Kasus Posisi Prinsip Kemandirian Notaris Dalam Pembuatan Akta Otentik

41 perusahaan. Persaingan yang sengit mendorong setiap Notaris melakukan “strategi jemput bola” karena jika mereka hanya menunggu klien datang ke kantor, mereka akan kalah bersaing dengan Notaris lain yang lebih agresif “menggarap pasar”. Fenomena ini sudah sering terjadi. 36 Dalam mewujudkan prinsip kemandirian Notaris dalam pembuatan akta otentik, sudah saatnya seorang Notaris memperhatikan apakah fungsinya sebagai Notaris atau sebagai PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah sehingga tidak simpang siur dalam pelayanannya sebagai pejabat umum. Hal ini dapat kita kaji dalam bentuk kasus posisi di bawah ini.

1. Kasus Posisi

Bahwa berdasarkan Putusan pengadilan Negeri Medan No.2601Pid2003PN.Mdn 37 bahwa ketika SK salah seorang pemegang saham PT.Sumatera Match Factory datang ke kantor Notaris LG, dimana SK selaku pemegang saham rencananya akan menjual sebidang tanah berikut bangunan dengan sertifikat HGB No.120TG.mulia. Kemudian LG menjelaskan kepada SK agar diselenggarakan dulu RUPS Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, dan di 36 www.ditjenhau.kemenkumham.go.id.,oleh Dr.Drs. Widodo Suryandono,SH,MH. Diakses tanggal 16 april 2013 37 Bahwa dalam perkara ini Notaris tersebut dapat diduga telah melakukan kesewenang- wenangan, kelalaian karena seharusnya Notaris tersebut selaku orang yang dipercaya oleh kliennya untuk menyetorkan pembayaran pajak-pajak yang telah dipercayakan pengurusannya terhadap Notaris tersebut akan tetapi yang terjadi Notaris tersebut telah sewenang-wenang dengan tidak menyetorkannya akan tetapi menfiktifkan setoran pajak tersebut. Universitas Sumatera Utara 42 dalam RUPS tersebut agar diputuskan untuk menjual asset berupa tanah dan bangunan sesuai sertifikat HGB No.120TG.Mulia. Setelah RUPS diselenggarakan, maka SK yang mewakili pihak penjual, mempertemukan Notaris LG dengan saksi korban CS dan HK yang merupakan calon pembeli. Setelah bertemu maka pihak penjual dan pihak pembeli sepakat dengan harga tanah dan bangunan yang akan dibeli sebesar Rp.1.000.000.000,- satu milyar rupiah. Setelah jual beli terjadi, akta jual beli belum dibuat karena masih menunggu peninjauan objek tanah, sehingga pihak penjual dan pihak pembeli meminta LG untuk mengurus proses jual beliperalihan dan mengurus pembayaran mengenai biaya-biaya pajak BPHTB dan PPH. Atas permintaan tersebut, LG mengatakan bahwa biaya pengurusan sebesar Rp.660.000.000,- enam ratus enam puluh juta rupiah dengan perincian pembayaran pajak sebesar Rp.600.000.000,- enam ratus juta rupiah dan jasa bagi LG sebesar Rp.60.000.000,- enam puluh juta rupiah. Kemudian pada hari itu juga yaitu tanggal 25 april 2002, saksi korban CS dan HK menitipkan 1 satu lembar cek No.C114577 dari Bank X dengan nominal sebesar Rp.660.000.000,- enam ratus enam puluh juta sesuai dengan permintaan LG. setelah cek tersebut diterima oleh LG, kemudian keesokan harinya pada tanggal 6 april 2002. LG segera mencairkan cek tersebut ke bank X Medan. Setelah cek tersebut cair, LG tidak segera mengurus protes peralihan dan balik nama sertifikat HGB No.120.TG.Mulia dan LG tidak membayarkan pajak-pajak yang berhubungan dengan proses peralihan dan balik nama sertifikat, akan tetapi LG menyuruh anak buahnya MS berkas perkara terpisah untuk mengurus penerbitan Universitas Sumatera Utara 43 SPPT PBB Th.2002 dan mengurus peralihan dan balik nama sertipikat HGB No,120TG.Mulia kepada FH berkas perkara terpisah dengan mengecilkanmenurunkan nilai BPHTB dan PPH. Biaya pengurusan yang diminta oleh FH adalah Rp.500.000.000,- lima ratus juta rupiah, namun sebelum LG memutuskan untuk mengurus pengurusan peralihan dan balik nama sertipikat HGB No.120TG.Mulia dan pembayaran pajak-pajaknya kepada FH, datanglah SA berkas perkara terpisah dan mengatakan bahwa ia dapat mengurus pengurusan peralihan dan balik nama sertipikat HGB No.120TG.Mulia dan pembayaran pajak-pajaknya dengan biaya keseluruhan Rp.300.000.000,- tiga ratus juta rupiah, karena menurut LG pengurusan melalui SA lebih murah, maka LG memutuskan untuk mengurus pengurusan peralihan dan balik nama setipikat HGB No.120TG.Mulia tersebut