commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula membentuk
kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu Depdiknas, 2005: 4. Melalui pembelajaran matematika siswa dilatih untuk berpikir kritis,
sistematis, logis, kreatif serta mengembangkan kerja sama yang efektif. Hal ini disebabkan oleh struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antarkonsep dalam
matematika sehingga memungkinkan siswa berpikir rasional. Menyadari pentingnya peranan matematika, baik dalam penalaran dan
pembentukan sikap pribadi siswa maupun dalam penguasaan, penerapan, dan keterampilan matematika, maka sudah seharusnya proses pembelajaran
matematika dan peningkatan prestasi belajar matematika mendapat perhatian yang serius. Oleh karena itu, guru hendaknya mempersiapkan pembelajaran matematika
yang inovatif, membangkitkan motivasi dan semangat belajar, memberikan pengalaman belajar yang bermakna, mengembangkan berbagai keterampilan
seperti pemecahan masalah, keterampilan sosial dan sebagainya. Diketahui bahwa matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan ide-
ide, struktur-struktur yang diatur menurut aturan yang logis. Matematika berkenaan dengan konsep-konsep abstrak yang diberi simbol-simbol yang
dibentuk dari beberapa unsur yang tidak didefininisikan menurut sistem deduktif. Objek yang dipelajari dalam matematika bersifat abstrak. Karakteristik
matematika inilah yang mungkin menyebabkan matematika menjadi suatu pelajaran yang sulit dan momok bagi siswa. Hal ini sesuai dengan Darmiyati
2009: 534 yang menyatakan bahwa “Siswa merasa kesulitan belajar matematika
karena menganggap konsep matematika sangat sulit dibandingkan dengan pengajaran lain
”. Kurangnya penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika berakibat pada prestasi belajar matematika yang kurang memuaskan baik di
tingkat nasional maupun internasional.
commit to user 2
Selama ini proses pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang menempatkan guru sebagai pusat
pembelajaran. Guru secara aktif menerangkan materi, memberi contoh soal dan latihan soal sedangkan siswa mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan yang
diberikan guru Sahat Saragih, 2006: 551. Diskusi kelompok jarang dilaksanakan sehingga pembelajaran di dalam kelas kurang memberikan kesempatan bagi siswa
untuk menggali, mengkonstruksi dan mendiskusikan informasi maupun pengetahuan yang diperolehnya. Guru juga kurang memperhatikan aspek-aspek
lain yang perlu dikembangkan pada siswa seperti kerja sama dan saling berbagi yang penting bagi kehidupan sosial siswa.
Dalam suatu proses pembelajaran, suatu pengetahuan tidak dapat langsung dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Menurut Nurhadi
dalam I Ketut Darma 2007: 110 disebutkan bahwa “Menurut paham
konstruktivisme manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pengetahuan sesuai dengan pengalamannya
”. Hal ini berarti siswa harus aktif membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
struktur kognitif yang dimiliki. Dengan demikian, perubahan proses pembelajaran yang semula berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa perlu dilakukan
demi meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar
yang dicapai oleh siswa. Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, salah satunya adalah ketepatan guru dalam memilih metode mengajar.
Dengan pemilihan metode mengajar yang tepat diharapkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran serta memperoleh berbagai kemampuan melalui serangkaian
kegiatan belajar. Penggunaan metode mengajar ini dapat diperluas pada sebuah model pembelajaran. Suatu model pembelajaran berisi perencanaan pembelajaran
di kelas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penggunaan model pembelajaran melibatkan suatu metode mengajar sebagai sarana menyampaikan materi
commit to user 3
pelajaran. Dengan demikian suatu model pembelajaran juga menjadi faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, salah satunya adalah motivasi belajar siswa. Motivasi menjadi daya penggerak dalam
diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong dan pencapaian prestasi Sardiman A. M., 2001: 83. Dengan adanya
usaha yang tekun dan didasari motivasi maka kualitas belajar siswa dimungkinkan meningkat dan prestasi belajar yang diharapkan tercapai. Oleh karena itu, guru
perlu menumbuhkan motivasi siswa di setiap kegiatan belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
memperhatikan motivasi belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Dasar pemikiran dari model pembelajaran ini yaitu “getting better together”
melalui pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dalam suasana kondusif kepada siswa untuk memperoleh serta mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai,
dan keterampilan sosial Indriasih, 2009: 79. Model pembelajaran kooperatif dilakukan dengan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil
beranggotakan empat sampai enam orang. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai enam siswa dengan tingkat kemampuan dan latar belakang yang
heterogen. Melalui situasi pembelajaran kooperatif siswa belajar dengan mendiskusikan tugas-tugas yang diberikan guru, saling membantu, dan bekerja
sama menyelesaikan tugas maupun memecahkan masalah serta memahami materi yang diajarkan. Belajar belum selesai jika salah satu teman belum menguasai
pelajaran. Arends dalam Masnur Muslich 2007: 229 menyatakan bahwa
“Terdapat enam langkah utama dalam pembelajaran kooperatif
”. Enam langkah tersebut yaitu penyampaian tujuan pembelajaran dan motivasi, penyajian informasi,
pengelompokan siswa dalam tim-tim belajar, pemberian bantuan kerja kelompok dalam belajar, evaluasi materi, dan pemberian penghargaan. Terdapat beberapa
pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran kooperatif dan sedikit bervariasi tergantung pada pendekatan yang digunakan.
commit to user 4
Situasi pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk berargumentasi dengan teman sekelas dalam menemukan suatu konsep tertentu. Mereka saling
berbagi strategi, berpikir kritis dalam membangun konsep dan menerapkan konsep tersebut untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian, mereka dapat
memperbanyak peluang untuk berbagi penemuan dan dialog untuk membangun pengetahuan baru serta mengembangkan ketrampilan sosial dan berpikir.
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah Student Teams Achievement DivisionSTAD. Gagasan utama dari pembelajaran tipe STAD ini
adalah memotivasi siswa supaya saling mendukung satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru Slavin, 2008: 12. Pembelajaran
diawali dengan penyampaian materi oleh guru lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis tentang materi itu. Pada saat mengerjakan kuis ini mereka tidak boleh saling membantu. Jika skor kuis yang
diperoleh suatu tim mencapai kriteria tertentu maka tim tersebut akan mendapat penghargaan.
Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi. Peran guru dalam pembelajaran masih tampak sebagai
pemberi informasi. Hal ini mungkin akan mengurangi kemandirian siswa dalam belajar. Mereka beranggapan tidak perlu mempersiapkan materi sebelum
pembelajaran sebab guru akan menjelaskan. Tentunya sikap seperti ini hendaknya dikurangi dengan menyajikan pembelajaran yang memacu siswa untuk
mempelajari materi sebelum pelajaran sehingga mereka mempunyai pengetahuan untuk didiskusikan dengan teman sekelompoknya dan mampu mengkonstruksi
pengetahuan baru. Guru hendaknya menempatkan diri sebagai fasilitator yang memberikan dukungan dan kesempatan bagi siswa dalam mengembangkan ide-
ide mereka sendiri. Dengan demikian perlu dirancang pembelajaran STAD yang tidak hanya melatih kemampuan siswa menerapkan pengetahuan dari penjelasan
guru semata. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran ini guru dapat memberikan
tuntunan berpikir melalui pertanyaan ataupun tugas-tugas dalam suatu Lembar
commit to user 5
Kegiatan SiswaLKS. Lembar kegiatan siswa ini digunakan sebagai sarana berdiskusi bagi siswa dalam tim. Dengan tuntunan berpikir dalam LKS, siswa
diharapkan mampu membangun konsep dan menentukan hubungan antarkonsep, serta menerapkan konsep yang diperoleh dalam menyelesaikan persoalan
matematika. Sehubungan dengan upaya untuk memperbaiki pembelajaran dengan
metode STAD yang masih menunjukkan adanya dominasi guru sebagai penyampai informasi dan upaya peningkatan prestasi belajar matematika maka
penulis mencoba melakukan penelitian penggunaan model pembelajaran koooperatif dengan tipe STAD yang dimodifikasi. Sebelum menggunakan model
pembelajaran ini, guru memberitahukan terlebih dahulu model pembelajaran yang akan digunakan pada siswa. Guru memberitahu bahwa guru tidak akan
menjelaskan materi. Guru akan memberikan modul yang dapat digunakan sebagai bahan bacaan sebelum siswa mengikuti pembelajaran. Penggunaan modul tersebut
memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan awal yang dapat digunakan sebagai bekal untuk diskusi. Dengan membaca modul tersebut memungkinkan
siswa memiliki pemahaman yang berbeda yang selanjutnya dapat didiskusikan dalam kelompok guna mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Melalui modul
tersebut siswa juga dapat mengukur tingkat pemahaman mereka setelah mempelajari modul. Apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau belum paham
akan menjadi bahan diskusi dengan teman sekelompok maupun diskusi kelas. Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD
yang dimodifikasi ini, siswa terlebih dahulu diberi modul untuk dipelajari dirumah. Siswa juga diharapkan mengerjakan lembar penilaian untuk
dikumpulkan pada setiap awal pembelajaran sebagai bentuk pertanggungjawaban bahwa mereka telah belajar modul. Adapun langkah pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang dimodifikasi ini diawali dengan pemberian motivasi dan apersepsi dari guru selanjutnya guru bertanya kepada siswa apakah ada hal-hal yang belum
jelas saat mempelajari modul. Selanjutnya guru meminta siswa mempersiapkan modul dan mulai bekerja dalam tim. Kegiatan yang dilakukan dalam tim tersebut
meliputi pengerjaan lembar kegiatan siswa dan lembar kerja siswa yang sudah
commit to user 6
tersedia di dalam modul. Dalam diskusi tersebut guru mendorong siswa untuk membangun pengetahuan baru sesuai dengan pemahaman yang dimiliki. Melalui
diskusi ini diharapkan siswa saling bekerja sama, mengoreksi kesalahan, menyampaikan gagasan demi pemahaman siswa dalam tim.
Ketika suatu kelompok telah menyelesaikan diskusi dan tugas mereka, guru memberikan kunci jawaban dari lembar kegiatan siswa dan lembar kerja siswa.
Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas dan mengoreksi kesalahan mereka, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
jelas. Apabila sudah tidak ada lagi siswa yang bertanya, guru memberikan penekanan konsep dari apa yang telah dipelajari serta membimbing siswa
merangkum materi. Selanjutnya pembelajaran diakhiri dengan pemberian kuis, dan penghargaan bagi tim yang berprestasi.
Meskipun para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. Tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab
individual seperti ini dimungkinkan dapat memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk
berhasil adalah dengan membuat semua anggota tim menguasai materi yang diajarkan. Kesulitan siswa dalam memahami materi dapat didiskusikan bersama
dalam kelompok. Siswa yang kurang paham akan lebih leluasa untuk bertanya kepada temannya yang sudah paham sehingga dimungkinkan kesulitan siswa
dapat teratasi. Penggunaan modul dalam pembelajaran ini tidak sepenuhnya menggantikan
guru sebagai pengelola pembelajaran. Modul digunakan pada langkah kedua dan ketiga dalam pembelajaran STAD yang dimodifikasi. Langkah kedua yang semula
penyampaian materi oleh guru diganti dengan penyelesaian lembar kegiatan siswa pada modul secara kelompok. Sebelumnya guru menanyakan apakah ada yang
kurang jelas dari apa yang telah dipelajari dalam modul. Guru kemudian memberikan keterangan terkait pertanyaan siswa tersebut. Selanjutnya siswa
diarahkan untuk lebih memahami materi melalui diskusi kelompok dengan menyelesaikan lembar kegiatan siswa. Langkah ketiga adalah kegiatan kelompok
dimana tiap kelompok mengerjakan lembar kerja siswa dalam modul. Pada
commit to user 7
langkah ini mereka menyelesaikan tugas yang telah disusun dalam lembar kerja tersebut secara berkelompok. Langkah selanjutnya sama seperti pada
pembelajaran STAD yaitu pemberian kuis sebagai bentuk evaluasi serta pemberian penghargaan. Peran guru di sini sebagai fasilitator pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran model kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini berupaya menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan,
menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kejujuran, memperhatikan perbedaan individu, dan mengetahui sejak awal tingkat pemahaman siswa terhadap materi
sebelum pembelajaran melalui lembar penilaian dalam modul. Keunggulan lain yang tidak kalah penting adalah menghargai hasil kerja siswa sehingga
memungkinkan dapat memotivasi siswa untuk belajar. Sebagaimana telah disampaikan di awal bahwa motivasi merupakan salah satu faktor internal yang
berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar sebab motivasi dapat menimbulkan gairah, rasa senang, dan semangat untuk belajar.
Motivasi belajar yang dimiliki siswa sangat bervariasi. Ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Siswa yang memiliki
motivasi belajar yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar Sardiman, 2001: 73. Ini berarti motivasi akan menentukan
intensitas usaha belajar siswa. Semakin tinggi motivasi belajar siswa berarti semakin tinggi pula usaha belajarnya. Usaha belajar yang baik memungkinkan
prestasi yang diraih optimal. Mengingat pentingnya motivasi belajar dalam proses belajar mengajar, guru
diharapkan dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih banyak mengaktifkan siswa. Serta dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Jika
siswa termotivasi maka kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai akan optimal.
B. Identifikasi Masalah