81
adanya persetujuan Majelis Pengawas Daerah, dalam bentuk keputusann ketua Majelis Pengawas Daerah berdasarkan keputusann rapat pleno Majelis Pengawas
Daerah dan bersifat final dan mengikat bagi penyidik, sedangkan penyitaan terhadap minuta akta, surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta dan protokol Notaris dalam
penyimpanan Notaris tidak diperlukan lagi persetujuan pengadilan dan hanya persetujuan Majelis Pengawas Daerah dalam bentuk keputusann ketua Majelis
Pengawa Daerah berdasarkan putusan rapat pleno Majelis Pengawas Daerah yang bersifat final dan mengikat.
85
E. Lembaga Pengawas Notaris
Sejak berlakunya Undang-undang Nomor30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, pengawasan Notaris tidak lagi dilakukan oleh pengadilan negeri sesuai
wilayah kerja Notaris yang bersangkutan berada.
86
Ada dua lembaga yang berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap Notaris, yaitu lembaga Majelis Pengawas
Notaris yang dibentuk oleh menteri dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam rangka pelaksanaan pengawasan terhadap
85
Hubungan pasal 112 KUHAP dan pasal 66 UUJN haruslah dipahami dengan menggunakan parameter asas lex specialist derogate lex generalis artinya undang-undang khusus mengesampingkan
undang-undang yang bersifat umum, syarat utama yang harus dipenuhi adanya kesamaan tingkat perundang-undangan yang berlaku seperti undang-undang dengan undang. Berdasarkan parameter ini,
ketentuan Pasal 112 KUHAP baru dapat diterapkan jika dapat dipenuhi persetujuan Majelis Pengawas Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 UUJN.
Pasal 36 undang-undang Nomor 5 tahun 2004, tentang perubahan undang-undang Nomor 14 tahun 1945 tentang Mahkamah Agung menyatakan: Mahkamah Agung dan pemerintah melakukan
pengawasan atas penasehat hukum dan Notaris. Pasal 36 ini belum pernah dicabut baik dengan undang-Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004, namun sejak 14 februari 2005 Mahkamah Agung
bukan lagi sebagai lembaga yang mengawasi Notaris, karena berdasarkan Keputusann Mahkamah Konstitusi Nomor: 067PUUII2004 dinyatakan pasal 36 undang-undang Nomor 5 Tahun 2004
tentang perubahan atas undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Universitas Sumatera Utara
82
Notaris,
87
dan Dewan Kehormatan yang merupakan salah satu dari alat perlengkapan organisasi Notaris dalam hal ini Ikatan Notaris Indonesia. Kedua lembaga tersebut
berwenang untuk mengawasi Notaris sampai dengan penjatuhan sanksi bagi Notaris yang dinyatakan melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
88
Terdapat perbedaan
kewenangan antara
kedua lembaga
tersebut dikarenakan keduanya terbentuk dari lembaga yang berbeda, namun keduanya tetap
tidak dapat dipisahkan dari keberadaan organisasi Notaris. Dewan kehormatan dan Majelis Pengawas Notaris merupakan dua lembaga
yang berbeda dan mempunyai kewenangan yang berbeda pula dalam hal pelaksanaan pengawasan bagi Notaris. Dewan kehormatan Notaris dibentuk sebagai alat
perlengkapan organisasi Ikatan Notaris Indonesia, sedangkan Majelis Pengawas Notaris dibentuk oleh menteri yang membawahi bidang kenotariatan, maka dewan
kehormatan berwenang untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas pelanggaran kode etik organisasi yang tidak berkaitan secara langsung dengan
masyarakat atau hanya bersifat internal organisasi saja, sedangkan Majelis Pengawas Notaris berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelanggaran
jabatan Notaris, dan kode etik jabatan Notaris apabila berkaitan langsung dengan masyarakat yang menggunakan jasa Notaris, meskipun dalam kewenangan masing-
masing tercantum bahwa kedua lembaga tersebut berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran kode etik Notaris. Namun
87
Pasal 67 ayat 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentan Jabatan Notaris.
88
Ibid.hal.262.
Universitas Sumatera Utara
83
lingkup kewenangannya berbeda berdasarkan bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris. Maka Dewan Kehormatan bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas
pelanggaran yang dilakukan telah merugikan klien atau masyarakat, maka Majelis Pengawas Notaris yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan. Namun demikian,
Dewan Kehormatan tetap bertugas untuk membantu Majelis pengawas Notaris dalam hal pemeriksaan pelanggaran kode etik dan jabatan Notaris. Mengenai Ikatan Notaris
Indonesia yang merupakan organisasi Notaris, tidak terlepas dari pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan pelanggaran kode etik dan jabatan Notaris. Hal ini
dikarenakan Dewan Kehormatan merupakan alat perlengkapan organisasi dan dalam keanggotaan majelis pengawas Notaris terdapat unsur organisasi Notaris, sehingga
peran organisasi Notaris ini terlihat baik dalam pengawasan secara internal, maupun dalam pengawas dan pemeriksaan pelanggaran kode etik dan jabatan Notaris yang
berkaitan langsung dengan masyarakat diluar lingkup internal organisasi.
1. Dewan Kehormatan
Dewan kehormatan merupakan salah satu alat perlengkapan organisasi Notaris Indonesia dan terdiri dari tiga tingkat yaitu ditingkat pusat, wilayah dan daerah.
Anggota Dewan Kehormatan disetiap tingkat tersebut berjumlah tiga sampai dengan lima orang yang dipilih dalam rapat anggota berupa kongres ditingkat pusat,
konfrensi wilayah ditingkat propinsi dan konfrensi daerah ditingkat kota atau kabupaten. Keberadaan lembaga Dewan Kehormatan diatur dalam anggaran dasar
Ikatan Notaris Indonesia. Selanjutnya mengenai tugas dari Dewan Kehormatan
Universitas Sumatera Utara
84
sebagaimana tercantum dalam Pasal 12 ayat 3 anggaran dasar Ikatan Notaris Indonesia adalah :
Melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik,
Memeriksa dan mengambil keputusann atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan
kepentingan masyarakat langsung: Memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas atas dugaan
pelanggaran kode etik jabatan Notaris.
89
Dewan Kehormatan merupakan alat perlengkapan perkumpulan atau lembaga yang bersifat otonom dalam arti bebas atau mandiri di dalam mengambil keputusann,
yang mempunyai tugas dan kewajiban untuk memeberikan bimbingan dan melakukan pengawasan
dalam pelaksanaan
semua peraturan
kode etik
oleh anggota
perkumpulan. Tugas dan kewajiban untuk melakukan pembinaan bimbingan dan pembenahan anggota perkumpulan dalam hal ini Notaris tidak diberikan kepada
Majelis Pengawas, tetapi menjadi kewenangan dewan kehormatan. Tugas lain dari dewan kehormatan ialah memberikan dan mengambil keputusan atas dugaan
pelanggaran kode etik yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung.
89
Ibid.hal.263.
Universitas Sumatera Utara
85
Kode etik yang diatur dalam pasal 13 Anggaran Dasar Ikatan Notaris Indonesia merupakan perintah dari pasal 83 ayat 1 UUJN.
90
2. Majelis Pengawas Notaris
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menentukan bahwa pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan Notaris dilakukan oleh Menteri
yang membawahi bidang kenotariatan dan dalam pelaksanaan pengawasan tersebut menteri membentuk suatu lembaga tersendiri yang disebut Majelis Pengawas Notaris.
Mengenai Majelis Pengawas menurut UUJN memberi batasan sebagai suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan, pembinaan dan
pengawasan terhadap Notaris. Pengertian pengawasan dalam ketentuan ini termasuk pembinaan yang dilakukan oleh menteri terhadap Notaris.
91
Pengawasan itu sendiri adalah kegiatan yang bersifat preventif dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan
yang dilakukan oleh Majelis Pengawas terhadap Notaris. Sebelum ditetapkan dan berlakunya UUJN pengawasan terhadap Notaris
diatur dalam berbagai macam peraturan perundang-undangan antara lain: 1.
Pasal 32 jo Pasal 54 Undang-undang Nomor 13 tahun 1965 entang Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan Mahkamah Agung.
2. Undang-Undang Nomor 33 tahun 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil Notaris
Sementara.
90
Pasal 83 ayat 1 UUJN “organisasi Notaris menetapkan dan menegakkan kode Etik Notaris”.
91
Penjelasan pasal 67 ayat 1 undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Universitas Sumatera Utara
86
3. Pasal 54 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum yang
telah dirubah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004. 4.
Pasal 36 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. 5.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1949 tentang sumpahjanji Jabatan Notaris.
6. Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1984
tentang Tata Cara Pengawasan Terhadap Notaris. 7.
Keputusann bersama ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: KMA006SKBVII1987, Nomor :
M.04-PR.08.05 Tahun 1987 tentang Tata Cara Pengawasan Penindakan dan Pembelaan diri Notaris.
8. Keputusann Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.13-HT.03.10
Tahun 1993, tanggal 24 Februari 1993 tentang Peembinaan Notaris. 9.
Pasal 50 sampai dengan pasal 60 Reglement of Het Notaris Ambt in Indonesia Peraturan Jabatan Notaris.stb 1863 Nomor.3.
92
Objek yang diawasi Majelis Pengawas adalah perilaku Notaris dan pelaksanaan jabatan
Notaris. Pengawasan terhadap perilaku Notaris adalah pengawasan atau tindakan mengamat-amati serta mengumpulkan data tentang
tindakan atau perbuatan Notaris dalam melaksanakan kewajiban, kewenangan, dan menjauhi larangannya. Pelaksanaan jabatan Notaris dimaksudkan adalah penerapan
92
Ibid.hal.268.
Universitas Sumatera Utara
87
jabatan Notaris, apakah jabatan Notaris difungsikan atau tidak dalam pelayanan kepada masyarakat.
Majelis Pengawas ini dibentuk oleh menteri dalam rangka pelaksanaan pengawasan terhadap Notaris yang terdiri atas:
a. Majelis Pengawas Daerah, yang dibentuk dan berkedudukan di Kabupaten atau Kota
b. Majelis Pengawas Wilayah, yang dibentuk dan berkedudukan di Propinsi dan c. Majelis Pengawas Pusat yang dibentuk dan berkedudukan di Ibu Kota Negara.
Setiap Majelis beranggotakan sembilan orang, yang terdiri dari tiga unsur, yaitu unsur pemerintah, unsur organisasi Notaris, dan unsur akademisahli, masing-
masing sebanyak tiga orang. Adapun antara lain melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan Notaris termasuk melakukan merangkap anggota, dan tujuh
orang anggota serta dibantu oleh seorang sekretaris. Tugas sekretaris Majelis Pengawas Wilayah, ialah:
a. menerima dan membukukan surat-surat yang masuk maupun keluar, b. membantu ketuawakil ketua anggota,
c. membantu majelis pemeriksa dalam proses persidangan, d. membuat berita acara persidangan majelis pemeriksa wilayah,
e. membuat notula rapat majelis pengawas wilayah, f. membuat salinan putusankeputusann,
g. menyampaikan salinan putusan keputusann, h. menyiapkan laporan kepada majelis pengawas pusat, dan
Universitas Sumatera Utara
88
i. menyiapkan rencana kerja dan anggaran tahunan yang ditujukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan tembusan
kepada majelis pengawas pusat.
93
1. Majelis Pengawas Daerah
a. Kewenangan
Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran kode etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris, melakukan pemeriksaan
terhadap protokol Notaris secara berkala satu kali dalam satu tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu, memberikan izin cuti untuk waktu sampai enam bulan,
menetapkan Notaris
pengganti dengan
memperhatikan usul
Notaris yang
bersangkutan, menentukan tempat penyimpanan protokol Notaris yang pada saat protokol Notaris telah berumur 25 tahun atau lebih, menunjuk Notaris yang akan
bertindak sebagai pemegang protokol Notaris yang diangkat sebagai pejabat Negara, menerima laporan masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran kode etik
Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam undang-undang jabatan Notaris, membuat dan menyampaikan laporan tentang hal-hal diatas kepada Majelis Pengawas
Wilayah.
94
b. Kewajiban
Mencatat pada buku daftar yang termasuk dalam, protokol Notaris dengan menyebutkan tanggal pemeriksaan, jumlah akta serta jumlah surat dibawah tangan
93
Ibid.hal.269.
94
Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
Universitas Sumatera Utara
89
yang disahkan dan dibukukan yang dibuat sejak tanggal pemeriksaan terakhir, membuat berita acara pemeriksaan dan menyampaikannya kepada majelis pengawas
wilayah setempat, dengan tembusan kepada Notaris yang bersangkutan, organisasi Notaris dan majelis pengawas pusat, merahasiakan isi akta dan hasil pemeriksaan,
menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan daftar lain dari Notaris dan merahasiakannya,
memeriksa laporan
masyarakat terhadap
Notaris dan
menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada majelis pengawas wilayah dalam waktu tiga puluh hari, dengan tembusan kepada pihak yang melaporkan, Notaris yang
bersangkutan, majelis pengawas pusat dan organisasi Notaris, menyampaikan permohonan banding terhadap keputusann penolakan cuti.