kepada SA dan akhirnya LG menyerahkan uang yang dicairkan dari Bank X kepada MS sebanyak Rp.100.000.000,- seratus juta rupiah untuk kemudian diserahkan kepada FH sebagai uang tutup mulut dan untuk penerbitan SPPT PBB Th.2002. Setelah pengurusan diserahkan kepada SA, maka LG menugaskan MS untuk mengetik Akta Jual Beli dengan PPAT atas nama MA,SH dengan lampirkan foto copy SPPT PBB Th.2002 senilai Rp.12.636.144.000,- dua belas milyar enam ratus tiga puluh enam juta seratus empat puluh empat ribu rupiah yang LG peroleh dari FH atas nama saksi korban CS dan HK, surat setoran BPHTB dengan nilai Rp.600.307.200,- enam ratus juta tiga ratus tujuh ribu dua ratus ribu rupiah dan SSP final atas nama PT. Sumatera Match Factory sebesar Rp.601.807.200,- enam ratus satu juta delapan ratus tujuh ribu dua ratus rupiah. Universitas Sumatera Utara 44 Setelah Akta Jual Beli dan dan lampiran-lampirannya siap, maka LG memanggil para pihak yaitu: saksi korban CS dan HK sebagai pihak pembeli PA, SK sebagai pihak penjual dengan saksi-saski RS dan MS untuk masin-masing menandatangani Akta Jual Beli pada saat ditandatangani belum bernomor dan bertanggal, namun karena LG belum menjabat PPAT, maka Akta Jual beli tersebut ditandatangani oleh NotarisPPAT MA,SH dengan biaya sebesar Rp.10.000.000,- sepuluh juta rupiah, dimana biaya tersebut LG serahkan kepada MS untuk selanjutnya diberikan kepada Notaris PPAT MA,SH. Setelah Akta Jual Beli tersebut ditanda tangani oleh seluruh pihak, maka LG menyiapkan Akta Jual Beli tersebut dengan lampiran sertipikat HGB No.120TG.Mulia asli kepada NotarisPPAT MA,SH, maka SA mengambil kembali Akta Jual Beli tersebut beserta lampiran-lampirannya untuk dimasukkan ke BPN kota Medan dengan terlebih dahulu SA membuat mengisi sendiri dengan mesin tik listrik Surat Setoran BPHTB fiktif atas nama saksi korban CS dan HK dengan nilai Rp.159.831.500,- seratus lima puluh sembilan juta delapan ratus tiga puluh satu lima rastus rupiah, SSP final fiktif dengan nilai Rp.161.331.500,- seratus enam puluh satu juta tiga ratus tiga puluh satu lima ratus rupiah dan SSPPT PBB Th.2002 fiktif senilai Rp.3.226.630.000,- tiga milyar dua ratus dua puluh enam juta enam ratus tiga puluh ribu rupiah,- Setelah berkas-berkas tersebut siap, maka SA memasukkan berkas tersebut ke BPN Kota Medan dengan menyerahkan pengurusannya kepada saksi LH. Kemudian HL meminta biaya pengurusan peralihan dan balik nama sebesar Rp.25.000.000,- Universitas Sumatera Utara 45 dua puluh lima juta rupiah dan menjanjikan proses peralihan dan balik namanya akan siap dalam waktu 2 dua hari. Keesokan harinya SA meminta biaya pengurusannya untuk HL kepada LG sebanyak Rp.50.000.000,- lima puluh juta rupiah dan setelah proses peralihan dan balik nama seritpikat HGB No.120TG.Mulia selesai, maka SA mengambil sertipikat asli tersebut ke BPN kemudian diserahkannya kepada LG dan oleh LG, sertipikat HGB No.120TG.Mulia asli yang telah beralih nama itu langsung diserahkan kepada saksi korban HK akan tetapi bukti-bukti pembayaran dari pajak pajak yang berhubungan dengan prose peralihan dan balik nama seritpikat itu, tidak LG serahkan kepada saksi korban, akan tetapi hanya diperlihatkan saja dihadapan saksi korban dengan tujuan mengelabui saksi korban seakan-akan pajak sebenarnya tinggi dan dapat diusahakan oleh LG menjadi rendah. Selanjutnya pada tanggal 29 mei 2003 saksi korban CS dan HK telah menerima surat dari BPN Kota Medan Nomor.600.73605.PKM2003 yang isinya adalah bukti setoran pajak BPHTB sejumlah Rp.159.831.500,- seratus lima puluh sembilan juta delapan ratus tiga puluh satu ribu lima ratus rupiah SSP Final senilai Rp.161.331.500,- seratus enam puluh satu juta tiga ratus tiga puluh satu ribu lima ratus rupiah atas nama saksi korban CS dan HK meminta menjumpai LG untuk meminta kembali uang yang telah diterima oleh LG dari saksi korban, akan tetapi LG terus menghindar dan mengelak dari tanggung jawab, sedangkan uang yang diterima dari saksi korban telah habis dipergunakan oleh LG, sehingga akibat perbuatan LG Universitas Sumatera Utara 46 tersebut, saksi korban menderita kerugian sebesar Rp.660.000.000,- enam ratus enam puluh juta rupiah.

2. Wujud Kemandirian Notaris