notaris; c. Mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta. Universitas Sumatera Utara 27 d. Memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya; e. Merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpahjanji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain; f. Menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 satu bulan menjadi buku yang memuat tidak lebih dari 50lima puluh akta, dan jika jumlah akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku; g. Membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat berharga; h. Membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan akta setiap bulan; i. Mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu 5 lima hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya; j. Mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir bulan; Universitas Sumatera Utara 28 k. Mempunyai capstempel yang memuat lambang Negara Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan dan tempat kedudukan yang bersangkutan; l. Membacakan Akta dihadapan peghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 dua orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi dan Notaris. m. Menerima magang calon Notaris. 2. Menyimpan Minuta Akta sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b tidak berlaku, dalam hal Notaris mengeluarkan akta dalam bentuk originali 3. Akta originali sebagaimana dimaksud pada ayat 2 adalah akta : a. Pembayaran uang sewa, bunga dan pensiun; b. Penawarann pembayaran tunai; c. Proses terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat berharga; d. Akta kuasa; e. Keterangan kepemilikan atau; f. Akta lainnnya berdasarkan peraturan perundang-undangan. 4. Akta originali sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat dibuat lebih dari 1 satu rangkap, ditandatangani pada waktu, bentuk dan isi yang sama, dengan ketentuan pada setiap akta tertulis kata-kata “berlaku sebagai satu dan satu berlaku untuk semua”. 5. Akta originali yang berisi kuasa yang belum diisi nama penerima kuasa hanya dapat dibuat dalam 1 satu rangkap. Universitas Sumatera Utara 29 6. Bentuk dan ukuran capstempel sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf k ditetapkan dengan Peraturan Menteri. 7. Pembacaan akta sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf 1 tidak wajib dilakukan, jika penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami isinya dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta dalam setiap halman Minuta Akta di paraf oleh penghadap, saksi dan Notaris. 8. Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf 1 dan ayat 7 tidak dipenuhi, akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan. 9. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 8 tidak berlaku untuk pembuatan akta wasiat. Pasal 17 ayat 1 UUJN mengatur tentang larangan Notaris yang bertujuan untuk menjamin kepentingan dan memberi kepastian hukum kepada masyarakat yang memerlukan jasa Notaris. Pasal 17 UUJN tersebut menegaskan bahwa Notaris yang memangku jabatan dan menjalankan jabatannya dilarang : a. Menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya b. Meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 tujuh hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang sah c. Merangkap sebagai pegawai negeri d. Merangkap jabatan sebagai pejabat Negara e. Merangkap jabatan sebagai advokat Universitas Sumatera Utara 30 f. Merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau Badan Usaha Swasta g. Merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah di luar wilayah jabatan Notaris h. Menjadi Notaris pengganti i. Melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama, kesusilaan atau yang dapat mempengaruhi dan martabat jabatan Notaris.

B. Notaris Sebagai Pejabat Umum

Sungguh pun pasal 1868 BW tersebut hendak mencoba memberikan batasan atau defenisi mengenai akta otentik, namun tidak menjelaskan siapa yang dimaksud dengan pejabat umum, juga tidak menjelaskan sampai dimana batas wewenangnya dan tempat dimana ia berwenang, serta bagaimana bentuk dari suatu akta yang ditentukan oleh undang-undang, oleh karena itu pasal 1868 BW belum jelas dan lengkap mengatur siapa yang dimaksud dengan pejabat umum, maka pembentuk undang-undang menjabarkannya kedalam suatu peraturan khusus, peraturan yang dimaksud yaitu Undang-Undang nomor :30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris UUJN. 27 Apabila menurut peraturan umum, disebut secara umum tentang akta otentik, berarti harus diartikan akta Notaris, kecuali memang secara tegas dikecualikan kepada dan menjadi wewenang pejabat lain atau oleh peraturan umum, ditegaskan 27 Sjafurrachman dan Habib Adjie, op. cit.hal. 61. Universitas Sumatera Utara 31 juga diberikan wewenang untuk itu membuat akta otentik kepada pejabat lain, namun apabila menurut peraturan umum,disebut secara umum tentang “pejabat umum” itu berarti harus diartikan Notaris. Dalam hal ada peraturan umum atau undang-undang yang juga memberikan wewenang kepada pejabat lain untuk membuat akta otentik , bukanlah berarti bahwa mereka itu kemudian jadi pejabat umum. Pengecualian-pengecualian tersebut dapat dilihat pada ketentuan pasal 4 KUH Perdata, yang selengkapnya dirumuskan sebagai berikut, “dengan tak mengurangi ketentuan pasal 10 ketentuan-ketentuan perundang-undangan di Indonesia, bagi orang-orang bangsa Eropa diseluruh Indonesia ada register buat kelahiran, pemberitahuan kawin, izin kawin, perkawinan, perceraian, dan kematian, pegawai- pegawai yang diwajibkan menyelenggarakan register-register tersebut, dinamakan pegawai catatan sipil”. 28 Pengecualian kewenangan dari Notaris sebagai pejabat yang berhak membuat akta otentik menurut pasal 4 KUH Perdata diperkuat oleh pendapat Tan Thong Kie bahwa : Seorang Notaris boleh membuat semua akta dalam bidang Notariat, tetapi dia tidak boleh membuat berita acara pelanggaran lalu lintas atau keterangan kelakuan baik yang semuanya wewenang kepolisian, ia juga tidak boleh membuat akta perkawinan, akta kematian, akta kelahiran bukan akta kenal 28 Pasal 4 KUH Perdata Universitas Sumatera Utara 32 lahir atau akta van bekendneid yang kesemuanya adalah wewenang pegawai kantor catatan sipil, walaupun akta kenal biasanya dibuat oleh pegawai kantor catatan sipil. 29 Adapun akta-akta yang pembuatannya juga ditugaskan kepada pejabat lain atau oleh undang-undang dikecualikan pembuatannya dari Notaris antara lain: a Akta pengakuan anak di luar kawin, 30 b Akta berita acara tentang kelalaian pejabat penyimpan hipotik, c Akta berita acara tentang penawaran pembayaran tunai dan konsinyasi, 31 d Akta protes wesel dan cek, e Akta catan sipil. Untuk pembuatan akta-akta yang dimaksud dalam angka 1 sampai angka 4 disamping merupakan wewenang pejabat lain, Notaris masih tetap berwenang membuat akta-akta tersebut, artinya baik Notaris maupun pejabat lain yang bukan Notaris sama-sama mempunyai kewenangan untuk membuat akta otentik tersebut, akan tetapi mereka yang bukan Notaris hanya untuk perbuatan itu saja, yaitu yang secara tegas sudah diatur dalam undang-undang, sebagaimana disebutkan pada angka 5 Notaris tidak turut berwenang membuatnya, dan hanya oleh pegawai kantor catatan sipil saja yang berwenang membuat akta-akta tersebut.

C. Kekuatan Pembuktian Akta Notaris

Menurut pendapat umum yang dianut pada setiap akta otentik demikian juga pada akta Notaris mempunyai 3 tiga kekuatan pembuktian yaitu : 29 Tan Thong Kie, studi Notariat dan serba-serbi Praktek Notaris, Ichtiar baru Van Hoeve, Jakarta,2007,hal,95. 30 Pasal 281 dan Pasal 1227 KUH Perdata 31 Pasal 143,Pasal 218, Pasal 1405 dan Pasal 1406 KUH Dagang Universitas Sumatera Utara 33

1. Kekuatan Pembuktian Lahiriah