commit to user 84
dimodifikasi lebih tinggi dari pada rataan siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional. Terpenuhinya hipotesis ini karena setting model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi benar-benar memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri dan memperoleh
pengalaman belajar yang bermakna sesuai dengan teori pembelajaran konstruktivisme sehingga prestasi yang diraih dapat optimal.
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh F
b
=1.2773.136=F
0.05;2;67
. Hasil tersebut menunjukkan bahwa F
b
bukan anggota daerah kritik sehingga Ho
B
tidak ditolak. Ini berarti suatu tingkatan motivasi belajar matematika tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar
matematika siswa khususnya pada pokok bahasan himpunan. Jadi, prestasi belajar matematika dari siswa dengan motivasi tinggi, sedang maupun rendah adalah
sama saja. Tidak terpenuhinya hipotesis kedua ini dimungkinkan karena tingkat
kemampuan awal dan pemahaman siswa terhadap materi sama terutama setelah membaca modul dan selanjutnya dikuatkan dengan diskusi kelompok. Dalam
diskusi kelompok siswa dengan pemahaman materi yang baik dalam hal ini siswa dengan motivasi tinggi berupaya menjelaskan kesulitan dan persoalan yang
dihadapi anggota kelompok sehingga semua anggota kelompok memahami materi dengan baik. Siswa dengan tingkat pemahaman yang rendah dalam hal ini siswa
dengan motivasi belajar sedang dan rendah dimungkinkan lebih leluasa belajar dan menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami kepada siswa dengan
motivasi belajar tinggi yang memiliki pemahaman materi yang lebih baik. Dengan pemahaman materi yang sama maka prestasi yang diraih pada siswa dengan
motivasi tinggi, sedang maupun rendah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Sedangkan pada kelas kontrol prestasi siswa dengan motivasi belajar tinggi, sedang maupun rendah sama saja. Hal ini mungkin disebabkan adanya interaksi
commit to user 85
siswa dengan teman sebangkunya untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami pada fase guru membimbing pelatihan. Pada saat ini siswa dengan inisiatif
sendiri membuat diskusi, meskipun dalam model pembelajaran konvensional dalam hal ini model pembelajaran langsung tidak ada diskusi antarsiswa. Melalui
diskusi kecil inilah pemahaman siswa baik siswa dengan motivasi tinggi, sedang maupun rendah dimungkinkan menjadi sama dan prestasi yang diraih pun tidak
memiliki perbedaan yang signifikan.
3. Hipotesis Ketiga