95
2. Majelis Pengawas Wilayah
a. Kewenangan
Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan atas laporan
masyarakat yang disampaikan
melalui Majelis pengawas Wilayah,
memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan atas laporan diatas, memberikan izin cuti untuk waktu lebih dari enam bulan sampai dengan satu tahun,
memeriksa dan memutus atas keputusann majelis pengawas daerah yang menolak cuti yang diajukan Notaris pelapor, memberikan sanksi berupa teguran lisan atau
tertulis, mengusulkan pemberian sanksi terhadap Notaris kepada majelis pengawas pusat berupa pemberhentian sementara tiga bulan sampai enam bulan atau
95
Pasal 71 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
Universitas Sumatera Utara
90
pemberhentian dengan tidak hormat, membuat berita acara atas setiap keputusann penjatuhan sanksi atau usulan pemberian sanksi sebagaimana tersebut diatas.
96
b. Kewajiban
Menyampaikan keputusann sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 ayat 1 huruf a, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f kepada Notaris yang bersangkutan dengan
tembusan kepada majelis pengawas pusat dan organisasi Notaris, dan menyampaikan pengajuan banding Notaris kepada Majelis Pengawas pusat terhadap penjatuhan
sanksi dan penolakan cuti.
97
3. Majelis Pengawas Pusat
Majelis pengawas Pusat Notaris beranggotakan sembilan orang terdiri atas satu orang ketua merangkap anggota, satu orang wakil ketua pemeriksaan.
Tugas ketua Majelis Pengawas Pusat: 1. berwenang bertindak untuk dan atas nama serta mewakili majelis pengawas pusat
didalam maupun diluar pengadilan, 2.
membentuk majelis pemeriksaan pusat, 3.
menerima laporan majelis pengawas wilayah secara berkala setiap enam bulan sekali pada bulan Agustus dan Februari.
Tugas wakil ketua Majelis Pengawas Pusat: Dalam hal ketua berhalngan sesuai dengan keputusann rapat majelis pengawas
pusat, wakil ketua berwenang bertindak untuk dan atas nama serta mewakili majelis
96
Pasal 73 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
97
Pasal 74 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
Universitas Sumatera Utara
91
pengawas pusat didalam maupun diluar pengadilan termasuk melaksanakan tugas ketua yaitu membentuk majelis pemeriksa.
98
a. Kewenangan
Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusann dalam tingkat banding terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti, memanggil
Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan, menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara dan mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan tidak
hormat kepada menteri.
99
b. Kewajiban
Menyampaikan keputusann atas penyelenggaraan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusann dalam tingkat banding terhadap penjatuhan sanski dan
penolakan menteri dan Notaris yang bersangkutan dengan tembusan kepada majelis pengawas wilayah dan pengawas daerah yang bersangkutan serta oragnisasi
Notaris.
100
F. Hak Ingkar Notaris
Telah menjadi suatu asas hukum publik bahwa seorang pejabat umum, sebelum dapat menjalankan jabatannya dengan sah, harus terlebih dahulu
mengangkat sumpah atau diambil sumpahnya, selama hal ini dilakukan, maka jabatan itu tidak boleh dan tidak dapat dijalankan dengan sah. Untuk jabatan Notaris asas ini
98
Ibid.hal.270.
99
Pasal 77 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
100
Pasal 79 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang jabatan Notaris.
Universitas Sumatera Utara
92
dinyatakan dalam pasal 4 UUJN ayat 1.
101
Apabila diperhatikan isi sumpah jabatan Notaris, maka perlu ditegaskan sampai berapa jauh rahasia jabatan Notaris itu, hal ini
penting mengingat rahasia jabatan Notaris mempunyai hubungan yang erat dengan hak ingkar dari Notaris, terutama di dalam menentukan mengenai hal-hal mana
Notaris harus mempergunakan hak ingkarnya. Dalam sumpah jabatan Notaris dinyatakan bahwa, Notaris bersumpah akan merahasiakan isi akta dan keterangan
yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan dan akan patuh pada UUJN khususnya pasal 54 UUJN, yang menyatakan bahwa Notaris hanya dapat memberikan,
memperlihatkan, atau memberitahukan isi akta, grosse akta, salinan akta atau kutipan akta kepada orang yang memperoleh hak, kecuali ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan. Pengertian dari akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh
dalam melaksanakan jabatan, tidak hanya untuk tidak memberitahukan atau membocorkan isi akta-akta, akan tetapi termasuk juga untuk tidak memberikan grosse
akta, salinan akta atau kutipan akta dan juga tidak memperlihatkan isi akta sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 54 UUJN kecuali dilakukan kepada orang-
orang yang langsung berkepentingan, para ahli waris dan para penerima hak mereka. Kewajiban untuk merahasiakannya, selain diharuskan undang-undang juga
oleh Notaris itu sendiri. Seorang Notaris yang tidak dapat membatasi dirinya akan mengalami akibatnya didalam praktek, ia akan segera kehilangan kepercayaan publik
dan tidak lagi dianggap sebagai seorang kepercayaan.
101
Sebelum menjalankan jabatannya, Notaris wajib mengucapkan sumpahjanji menurut agamanya dihadapan Menteri atau pejabat lainnya.
Universitas Sumatera Utara
93
Jabatan Notaris sebagai jabatan kepercayaan dengan sendirinya melahirkan kewajiban itu, kewajiban itu akan berakhir apabila pada umumnya ada suatu
kewajiban menurut hukum bicara yakni apabila seseorang dipanggil untuk memberikan kesaksian dimuka pengadilan baik dalam proses perdata maupun dalam
proses pidana. Sekalipun demikian kewajiban Notaris masih dapat merahasiakannya dengan mempergunakan hak yang diberikan kepadanya berdasarkan ketentuan pasal
1909 ayat 2 angka 3 e KUH Perdata dan pasal 170 KUH Pidana dan mengundurkan diri sebagai saksi apabila mereka menggunakan hak ingkarnya. Hak
ingkar merupakan pengecualian terhadap ketentuan umum yang menyatakan bahwa setiap orang yang cakap memberikan saksi berkewajiban memberikan kesaksian
dimuka Pengadilan, baik dalam proses perdata maupun dalam proses pidana. Mengenai hak ingkar Notaris ini hal penting yang perlu dibahas adalah apakah
hak ingkar ini merupakan suatu hak untuk tidak bicara atau suatu kewajiban untuk tidak bicara. Hal ini penting untuk diketahui dalam hubungannya dengan berbagai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku antara lain dalam hubungannya dengan ketentuan pasa 1909 ayat 1 KUH Perdata dan pasal 322 KUH Pidana dan pasal 4
ayat 2, pasal 16 ayat 1 huruf e UUJN dan Pasal 54 UUJN. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kiranya tidak perlu
diragukan lagi bahwa bagi Notaris tidak ada kewajiban untuk memberikan kesaksian yakni sepanjang yang menyangkut isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam
pelaksanaan jabatan.
102
102
Op.cit..hal.254.
Universitas Sumatera Utara
94
Dalam hal Bank, akuntan publik, Notaris, konsultan pajak, kantor administrasi danatau pihak ketiga lainnya terikat oleh kewajiban untuk merahasiakan, untuk
keperluan pemeriksaan penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan, kewajiban merahasiakan tersebut ditiadakan, kecuali untuk Bank,
kewajiban merahasiakan ditiadakan atas permintaan tertulis dari Menteri Keuangan. Namun tidak serta merta dapat diperlakukan ketentuan pasal tersebut melainkan
untuk hal itu diperlukan permintaan tertulis dari Direktorat Jenderal Pajak dan dengan kewajiban bagi yang bersangkutan untuk merahasiakan apa yang diketahuinya
didalam menjalankan tugas itu. Jadi, dalam hal Notaris terpaksa melanggar kewajiban merahasiakan
pengetahuannya karena suatu ketentuan undang-undang yang mengharuskan Notaris harus memberikan kesaksiannya, maka Notaris tidak dapat disalahkan melanggar
Pasal 322 KUH Pidana berdasarkan Pasal 50 KUH Pidana yang menyatakan orang yang melakukan tindaka pidana menjalankan undang-undang tidak dapat dipidana.
Dalam hubungannya dengan hak ingkar Notaris ini perlu diketahui, bahwa kewajiban Notaris untuk merahasiakan isi aktanya maupun hal-hal yang diketahuinya
sehubungan dengan jabatannya yang tidak dicantumkan dalam akta, akan tetapi mempunyai kaitan dengan isi aktanya, bukan diletakkan kepada Notaris oleh para
pihak dalam akta, akan tetapi oleh undang-undang, sehingga sekalipin para pihak memberikan persetujuan kepada Notaris untuk membocorkan atau memberitahukan
isi akta yang dibuatnya itu Notaris tetap dapat mempergunakan hak ingkarnya.
Universitas Sumatera Utara
95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN