Wujud Kemandirian Notaris Prinsip Kemandirian Notaris Dalam Pembuatan Akta Otentik

46 tersebut, saksi korban menderita kerugian sebesar Rp.660.000.000,- enam ratus enam puluh juta rupiah.

2. Wujud Kemandirian Notaris

Jabatan Notaris merupakan jabatan kepercayaan, maka keluhuran serta martabat jabatan Notaris harus dijaga, baik ketika menjalankan tugas jabatan maupun perilaku kehidupan Notaris sebagai manusia secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi martabat jabatan Notaris. 38 Sehingga wujud dari kemandirian Notaris itu tercermin dalam menjalankan tugas dan jabatannya, dimana hasil dari pekerjaan Notaris itu sendiri dalam hal pembuatan akta otentik, atau dalam hal menjalankan kewenangannya sebagai Notaris, Notaris tersebut bekerja secara benar dan professional sesuai dengan perintah Undang-Undang, tanpa ada pengaruh dan paksaan, dari pihak-pihak lain. Sehingga akta yang dibuat oleh Notaris tersebut tidak menimbulkan sengketa bagi para pihak yang menghadap dikemudian hari, serta tidak ada timbul tuntutan hukum akibat dari pembuatan akta itu sendiri dan tidak memberikan keuntungan untuk satu pihak saja. Memang kewenangan Notaris itu terbatas, akan tetapi akibat dari perilaku hidup dimasyarakat mengharuskan Notaris itu diharapkan mampu memberikan solusi dalam menjawab segala persoalan hukum yang timbul, berdasarkan pengetahuan hukum yang dimilikinya. Sebab berdasarkan kewenangan yang ada pada Notaris sudah saatnya untuk berada selangkah di depan dalam mengantisipasi kemajuan zaman dan melakukan pembaharuan 39 . Oleh karena itu Notaris harus mampu menjadi penasihat hukum bagi setiap orang yang datang 38 Habib Adjie,op.cit.,hal.68 39 Habib Adjie,op,cit.,hal 52. Universitas Sumatera Utara 47 menghadap kepadanya demi memberikan saran dan jawaban dari persolan hukum yang terjadi, seiring dari tujuan yang akan dicapai dari keberadaan lembaga Notariat adalah untuk menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi masyarakat dalam lalu lintas hukum kehidupan masyarakat. 40 Oleh karena itu, berdasarkan kasus posisi diatas, apabila di kaitkan dengan prinsip kemandirian Notaris, sangatlah tidak terwujud. Dimana dalam kasus tersebut Notaris tersebut seolah-olah sudah bertindak layaknya sebagai PPAT, pada hal masih berkedudukan sebagai Notaris. Sehingga dengan berbagai cara dia berusaha telah menjadi penolong kepada pihak kliennya. Padahal sudah terjadi terjadi penggelapan Pajak BPHTB dan SSPPT PBB yang dilakukan oleh Notaris LG dan si Notaris sudah berubah fungsi layaknya soerang makelar. Apabila dikaitkan dengan kewenangan Notaris, seharusnya Notaris LG tidak memilik wewenang untuk melakukan pembayaran BPHTB dan PBB, akan tetapi kewajiban pembayaran BPHT adalah kewajiban wajib pajak 41 . Sah-sah saja Notaris dalam hal ini melakukan pembayaran BPHTB apabila ditinjau dari segi bentuk dari pelayanan publik Notaris, tapi yang menjadi kendala adalah pengurangan nilai dari BPHTB dan PBB serta timbulnya surat setoran BPHTB fiktif dan SSP PBB Th.2002 fiktif. Memang Notaris maupun Pejabat PPAT hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan pada saat setelah wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak BPHTB berupa surat setoran BPHTB. Seharusnya hal inilah yang menjadi dasar alasan dari Notaris LG untuk menolak para pihak yang akan melakukan jual beli 40 Sjaifurrachman dan Habib Adjie,op,cit.,hal 10. 41 Undang-Undang nomor.20 tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Atau Bangunan, Pasal.24. Universitas Sumatera Utara 48 dihadapan dia sebagai Notaris, akan tetapi memberikan saran dan masukan supaya jual beli itu dilakukan dihadapan PPAT. Sehingga dengan alasan ini, fungsi dia sebagai Notaris dan pemberi nasehat hukum dapat tercapai. Akibat dari perbuatan Notaris LG maka timbul kerugian bagi para pihak, yaitu satu sisi kerugian Negara timbul akibat adanya penggelapan pajak berupa pengurangan nilai BPHTB dan PBB, serta kerugian bagi pihak yeng melakukan jual beli. Sementara Notaris LG hanya menikmati keuntungan senilai uang jutaan rupiah akan tetapi jabatan dan profesinya tercoreng akibat perbuatan tersebut, sehingga Notaris LG tersebut telah melanggar prinsip kemandirian yang diharapkan kepada profesi tersebut dan mengabaikan kejujuran dalam profesi jabatan Notaris itu. Karena tugas Notaris adalah bersifat fungsi publik, tetapi objek tugasnya lebih bersifat keperdataan. Memang dalam prakteknya kebanyakan Notaris turut serta membayarkan BPHTB yang dimintakan oleh para klien Notaris tersebut. Bertujuan untuk mempermudah klien tersebut dalam proses pembayaran BPHTB dan menghemat waktu para klien Notaris itu sendiri. Asalkan pembayaran yang dilakukan Notaris yang bersangkutan sesuai dengan nilai yang harus dibayarkan sesuai dengan Undang- Undang yang berlaku serta tidak merugikan para klien Notaris tersebut. Hal itu merupakan pelayanan publik dari Notaris demi kepuasan klien itu sendiri serta tercapainya tujuan hukum. 42 42 Hasil wawancara dengan Bapak Syamsurizal A.Bispo,SH.SpN, Notaris dan PPAT daerah Kota Medan, pada tanggal 17 April 2013. Universitas Sumatera Utara 49

BAB III TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM MENJUNGJUNG TINGGI

PRINSIP KEMANDIRIAN NOTARIS

A. Kode Etik Jabatan Notaris

Jabatan yang diemban oleh Notaris adalah suatu jabatan kepercayaan yang diberikan oleh undang-undang dan masyarakat, untuk itulah Notaris bertanggung jawab untuk melaksanakan kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan selalu menjunjung tinggi etika dan martabat serta keluhuran jabatannya, sebab apabila hal tersebut diabaikan seorang Notaris maka akan berbahaya bagi masyarakat umum yang dilayaninya. Dalam hal menjalankan jabatannya seorang Notaris tidak cukup hanya memiliki keahlian hukum tetapi juga harus dilandasi tanggung jawab dan penghayatan terhadap keluhuran martabat dan etika. Menurut etimologi, kata etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti memiliki watak kesusilaan atau beradab. Etika adalah refleksi kritis, metodis, dan sistematis tentang tingkah laku manusia dari sudut baik dan buruk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 1998, Etika diberikan tiga arti yang cukup lengkap yaitu : 1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral akhlak 2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak 3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh satu golongan atau masyarakat umum 49 Universitas Sumatera Utara 50 Berdasarkan pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat dirumuskan pengertian etika yaitu : 1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah lakunya. 2. Etika juga berarti kumpulan asas atau nilai moral 3. Etika bisa pula dipahami sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk Dalam menjalankan jabatannya Notaris harus memenuhi seluruh kaedah moral yang telah hidup dan berkembang di masyarakat. Notaris harus memiliki tanggung jawab dan etika profesi dalam menjalankan jabatannya. Etika profesi adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh sekelompok orang yang disebut sebagai kalangan professional. Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pelayan masyarakat, seorang professional harus menjalankan jabatannya dengan menyelaraskan antara keahlian yang dimilikinya dengan menjunjung tinggi kode etik profesi. Adanya kode etik bertujuan agar suatu profesi dapat dijalankan dengan professional dengan motivasi dan orientasi pada keterampilan intelektual serta beragumentasi secara rasional dan kritis serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral. Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sesorang sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi 43 . Adapun yang menjadi fungsi kode etik profesi adalah : 43 http:youn13.blogspot.com200603etika-profesi-dan-tanggung-jawab.html diakses tanggal 3 juli 2011 Universitas Sumatera Utara 51 Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui sautu hal yang boleh dia lakukan dan yang tidak boleh dilakukan. 44 Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja kalangan sosial. 45 Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan. 46 Dalam kode etik Notaris Indonesia telah ditetapkan beberapa kaidah yang harus dipegang oleh Notaris, 47 diantaranya adalah : 1. Kepribadian Notaris, hal ini dijabarkan kepada : a. Dalam melaksanakan tugasnya dijiwai Pancasila, sadar dan taat kepada hukum peraturan jabatan Notaris, sumpah jabatan, kode etik Notaris dan berbahasa Indonesia yang baik. 44 Ibid 45 Ibid 46 Ibid 47 Putri A.R, Op.Cit.,hal.33 Universitas Sumatera Utara 52 b. Memiliki perilaku professional dan ikut serta dalam pembangunan nasional terutama sekali dalam bidang hukum c. Berkepribadian baik dan menjunjung tinggi martabat dan kehormatan Notaris baik didalam maupun di luar tugas jabatannya, 2. Dalam menjalankan tugas, Notaris harus : a. Menyadari kewajibannya, bekerja mandiri, jujur tidak berpihak dengan penuh rasa tanggung jawab, b. Menggunakan satu kantor sesuai dengan yang ditetapkan oleh undang-undang dan tidak membuka kantor cabang dan perwakilan dan tidak menggunakan perantara c. Tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi. 3. Hubungan Notaris dengan klien harus berlandaskan : a. Notaris memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan jasanya dengan sebaik-baiknya b. Notaris memberikan penyuluhan hukum untuk mencapai kesadaran hukum yang tinggi, agar anggota masyarakat menyadari hak dan kewajibannya, c. Notaris harus memberikan pelayanan kepada anggota masyarakat yang kurang mampu. 4. Notaris dan sesama rekan Notaris haruslah: a. Hormat menghormati dalam suasana kekeluargaan b. Tidak melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesama Universitas Sumatera Utara 53 c. Saling menjaga dan membela kehormatan dan korps Notaris atas dasar solidaritas dan sifat tolong menolong secara konstruktif. Mengenai perilaku sebagai Notaris, Ismail Shaleh menyatakan ada empat hal pokok yang harus diperhatikan yakni : 48 1. Mempunyai integritas moral yang mantap Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang Notaris harus mempunyai integritas moral yang mantap. Dalam hal ini segala pertimbangan moral harus melandasi pelaksanaan tugas profesinya, walaupun akan memperoleh imbalan jasa yang tinggi, namun sesuatu yang bertentangan dengan moral yang baik harus dihindarkan. 2. Harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri. Notaris harus jujur, tidak saja pada kliennya, juga pada dirinya sendiri. Notaris harus mengetahui akan batas-batas kemampuannya, tidak memberi janji-janji sekedar untuk menyenangkan kliennya atau agar klien tetap mau menggunakan jasanya. 3. Sadar akan batas-batas kewenangannya Notaris harus sadar akan batas-batas kewenangannya. Notaris harus menaati ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku tentang seberapa jauh ia bertindak dan apa yang boleh serta apa yang tidak boleh dilakukan. 4. Tidak semata-mata berdasarkan uang 48 Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hal.51 Universitas Sumatera Utara 54 Notaris harus tetap berpegang teguh pada rasa keadilan yang hakiki, tidak terpengaruh oleh jumlah uang, dan tidak semata-mata menciptakan alat bukti formal mengejar adanya kepastian hukum tetapi mengabaikan rasa keadilan. Kode etik Notaris adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia, berdasar keputusann Kongres Perkumpulan danatau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku serta wajib ditaati oleh setiap jabatan sebagai Notaris, termasuk didalamnya oleh Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus. Kode etik Notaris dengan tegas dan jelas menjabarkan sikap mental yang harus dimiliki seorang Notaris. 49 Kode etik Notaris telah diatur dan ditetapkan secara hukum melalui UUJN. Sebagai profesi hukum, Notaris harus professional dalam melayani masyarakat yang membutuhkan jasanya. 50 Notaris sebagai pejabat umum yang diberikan kepercayaan baik oleh Negara melalui peraturan perundang-undangan maupun oleh masyarakat yang membutuhkan jasanya, harus berpegang teguh tidak hanya pada undang-undang tetapi juga pada kode etik profesinya. Dalam Pasal 1 Kode Etik Notaris yang disyahkan di Jakarta pada tanggal 28 Januari 2005 tentang kepribadian dan martabat Notaris, 51 disebutkan bahwa : 1. Dalam melaksanakan tugasnya Notaris diwajibkan : 49 Ira Koessoemawati dan Yunirman Rijan, Op.Cit.,hal.51 50 Ibid, hal.52 51 Kode Etik Notaris, Pasal 1 Universitas Sumatera Utara 55 a. Senantiasa menjunjung tinggi hukum dan asas Negara serta bertindak sesuai dengan makna sumpah jabatan. b. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara 2. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, Notaris dengan kepribadian yang baik diwajibkan untuk menjunjung tinggi martabat jabatan Notaris dan sehubungan dengan itu tidak dibenarkan melakukan hal-hal dan atau tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan martabat dan kehormatan Jabatan Notaris. Adanya hubungan antara kode etik dan undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 menghendaki agar Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya sebagai pejabat umum, selain harus taat kepada undang-undang harus juga taat kepada kode etik profesi serta harus bertanggung jawab terhadap masyarakat dan Negara. Dalam melaksanakan tugas jabatannya Notaris didasarkan asas-asas 52 sebagai berikut : 1. Asas Kepastian Hukum Hukum bertujuan untuk mewujudkan kepastian dalam hubungan antar manusia, yaitu mencapai prediktabilitas dan juga bertujuan untuk mencegah bahwa hak yang terkuat yang berlaku. Kepastian hukum harus menjadi nilai bagi setiap pihak dalam sendi kehidupan, di luar Negara itu sendiri dalam penerapan hukum legislasi maupun yudikasi. Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya wajib berpedoman secara normatif kepada aturan hukum yang berkaitan dengan segala 52 Putri A.R.Op.Cit.,hal.22 Universitas Sumatera Utara 56 tindakan yang akan diambil untuk kemudian dituangkan dalam akta. Bertindak berdasarkan aturan hukum yang berlaku tentunya yang akan memberikan kepastian kepada para pihak bahwa akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris telah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku sehingga jika terjadi permasalahan akta Notaris dapat dijadikan pedoman oleh para pihak. 2. Asas Persamaan Persamaan mensyaratkan adanya perlakuan yang setara, dimana pada situasi sama harus diperlakukan dengan sama dan dengan perdebatan, dimana pada situasi yang berbeda diperlakukan dengan berbeda pula. Notaris dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya berdasarkan keadaan sosial-ekonomi atau alasan lainnya. Bahkan Notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu, yang mana hal ini diatur dalam Pasal 37 UUJN. Hanya alasan hukum yang boleh dijadikan dasar bahwa Notaris tidak dapat memberikan jasanya kepada yang menghadap Notaris. Menurut Habib Adjie, ada beberapa hal yang menjadi alasan Notaris menolak memberikan jasanya untuk membuat akta 53 : a. Apabila Notaris sakit sehingga tidak dapat memberikan jasanya jadi berhalangan karena fisik b. Apabila Notaris tidak ada karena cuti, jadi karena sebab yang sah 53 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004, Tentang Jabatan Notaris, PT. Refika Aditama, Bandung, 2008, hal.87 Universitas Sumatera Utara 57 c. Apabila Notaris karena kesibukan pekerjaannya tidak dapat melayani orang lain d. Apabila surat-surat yang diperlukan untuk membuat sesuatu akta tidak diserahkan kepada Notaris e. Apabila penghadap atau saksi instrumentair yang diajukan oleh penghadap tidak dikenal oleh Notaris atau tidak dapat diperkenalkan kepadanya f. Apabila yang berkepentingan tidak mau membayar bea materai yang diwajibkan g. Apabila karena pemberian jasa tersebut, Notaris melanggar sumpahnya atau malakukan perbuatan melanggar hukum h. Apabila pihak-pihak yang menghendaki bahwa Notaris membuat akta dalam bahasa yang tidak dikuasainya dengan bahasa yang tidak jelas, sehingga Notaris tidak mengerti apa yang dikehendaki oleh mereka. Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya wajib bertindak menjaga kepentingan para pihak yang terkait dalam perbuatan hukum dan wajib mengutamakan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban para pihak. Notaris dituntut untuk senantiasa mendengar dan mempertimbangan keinginan para pihak agar tindakannya dituangkan dalam akta Notaris, sehingga kepentingan para pihak terjaga secara proporsional yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk akta Notaris. 3. Asas Kepercayaan Universitas Sumatera Utara 58 Jabatan Notaris merupakan jabatan kepercayaan yang harus selaras dengan mereka yang menjalankan tugas jabatan Notaris sebagai orang yang dapat dipercaya. Notaris sebagai jabatan kepercayaan, wajib untuk menyimpan rahasia mengenai akta yang dibuatnya dan keteranganpernyataan para pihak yang diperoleh dalam pembuatan akta, kecuali undang-undang memerintahkannya untuk membuka rahasia dan memberikan keteranganpernyataan tersebut kepada pihak yang memintanya. Antara Jabatan Notaris dan Pejabatnya yang menjalankan tugas Jabatan Notaris harus sejalan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. 54 4. Asas Kehati-hatian Asas kehati-hatian ini merupakan penerapan dari Pasal 16 ayat 1 hurf a, antara lain dalam menjalankan tugas jabatannya Notaris wajib bertindak seksama. Notaris mempunyai peranan untuk menentukan suatu tindakan dapat dituangkan dalam bentuk akta atau tidak. 55 Notaris harus mempertimbangkan dan melihat semua dokumen yang diperlihatkan kepadanya, mendengarkan keterangan atau pernyataan para pihak. Keputusan tersebut harus didasarkan pada alasan hukum yang harus dijelaskan kepada para pihak. 5. Asas Profesionalitas Asas ini merupakan suatu persyaratan yang diperlukan untuk menjabat suatu pekerjaan profesi tertentu, yang dalam pelaksanaannya memerlukan ilmu 54 Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik, Bandung, Refika Aditama, 2008, hal.83 55 Putri A.R, Op.Cit.,hal.29 Universitas Sumatera Utara 59 pengetahuan, keterampilan, wawasan dan sikap yang mendukung sehingga pekerjaan profesi tersebut dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. 56 Profesionalisme dalam profesi Notaris mengutamakan keahlian keilmuan seorang Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan UUJN dan Kode Etik Jabatan Notaris. Tindakan profesionalitas Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya diwujudkan dalam melayani masyarakat dan akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris. Tindakan profesionalitas Notaris dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka tentunya seorang Notaris tidak boleh menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya berdasarkan UUJN. Penyalahgunaan wewenang dalam hal ini mempunyai pengertian yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh Notaris diluar dari tindakan diluar dari wewenang yang telah ditentukan. Jika Notaris membuat suatu tindakan diluar wewenang yang telah ditentukan maka tindakan Notaris dapat disebut sebagai tindakan penyalahgunaan wewenang. Jika tindakan seperti itu merugikan para pihak, maka para pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut Notaris yang bersangkutan dengan kualifikasi sebagai suatu tindakan hukum yang merugikan para pihak. Para pihak yang menderita kerugian dapat menuntut penggantian, biaya, ganti rugi dan bunga kepada Notaris. 57

B. Batas Pertanggung jawaban Notaris

Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Oleh karena itu, seorang Notaris dapat bertanggung jawab apabila dibuktikan bahwa Notaris tersebut bersalah. 56 Ibid.,hal.30 57 Ibid.,hal. 31 Universitas Sumatera Utara 60 Kemampuan bertanggung jawab merupakan keadaan normalitas psikis dan kematangan atau kecerdasan seseorang yang membawa kepada tiga kemampuan, yaitu: a. mampu untuk mengerti nilai dan akibat-akibatnya sendiri, b. mampu untuk menyadari bahwa perbuatan itu menurut pandangan masyarakat tidak diperbolehkan, c. mampu untuk menentukan nilai dalam melakukan perbuatan itu. Seorang Notaris seharusnya mengerti tentang nilai dan akibat perbuatan hukum yang dilakukannya, hal ini dikarenakan seorang Notaris tidak hanya mendapat pengetahuan secara teoritis, tetapi juga secara praktis dengan kemampuan teknis maupun teoritis tersebut. Maka seorang Notaris dipastikan memiliki kemampuan, bahkan sudah seharusnya bagi Notaris untuk mengerti sendiri nilai dan akibat-akibat dari pembuatan akta. 58 Hans Kelsen dalam bukunya membagi pertanggung jawaban menjadi empat macam, yaitu : 59 a. pertanggung jawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri, b. pertanggung jawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan orang lain, 58 Ibid,hal.176 59 Hans Kelsen, terjemahan Raisul Mutaqien,Teori Hukum Murni, Nuansa dan Nusamedia,Bandung,2006,hal.140. Universitas Sumatera Utara 61 c. pertanggung jawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian, d. pertanggung jawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak sengaja dan tidak diperkirakan. Mengenai perbuatan melanggar hukum oleh Notaris ini selain tunduk pada ketentuan pasal 1365 KUH Perdata, juga berlaku ketentuan pasal 1367 KUH perdata yaitu tanggung gugat karena kesalahan yang dilakukan oleh karyawan Notaris. Pasal 1367 ayat 1 KUH Perdata menyatakan: 60 Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada dibawah pengawasannya. Pasal 1367 ayat 3 KUH Perdata menyatakan: Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka didalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang itu dipakainya. 61 60 Pasal 1367 ayat 1 dan 2 KUH Perdata 61 Ibid,hal.186. Universitas Sumatera Utara 62 Substansi pasal-pasal diatas dapat memberikan pedoman, bahwa Notaris tidak saja bertanggung jawab atas kerugian yang dilakukan atas kesalahannya sendiri, tetapi juga bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh perbuatan- perbuatan hukum oleh karyawannya yang dilakukan dalam ruang lingkup tugasnya. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi agar Notaris bertanggung gugat atas kerugian yang disebabkan perbuatan melanggar hukum oleh karyawannya atau bawahannya adalah: a. adanya hubungan bawahan dan atasan, dalam hal ini harus ada orang yang menentukan kewenangan memberikan perintah intruksi pada yang lain, dan kewenangan ini dapat timbul dari perjanjian kerja, dan juga dapat lahir dari hukum publik b. tanggung jawab tersebut bergantung pada keadaan, bahwa perbuatan melanggar hukum itu dilakukan dalam melaksanakan tugas oleh bawahan. Majikan tidak hanya bertanggung jawab atas perbuatan melanggar hukum oleh bawahannya ketika melaksanakan tugas sudah cukup apabila fungsi bawahan itu menciptakan kesempatan untuk melakukan perbuatan melanggar hukum, kenyataan bahwa majikan dengan tegas melarang perbuatan yang bersangkutan, atau bahwa perbuatan itu dilakukan diluar jam dinas tidak merupakan penghalang. c. Untuk tanggung jawab disyaratkan adanya perbuatan melanggar hukum dan kesalahan pihak bawahan. Universitas Sumatera Utara 63 d. Tanggung jawab tidak tergantung pada suatu pelanggaran norma atau kesalahan oleh majikan, pihak yang dirugikan cukup berpegangan pada bukti perbuatan melanggar hukum oleh bawahan, adanya hubungan atasan bawahan dan fakta bahwa tugas bawahan menciptakan kesempatan untuk melakukan perbuatan melanggar hukum. Berdasarkan ketentuan pasal 65 UUJN, terutama anak kalimat “meskipun protokol Notaris telah diserahkan atau dipindahkan kepada pihak penyimpan protokol Notaris”, kalimat ini dapat diartikan, meskipun Notaris sudah berhenti atau pensiun sebagai Notaris, Notaris pengganti, Notaris pengganti khsusus, pejabat sementara Notaris masih harus bertanggung jawab sampai meninggal dunia. Dengan kata lain, Notaris dianggap sebagai menjalankan tugas pribadinya seumur hidup tanpa batas waktu, walaup dimana Notaris tersebut berada. 62

C. Tanggung jawab Notaris dalam Menjunjung Tinggi Kemandirian Notaris

Tanggung jawab Notaris dalam undang-undang jabatan Notaris UUJN, dimaksudkan sebagai keterikatan Notaris terhadap ketentuan-ketentuan hukum dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Dalam pengertian bahwa, semua perbuatan Notaris dalam menjalankan tugas kewajibannya harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, termasuk dengan segala konsikuensinya dikenakan sanksi hukum terhadap pelanggaran norma-norma hukum yang mendasarinya. 62 Ibid.hal.192 Universitas Sumatera Utara 64 Tanggung jawab ini tidak hanya pada proses pembuatan akta otentik, sampai dengan terwujudnya akta otentik tersebut, namun juga timbul pada saat setelah akta otentik terbentuk, yang menimbulkan permasalahan hukum, yang disebabkan ketidak absahan akta tersebut. Pertanggunjawaban Notaris juga terjadi apabila Notaris melakukan penyimpangan atau pelanggaran terhadap persyaratan pembuatan akta yang konsekuensi finalnya akta tersebut dinyatakan tidak sah. Jadi, dalam hal akta yang diterbitkan oleh Notaris tersebut kemudian terdegradasi menjadi akta di bawah tangan, yang disebabkan oleh kesalahan Notaris akibat pelanggaran persyaratan dalam pembuatannya, maka tetap menjadi tanggung jawab Notaris. Maka dapat dikatakan bahwa Notaris sebagai pejabat umum dalam menjalankan tugas jabatannya mengemban amanah yang berasal dari dua sumber yaitu: a. Anggota masyarakat yang menjadi klien Notaris itu menghendaki agar Notaris membuat akta otentik bagi yang berkepentingan itu dengan secara tersirat menurut kalimat “penuhilah syarat formal untuk keabsahan sebagai akta otentik”. b. Amanah berupa perintah dan undang-undang secara tidak langsung kepada Notaris, agar untuk perbuatan hukum tertentu dituangkan dan dinyatakan dengan akta otentik, hal ini mengandung makna bahwa Notaris terikat dan berkewajiban untuk mentaati peraturan yang mensyaratkan untuk sahnya sebagai akta otentik. Universitas Sumatera Utara 65 Berdasarkan hal tersebut, maka Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya dituntut bekerja secara benar dan professional, sehingga produk Notaris berupa akta otentik dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada para pihak yang membutuhkannya. Sehingga dalam menjalankan tugas jabatannya Notaris wajib bertanggung jawab kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan sumpah atau janji, 63 yang diucapakan berdasarkan agama masing-masing, dengan demikian artinya segala sesuatu yang dilakukan Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya akan dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan. 2. Negara dan masyarakat artinya Negara telah memberikan kepercayaan untuk menjalankan sebagai tugas Negara dalam bidang hukum perdata, yaitu dalam pembuatan alat bukti berupa akta yang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna, kepada masyarakat yang telah percaya bahwa Notaris mampu memformulasikan kehendaknya dalam bentuk akta Notaris dan percaya bahwa Notaris mampu menyimpan merahasiakan segala keterangan atau ucapan yang diberikan dihadapan Notaris. 64 63 Pasal 4 ayat 2 Undang-undang jabatan Notaris 64 Sjaifurrachman dan Habib adjie,op.cit.,hal.23 Universitas Sumatera Utara 66

BAB IV AKIBAT HUKUM SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NOTARIS

APABILA TERJADI PELANGGARAN PRINSIP KEMANDIRIAN NOTARIS Jadi, aspek pertanggungjawaban Notaris timbul karena adanya kesalahan yang dilakukan di dalam menjalankan suatu tugas jabatan dan kesalahan itu menimbulkan kerugian bagi orang lain yang minta jasa pelayanan Notaris., artinya untuk menetapkan seorang Notaris bersalah yang menyebabkan pergantian biaya, ganti rugi, dan bunga, disyaratkan bilamana perbuatan melawan hukum dari Notaris tersebut dapat dipertanggungjawabkan, dan pertanggungjawaban tersebut dapat dilihat dari sudut pandang keperdataan, administratif maupun sudut pandang hukum pidana. Pada dasarnya segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang baik dengan sengaja maupun tidak, pada akhirnya harus dapat dimintakan pertanggungjawaban, terlebih lagi yang berkaitan dengan tugas dan kewajiban dari seseorang profesi hukum seperti jabatn Notaris. Pada umumnya apabila terjadi suatu perbuatan melanggar hukum, maka yang harus digugat atau menerima tanggung jawab adalah pihak pelaku perbuatan melawan hukum itu sendiri, artinya dialah pihak pelaku perbuatan melawan hukum itu sendiri. Menurut Rosque Pound, pertanggungan gugat adalah mengenai suatu kewajiban untuk meminta ganti kerugian dari seseorang yang terhadapnya telah 66 Universitas Sumatera Utara 67 dilakukan suatu tindakan perugian injury, baik oleh orang yang pertama itu sendiri maupun oleh suatu yang ada di bawah kekuasaannya. 65 Didalam lapangan hukum keperdataan, sanksi merupakan tindakan hukum untuk memaksa orang menepati perjanjian atau tindakan hukuman untuk memaksa orang menepati perjanjian atau mentaati ketentuan undang-undang. Setiap aturan hukum yang berlaku di Indonesia selalu ada sanksi pada akhir aturan hukum tersebut. Pencantuman sanksi dalam berbagai aturan hukum tersebut seperti merupakan kewajiban yang harus dicantumkan dalam tiap aturan hukum. Seakan-akan aturan hukum yang bersangkutan tidak bergigi atau tidak dapat ditegakkan atau tidak akan dipatuhi apabila pada bagian akhir tidak mencantumkan sanksi. Tidak ada gunanya memberlakukan kaidah-kaidah hukum manakala kaidah-kaidah itu tidak dapat dipaksakan melalui sanksi dan menegakkan kaidah-kaidah dimaksud secara prosedural hukum acara. 66 Hakekat sanksi sebagai suatu paksaan berdasarkan hukum, juga untuk memberikan penyadaran kepada pihak yang melanggarnya, bahwa suatu tindakan yang dilakukannya telah tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, dan untuk mengembalikan yang bersangkutan agar bertindak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, juga untuk menjaga keseimbangan berjalannya suatu aturan hukum. Sanksi yang ditujukan terhadap Notaris juga merupakan sebagai penyadaran, bahwa Notaris dalam melakukan tugas jabatannya telah melanggar ketentuan-ketentuan mengenai 65 Habib Adjie,Op.cit, hal.32. 66 Habib Adjie, Op.cit,hal.194. Universitas Sumatera Utara 68 pelaksanaan tugas jabatan Notaris sebagaimana tercantum dalam UUJN dan untuk mengembalikan tindakan Notaris dalam melaksanakan tugas jabatannya untuk tertib sesuai dengan UUJN. Di samping itu, pemberian sanksi terhadap Notaris juga untuk melindungi masyarakat dari tindakan Notaris yang dapat merugikan, misalnya membuat akta yang tidak melindungi hak-hak yang bersangkutan sebagaimana yang tersebut dalam akta Notaris. Sanksi tersebut untuk menjaga martabat lembaga Notaris sebagai lembaga kepercayaan karena apabila Notaris melakukan pelanggaran, dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Notaris. Secara individu sanksi terhadap Notaris merupakan suatu nestapa dan pertaruhan dalam menjalankan tugas jabatannya, apakah masyarakat masih mau mempercayai pembuatan akta terhadap Notaris yang bersangkutan atau tidak. 67 Kesalahan-kesalahan yang dilakukan Notaris tersebut memungkinkan Notaris Berurusan dengan pertanggungjawaban secara hukum legal responsibility baik secara perdata, administratif maupun pidana. 68 Maka akibat hukum atas pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris terhadap prinsip kemandirian Notaris dalam menjalankan fungsinya sebagaimana diatur dalam UUJN ialah:

A. Sanksi Keperdataan

Sanksi keperdataan adalah sanksi yang dijatuhkan terhadap kesalahan yang, terjadi karena wanprestasi atau perbuatan melanggar hukum onrechtmatige daad. 67 Ibid,hal.195. 68 Putri A.R.,Op.Cit.,hal.108 Universitas Sumatera Utara 69 Sanksi ini berupa penggantian biaya, ganti rugi dan bunga merupakan akibat yang akan diterima Notaris dari gugatan para penghadap apabila akta bersangkutan hanya mempunyai pembuktian sebagai akta dibawah tangan atau akta batal demi hukum. Apabila Notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, namun apabila melanggar ketentuan tertentu, akan terdegradasi nilai pembutiannya menjadi mempunyai kekutaan pembuktian sebagai akta dibawah tangan, kedudukan akta Notaris yang kemudian mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan merupakan penilaian atas suatu alat bukti. Suatu akta dibawah tangan nilai pembuktiannya mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna sepanjang para pihak mengakuinya. Penggantian biaya, ganti rugi atau bunga dapat digugat terhadap Notaris harus dengan mendasarkan pada suatu hubungan hukum antara Notaris dengan para pihak yang menghadap Notaris. Apabila ada pihak yang merasa dirugikan sebagai akibat langsung dari suatu akta Notaris, maka yang bersangkutan dapat menuntut secara perdata terhadap Notaris. 69 Dengan demikian, tuntutan penggantian biaya, ganti rugi dan bunga terhadap Notaris tidak didasarkan atas penilaian atau kedudukan suatu alat bukti yang berubah karena melanggar ketentuan-ketentuan menurut Pasal 84 UUJN tetapi hanya dapat didasarkan pada hubungan hukum yang ada atau yang terjadi antara Notaris dengan penghadap. 70 69 Ibid,hal.196. 70 Pasal 84 UUJN Universitas Sumatera Utara 70 Pada gugatan atas dasar wanprestasi, petitum dalam gugatan ada lima kemungkinan yaitu: a. gugat pemenuhan, b. gugat ganti rugi, c. gugat pembatalan suatu kontrak, d. kombinasi antara pemenuhan dan ganti rugi, e. kombinasi antara pembubaran dan ganti rugi. Dalam hal pembuatan akta cacat hukum, maka yang dianggap paling relevan dan dirasa efektif adalah gugatan ganti rugi. Namun dalam pengajuan gugatan ganti rugi atas wanprestasi dipersyaratkan: - ada kerugian yang timbul, - ada hubungan causal atau sebab akibat antara timbulnya kerugian dan perbuatan yang melanggar norma yang dilakukan oleh para pihak.

B. Sanksi Administratif

Di samping sanksi keperdataan yang dijatuhkan terhadap Notaris yang telah melakukan pelanggaran hukum, terhadap Notaris tersebut dapat dijatuhkan sanksi administrasi. Mengenai sanksi administrasi bagi Notaris yang melakukan kesalahan dapat dilihat di dalam Pasal 85 UUJN ditentukan ada lima jenis sanksi administratif yaitu: 1. teguran lisan, 2. teguran tertulis, 3. pemberhentian sementara, Universitas Sumatera Utara 71 4. pemberhentian dengan hormat, 5. pemberhentian tidak hormat. 71 Sanksi-sanksi tersebut berlakunya secara terjenjang mulai dari teguran lisan sampai dengan pemberhentian tidak hormat. Penjatuhan sanksi-sanksi tersebut dilakukan hanya apabila Notaris terbukti melanggar ketentuan-ketentuan pasal-pasal tertentu sebagaimana yang tersebut dalam Pasal 85 UUJN. Dalam Pasal 85 UUJN dengan menempatkan teguran lisan pada urutan pertama dalam pemberian sanski, merupakan suatu peringatan kepada Notaris dan majelis pengawas yang jika tidak dipenuhi ditindaklanjuti dengan sanksi teguran tertulis. Apabila sanksi seperti ini tidak dipatuhi juga oleh Notaris yang bersangkutan, maka dapat dijatuhi sanksi yang berikutnya secara berjenjang. 72 Penempatan sanksi berupa teguran lisan dan teguran tertulis sebagai awal untuk menjatuhkan sanksi yang selanjutnya bukan termasuk sanksi administratif. Dalam sanksi administratif berupa paksaan pemerintah, sebelum dijatuhakan sanksi harus didahului dengan teguran lisan dan teguran tertulis, hal ini dimaksudkan sebagai aspek prosedur paksaan nyata. 73 Pelaksanaan teguran lisan maupun tertulis bertujuan untuk menguji ketepatan dan kecermatan akurasi antara teguran lisan dan tertulis dengan pelanggaran yang dilakukan berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Dalam pelaksanaan teguran lisan dan teguran tertulis memberikan hak kepada yang diberi teguran secara lisan dan tertulis tersebut untuk membela diri dalam suatu upaya 71 Pasal 85 UUJN 72 Ibid,hal.205. 73 Ibid.hal.206. Universitas Sumatera Utara 72 administrasi dalam bentuk keberatan atau banding administrasi. Dengan demikian rumusan sanksi berupa teguran lisan dan tertulis tidak tepat dimasukkan sebagai suatu sanksi paksaan nyata yang untuk selanjutnya jika terbukti dapat dijatuhi sanksi yang lain. Sanski terhadap Notaris berupa pemberhentian sementara dari jabatannya merupakan tahap berikutnya setelah penjatuhan sanksi teguran lisan dan secara tertulis. Kedudukan sanksi berupa pemberhentian sementara dari Notaris atau skorsing merupakan masa menunggu pelaksanaan sanksi paksaan pemerintah. Sanksi pemberhentian sementara Notaris dari jabatannya, dimaksudkan agar Notaris tidak melaksanakan tugas jabatannya untuk sementara waktu sebelum sanksi berupa pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian tidak hormat dijatuhkan kepada Notaris. Pemberian sanksi pemberhentian sementara ini dapat berakhir dalam bentuk pemulihan kepada Notaris untuk menjalankan tugas jabatannya kembali atau ditindaklanjuti dengan sanksi pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian tidak hormat. Pemberhentian sementara Notaris dari jabatannya berarti Notaris yang bersangkutan telah kehilangan kewenangan untuk sementara waktu, dan Notaris yang bersangkutan tidak dapat membuat akta apapun atau Notaris tersebut tidak dapat melaksankan tugas jabatannya. Hal ini perlu dibatasi dengan alasan untuk menunggu hasil pemeriksaan majelis pengawas. Untuk memberikan kepastian, maka pemberhentian sementara tersebut harus ditentukan lama waktunya, sehingga nasib Notaris tidak digantung status quo oleh keputusann pemberhentian sementara Universitas Sumatera Utara 73 tersebut. Sanksi pemberhentian sementara dari jabatan Notaris merupakan paksaan nyata, sedangkan sanksi yang berupa pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian tidak hormat termasuk kedalam jenis sanksi pencabutan keputusan yang menguntungkan. Penerapan ketentuan Pasal 85 UUJN tentunya harus memperhatikan tingkat berat ringannya pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris, dalam arti bahwa penerapan sanksi tersebut sifatnya gradual. 74

C. Sanksi Pidana

Dalam praktek Notaris ditemukan kenyataan, apabila ada akta Notaris dipermasalahkan oleh para pihak atau pihak lainnya seiring pula Notaris ditarik sebagai pihak yang turut serta melakukan atau membantu melakukan sesuatu tindak pidana, yaitu membuat atau memberikan keterangan palsu kedalam akta Notaris. Hal ini pun menimbulkan kerancuan, apakah mungkin Notaris secara sengaja culpa atau alpa bersama-sama para penghadap atau pihak membuat akta yang diniatkan sejak awal untuk melakukan suatu tindak pidana. 75 Dalam kaitan ini tidak berarti Notaris bersih dari hukum, tidak dapat dihukum, atau kebal terhadap hukum, Notaris bisa dihukum pidana apabila dapat dibuktikan di Pengadilan bahwa secara sengaja atau tidak sengaja Notaris secara bersama-sama dengan para pihak penghadap membuat akta dengan maksud dan 74 Ibid.hal.207 75 Ibid.hal.208. Universitas Sumatera Utara 74 tujuan untuk menguntungkan pihak atau penghadap tertentu saja atau merugikan penghadap yang lain. Apabila ini terbukti Notaris tersebut wajib dihukum. Dalam UUJN diatur bahwa ketika Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya terbukti melakukan pelanggaran, Notaris dapat dikenai atau dijatuhi sanksi berupa sanksi perdata dan administrasi. Tetapi tidak mengatur adanya sanksi pidana terhadap Notaris, karena Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris tidak mengatur sanksi pidana, maka apabila terjadi pelanggaran pidana Notaris dapat dikenakan sanksi pidana yang terdapat dalam KUH Pidana, 76 dengan catatan bahwa pemidanaan terhadap Notaris tersebut dapat dilakukan dengan batasan, yaitu: 1. Ada tindakan hukum dari Notaris terhadap aspek lahiriah, formal dan materil yang sengaja, penuh kesadaran dan keinsafan, serta direncanakan bahwa akta yang akan dibuat dihadapan Notaris atau oleh Notaris bersama-sama sepakat para penghadap dijadikan dasar untuk melakukan suatu tindak pidana. 2. ada tindakan hukum dari Notaris dalam membuat akta dihadapan atau oleh Notaris yang apabila diukur berdasarkan UUJN tidak sesuai dengan UUJN. 76 Pasal 63 ayat 2KUH Pidana menyebutkan apabila ada suatu perbuatan yang dapat dipidana menurut ketentuan pidana yang khusus disamping pidana umum, maka ketentuan pidana yang khusus itulah yang dipakai, sebaiknya apabila ketentuan pidana khusus tidak mengatur, maka terhadap pelanggaran tersebut akan dikenakan pidana umum yaitu KUH Pidana. Universitas Sumatera Utara 75 3. tindakan Notaris tersebut juga tidak sesuai menurut instansi yang berwenang untuk menilai tindakan suatu Notaris, dalam hal ini Majelis Pengawas Notaris. 77 Penjatuhan sanksi pidana terhadap Notaris dapat dilakukan sepanjang batasan- batasan sebagaimana tersebut dilanggar, artinya disamping memenuhi rumusan pelanggaran yang tersebut dalam UUJN, kode etik jabatan Notaris juga harus memenuhi rumusan yang tersebut dalam KUH Pidana. Bisanya pasal-pasal yang seiring digunakan untuk menuntut Notaris dalam pelaksanaan tugas jabatan adalah pasal-pasal yang mengatur mengenai tindak pidana pemalsuan surat, yaitu Pasal 263, Pasal 264 dan Pasal 266 KUH Pidana. Berdasarkan Pasal-Pasal yang yang tertera tersebut, ternyata Notaris selaku pejabat umum juga dapat dikenakan tuntutan pidana, baik berdasarkan Pasal-Pasal tentang pemalsuan surat maupun Pasal-Pasal lain yang berkaitan dengan tugas jabatannya sebagai Notaris, bahkan juga dijatuhi hukum pidana penjara asalkan saja perbuatan itu memenuhi unsur-unsur dari perbuatan pidana yang tertuang dalam Pasal-Pasal yang dituduhkan.

D. Perlindungan Hukum Terhadap Notaris

Sebagai pejabat umum yang memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat secara professional, maka diperlukan aturan-aturan yang mengatur, membatasi dan juga menuntun Notaris dalam melaksanakan jabatan serta 77 Ibid.hal.209. Universitas Sumatera Utara 76 berperilakunya. Namun peraturan-peraturan yang ada tersebut hendaknya bukan hanya sebagai slogan, tetapi harus dilaksanakan, dijunjung tinggi serta ditegakkan oleh seluruh Notaris. Berkaitan dengan upaya untuk mejaga agar eksistensisme seorang Notaris tetap ada, maka dibutuhkan suatu kerja keras dan kedisiplinan tinggi dalam menjaga produknya yaitu suatu akta. Kedisiplinan dalam menjalankan norma hukum yang ada yaitu UUJN menjadi hal yang paling utama karena UUJN merupakan main line atau batasan utama mengatur tentang jabatan Notaris. Sebagaimana telah diatur di dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, 78 bertitik tolak dari ketentuan tersebut diatas, menunjukkan bahwa keberadaan Notaris dapat dipandang sebagai figur yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat, karena keterangan-keterangan yang tertuang dalam akta Notaris harus dapat dipercaya, diandalkan, dapat memberikan jaminan sebagai alat bukti yang kuat dan dapat memberikan perlindungan hukum bagi para pihak yang memerlukan dikemudian hari. Sebagai konsekuensi dari prinsip Negara hukum yang menjamin adanya kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan, dalam lalu lintas hukum kehidupan masyarakat diperlukan alat bukti yang dapat menentukan dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. Oleh sebab itu, akta otentik yang dibuat olehdi hadapan Notaris 78 Pasal 1 angka 1 UUJN “bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan Notaris”. Universitas Sumatera Utara 77 menjadi alat bukti yang terkuat dan terpenuh serta mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. 79 Notaris sebagai pejabat umum, yang berarti bahwa kepada Notaris diberikan dan dilengkapi dengan kewenangan atau kekuasaan umum yang menyangkut publik openbaar gezag, sebagai pejabat umum, Notaris diangkat oleh Negara, artinya Notaris merupakan kepanjangan tangan dari Negara, Notaris menunaikan sebagai tugas Negara dibidang hukum perdata. Negara dalam rangka memberikan perlindungan hukum dalam bidang hukum privat kepada warga Negara telah melimpahkan sebagian wewenangnya kepada Notaris untuk membuat akta otentik, oleh karena itu ketika menjalankan tugasnya, Notaris wajib diposisikan sebagai pejabat umum yang mengemban tugas Negara, layaknya para hakim, jaksa, anggota dewan, duta besar, bupati, walikota dan lain sebagainya. Perbedaannya Notaris tidak mendapat gaji dari Negara, Notaris hanya mendapatkan honorarium sebagai kontra prestasinya kepada masyarakat. Besarnya honorarium pun ditentukan berdasarkan undang-undang, tidak bisa sekehendak hatinya sendiri, dengan demikian harus diakui bahwa Notaris adalah jabatan pengabdian kepada kepentingan Negara dan masyarakat. 80 Dalam memberikan pelayanan kepentingan umum public service, dalam arti bidang pelayanan pembuatan akta dan tugas-tugas lain yang dibebankan kepada 79 Penjelasan umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor:4432. 80 Ibid.hal.229. Universitas Sumatera Utara 78 Notaris, yang melekat pada predikat sebagai pejabat umum dalam ruang lingkup tugas dan kewenangan Notaris. Pelayanan kepentingan umum merupakan hakekat tugas bidang pemerintahan yang didasarkan pada asas memberikan dan menjamin adanya rasa kepastian hukum bagi para warga anggota masyarakat. Dalam bidang tertentu tugas itu oleh undang-undang diberikan dan dipercayakan kepada Notaris, sehingga masyarakat juga harus percaya bahwa akta Notaris yang diterbitkan atau dikeluarkan tersebut memberikan kepastian hukum bagi para warganya. Adanya kewenangan yang diberikan oleh undang-undang dan kepercayaan trust dari masyarakat yang dilayani itulah yang menjadi dasar tugas dan fungsi Notaris dalam lalu lintas hukum. Sebagai konsekuensi logis, maka seiring dengan adanya kepercayaan tersebut, haruslah dijamin adanya pengawasan agar tugas Notaris selalu sesuai dengan kaidah hukum yang mendasari kewenangannya, agar dapat terhindar dari penyalahgunaan kewenangan atau kepercayaan yang diberikan. Oleh karena itu, maka tujuan pokok pengawasan agar selalu hak dan kewenangan maupun kewajiban yang diberikan kepada Notaris dalam menjalankan tugasnya sebagaimana yang diberikan oleh peraturan dasar yang bersangkutan senantiasa dilakukan di atas rambu-rambu hukum yang telah ditentukan, bukan saja jalur hukum tetapi juga atas dasar moral dan etika profesi demi terjaminnya perlindungan hukum dan kepastian bagi masyarakat. Oleh karena itu jabatan Notaris adalah jabatan pengabdian kepada kepentingan Negara dan masyarakat, maka pengawasan khususnya pemeriksaan kepada Notaris harus mengedepankan rasa menghargai dan menghormati sesama perangkat Negara. Universitas Sumatera Utara 79 Sisi lain dari pengawasan terhadap Notaris adalah aspek perlindungan hukum bagi Notaris di dalam menjalankan tugasnya selaku pejabat umum, dengan kata lain bagaimana perlindungan hukum diberikan terhadap Notaris di dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang oleh undang-undang diberikan dan dipercayakan padanya. UUJN telah menempatkan Notaris sebagai pejabat umum yang menjalankan profesi hukum, 81 karena itu yang perlu mendapatkan perlindungan hukum adalah Notaris sebagai suatu profesi, 82 bukan Notaris sebagai pribadi. 83 Perlindungan hukum dalam hal ini harus dimaknai sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum. Perlindungan yang diberikan oleh hukum yaitu perlindungan atas hak Notaris yang merupakan hasil transformasi kepentingan yang dilakukan melalui proses legislasi dalam lembaga pembentuk hukum atau parlemen, sehingga hak Notaris dapat dihormati , dilindungi dan dipatuhi. Agar perlindungan hukum terhadap Notaris dapat dijalankan secara efektif, maka perlu disediakan upaya hukum, yang meliputi upaya hukum non yudisial, yaitu dengan melakukan hal-hal yang oleh aturan dibenarkan untuk dilakukan maupun upaya hukum dengan melalui jalur yudisial atau melalui peradilan. Upaya hukum non 81 Profesi sebagai suatu pekerjaan yang didasarkan pada keahlian tertentu yang diperoleh melalui pendidikan formal pengalaman-pengalaman dan pelatihan-pelatihan dan orang yang menjalankan profesi itu professional, sedangkan organisasi profesi merupakan kumpulan orang yang menjalankan profesi. Bentuk perlindungan hukum bagi suatu profesi Notaris ditandai dengan adanya organisasi profesi, aturan-aturan kode etik profesi yang ditetapkan sendiri oleh organisasi profesi, penjatuhan sanksi, pencabutan izin profesi dilakukan oleh organisasi profesi dan tidak ada campur tangan eksekutif, yudikatif atau legislative terhadap profesi itu sendiri. 82 Ibid.hal.231. 83 UUJN, konsideran, menimbang huruf c, menyatakan bahwa Notaris merupakan jabatan tertentu yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian hukum. Universitas Sumatera Utara 80 yudisial meliputi upaya hukum yang bersifat preventif atau pencegahan agar pelanggaran terhadap hak Notaris dapat terhindarkan, yang dilakukan dengan memberikan peringatan, teguran, somasi, keberatan, pengaduan kepada pejabat eksekutif. Sedangkan apabila pelanggaran hukum telah terjadi, maka upaya hukum tidak lagi bersifat preventif, tetapi menjadi bersifat korektif karena tujuannya adalah melakukan koreksi terhadap akibat-akibat yang terjadi karena adanya perbuatan yang dilakukan oleh pelanggar hak. Upaya hukum korektif dapat bersifat non yudisal karena melibatkan lembaga non peradilan sebagai misal pejabat administrasi Negara. Sedangkan yang lain adalah upaya hukum korektif yang dilakukan oleh lembaga yudisial sehingga telah memasuki proses penegakan hukum law enforcement. Akan tetapi apabila tejadi pelanggaran hukum oleh Notaris, sebisanya dilakukan penyelesaian permasalahan dengan menempuh jalur non yudisial, yaitu melalui perdamaian atau mediasi. Hal ini dimaksudkan supaya terhindar dari proses panjang dan tidak mencoreng insitusi Notaris itu sendiri. Memang Undang-undang jabatan Notaris, telah mengatur bentuk perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada Notaris sebagai profesi, hal ini tercermin di dalam pasal 66 UUJN. 84 Berlakunya ketentuan pasal 66 UUJN maka ketentuan pasal 112 KUHAP hanya dapat dilaksanakan terhadap Notaris setelah 84 Pasal 66 UUJN, “bahwa untuk kepentingan proses peradilan, penyidikan penuntut umum atau hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang mengambil foto kopi minuta akta danakta surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris dan memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau protokol Notaris yang berada dalam penyimpanannya”. Universitas Sumatera Utara 81 adanya persetujuan Majelis Pengawas Daerah, dalam bentuk keputusann ketua Majelis Pengawas Daerah berdasarkan keputusann rapat pleno Majelis Pengawas Daerah dan bersifat final dan mengikat bagi penyidik, sedangkan penyitaan terhadap minuta akta, surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta dan protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris tidak diperlukan lagi persetujuan pengadilan dan hanya persetujuan Majelis Pengawas Daerah dalam bentuk keputusann ketua Majelis Pengawa Daerah berdasarkan putusan rapat pleno Majelis Pengawas Daerah yang bersifat final dan mengikat. 85

E. Lembaga Pengawas Notaris

Sejak berlakunya Undang-undang Nomor30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, pengawasan Notaris tidak lagi dilakukan oleh pengadilan negeri sesuai wilayah kerja Notaris yang bersangkutan berada. 86 Ada dua lembaga yang berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap Notaris, yaitu lembaga Majelis Pengawas Notaris yang dibentuk oleh menteri dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam rangka pelaksanaan pengawasan terhadap 85 Hubungan pasal 112 KUHAP dan pasal 66 UUJN haruslah dipahami dengan menggunakan parameter asas lex specialist derogate lex generalis artinya undang-undang khusus mengesampingkan undang-undang yang bersifat umum, syarat utama yang harus dipenuhi adanya kesamaan tingkat perundang-undangan yang berlaku seperti undang-undang dengan undang. Berdasarkan parameter ini, ketentuan Pasal 112 KUHAP baru dapat diterapkan jika dapat dipenuhi persetujuan Majelis Pengawas Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 UUJN. Pasal 36 undang-undang Nomor 5 tahun 2004, tentang perubahan undang-undang Nomor 14 tahun 1945 tentang Mahkamah Agung menyatakan: Mahkamah Agung dan pemerintah melakukan pengawasan atas penasehat hukum dan Notaris. Pasal 36 ini belum pernah dicabut baik dengan undang-Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004, namun sejak 14 februari 2005 Mahkamah Agung bukan lagi sebagai lembaga yang mengawasi Notaris, karena berdasarkan Keputusann Mahkamah Konstitusi Nomor: 067PUUII2004 dinyatakan pasal 36 undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Universitas Sumatera Utara 82 Notaris, 87 dan Dewan Kehormatan yang merupakan salah satu dari alat perlengkapan organisasi Notaris dalam hal ini Ikatan Notaris Indonesia. Kedua lembaga tersebut berwenang untuk mengawasi Notaris sampai dengan penjatuhan sanksi bagi Notaris yang dinyatakan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku. 88 Terdapat perbedaan kewenangan antara kedua lembaga tersebut dikarenakan keduanya terbentuk dari lembaga yang berbeda, namun keduanya tetap tidak dapat dipisahkan dari keberadaan organisasi Notaris. Dewan kehormatan dan Majelis Pengawas Notaris merupakan dua lembaga yang berbeda dan mempunyai kewenangan yang berbeda pula dalam hal pelaksanaan pengawasan bagi Notaris. Dewan kehormatan Notaris dibentuk sebagai alat perlengkapan organisasi Ikatan Notaris Indonesia, sedangkan Majelis Pengawas Notaris dibentuk oleh menteri yang membawahi bidang kenotariatan, maka dewan kehormatan berwenang untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas pelanggaran kode etik organisasi yang tidak berkaitan secara langsung dengan masyarakat atau hanya bersifat internal organisasi saja, sedangkan Majelis Pengawas Notaris berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelanggaran jabatan Notaris, dan kode etik jabatan Notaris apabila berkaitan langsung dengan masyarakat yang menggunakan jasa Notaris, meskipun dalam kewenangan masing- masing tercantum bahwa kedua lembaga tersebut berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran kode etik Notaris. Namun 87 Pasal 67 ayat 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentan Jabatan Notaris. 88 Ibid.hal.262. Universitas Sumatera Utara 83 lingkup kewenangannya berbeda berdasarkan bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris. Maka Dewan Kehormatan bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas