commit to user 15
mengikuti aktivitas belajar. Kegiatan belajar difokuskan pada siswa. Dengan demikian, perlu diperhatikan motivasi siswa pada setiap rangkaian kegiatan agar
mereka selalu terlibat dalam kegiatan belajar. Faktor eksternal dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran karena faktor ini merupakan jawaban atas pertanyaan
bagaimana merancang kegiatan belajar yang bisa memotivasi dan mengaktifkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Model Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Menurut Corey dalam Syaiful Sagala 2007:61 pembelajaran diartikan sebagai “Suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola agar ia ikut
serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu
”. Ia juga menambahkan pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Knirk dan Gustatson dalam Syaiful Sagala 2007:64 mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Artinya, pembelajaran tidak terjadi seketika melainkan sudah melalui tahap perancangan pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran
merupakan kegiatan yang direncanakan oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan dalam proses yang sistematis dalam konteks
kegiatan belajar mengajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, seorang guru haruslah
menentukan model pembelajaran, strategi, metode dan teknik mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Guru hendaknya menguasai beberapa
model pembelajaran agar proses belajar mengajar di kelas lebih bervariasi. Apabila guru menguasai beberapa model pembelajaran maka mereka akan
merasakan kemudahan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang diharapkan Trianto, 2007: 10.
commit to user 16
Menurut Joyce dalam Triyanto 2007: 5 model pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan
pembelajaran di kelas dan untuk menentukan perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Joyce juga
menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Adapun
Soekamto dalam
Nurulwati dalam
Trianto 2007:
5 mengemukakan pengertian model pembelajaran sebagai berikut:
“Kerangka konseptual yang melakukan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktifitas belajar mengajar”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk
mengajar. Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dipunyai
strategi atau metode tertentu yaitu: 1
Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya. 2
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3
Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar metode tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4 Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai. Depdiknas, 2005: 5
Menurut Arends dalam Trianto 2007: 9 model mengajar yang praktis dan sering digunakan guru dalam mengajar yaitu presentasi, pembelajaran langsung,
pengajaran konsep, pengajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas. Ia menambahkan bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling
baik diantara yang lainnya karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan apabila telah diujicobakan untuk mengajar materi pelajaran tertentu
Arends dalam Trianto, 2007: 9. Oleh karena itu beberapa model pembelajaran perlu diseleksi, model pembelajaran manakah yang paling baik untuk
mengajarkan suatu materi tertentu. Akibatnya, dalam mengajarkan suatu topik
commit to user 17
tertentu dalam matematika haruslah dipilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pertimbangan mengenai materi pelajaran,
tingkat perkembangan kognitif, siswa dan sarana yang tersedia sangatlah penting dalam pemilihan model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dapat tercapai. b.
Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dilandasi
oleh teori konstruktivis. Pembelajaran kooperatif muncul dari ide bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka
saling berdiskusi dengan temannya. Menurut Wina Sanjaya 2006: 240 Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan atau tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku
yang berbeda heterogen. Adapun tujuan dibentuknya kelompok adalah memberi kesempatan kepada semua siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berpikir
dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling
membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya
selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti
menjadi pendengar aktif, berdiskusi, memberi penjelasan kepada teman sekelompok dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selanjutnya setiap anggota kelompok bekerja sama dan membantu memahami
suatu materi, memeriksa dan memperbaiki pekerjaan teman untuk mencapai tujuan hasil belajar yang tinggi. Guru perlu menanamkan pemahaman kepada
siswa bahwa tugas belum selesai apabila salah satu anggota kelompok belum menguasai dan memahami materi pelajaran.
Pembelajaran kooperatif akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Menurut Slavin dalam Wina Sanjaya
commit to user 18
2007: 240 hal ini berkaitan dengan dua alasan yaitu banyak penelitian membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
sekaligus meningkatkan kemampuan hubungan sosial dan harga diri. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar
berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
Hal yang sama juga disampaikan Johnson and Johnson dalam Zakaria 2010:273 sebagai berikut
”To achieve success in learning mathematics students should be given the opportunity to communicate mathematically, reasoning
mathematically, develop self confidence to solve mathematics problem. One of the ways this can be done is through cooperative learning
”. Ia juga menambahkan “In cooperative learning, students study in small groups to achieve the same goals
using social skills. Many studies show that cooperative learning can improve performance, long term memory and positive attitudes towards mathematics, self
concept and social skills”. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif dapat menjadi alternatif upaya memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini
dilakukan di sekolah-sekolah terutama dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok, karena dalam
belajar kooperatif ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang
efektif di antara anggota kelompokSanjaya, Wina, 2007:241. Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur dorongan kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama
mencapai tujuan kelompok. Melalui struktur dorongan yang bersifat kooperatif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar mendorong dan memotivasi
anggota lain menguasai materi pelajaran sehingga mencapai tujuan kelompok. Model pembelajaran kooperatif menuntut guru agar berperan sebagai
motivator, fasilitator dan moderator. Guru hendaknya mengurangi perannya sebagai sumber informasi. Kemampuan mengelola kelas sangat dibutuhkan agar
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Ketika siswa sedang belajar dan bekerja
commit to user 19
dalam kelompok, guru berkeliling diantara kelompok, memberikan pujian bagi kelompok yang sedang bekerja dengan baik serta mengamati kerja masing-
masing. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagi berikut:
1 Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif dalam menuntaskan
materi belajar. 2
Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3 Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, suku, jenis
kelamin yang beragam. 4
Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. Arends dalam Trianto, 2007: 47
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok dimana
keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan positif dalam belajar kelompok.
c. Teori yang mendasari pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif termasuk model pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Dalam teori konstruktivisme, kegiatan belajar
adalah kegiatan yang aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Guru tidak dapat begitu saja memberikan pengetahuannya kepada siswa. Agar
pengetahuan siswa bermakna, maka siswa harus memproses sendiri informasi yang diperolehnya, menstrukturnya kembali dan mengintegrasikan dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Dalam hal ini guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan pengetahuan tersebut.
Prinsip-prinsip dalam
pembelajaran yang
berlandaskan paham
konstruktivisme dikemukakan oleh Suparno 1997: 49 adalah sebagai berikut: 1
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun secara sosial.
2 Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. 3
Murid aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai
dengan konsep ilmiah. 4
Guru hanya sekadar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.
commit to user 20
Prinsip-prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam bidang matematika. Suparno 1997: 73 menjelaskan bahwa prinsip-prinsip yang sering
digunakan adalah 1 pengetahuan dibangun siswa secara aktif, 2 tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, 3 mengajar adalah membantu siswa, 4
tekanan dalam proses belajar lebih pada proses belajar bukan pada hasil akhir, 5 kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan 6 guru adalah fasilitator.
Teori –teori yang mendasari konstruktivisme dan mendukung pembelajaran
kooperatif antara lain: 1
Teori Vigotsky Kontribusi yang paling penting dari teori Vigotsky adalah penekanan pada
kerjasama, saling tukar pendapat antarsesama siswa dalam pembelajaran. Menurut teori ini siswa belajar konsep paling baik apabila konsep tersebut berada dalam
zona perkembangan terdekat mereka. Daerah perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini.
Ide lain dari teori Vigotsky adalah scaffolding, yaitu pemberian bantuan dan keleluasaan kepada siswa pada tahap awal belajar kemudian mengurangi bantuan
tersebut serta memberikan kesempatan kepada siswa mengambil tanggung jawab sendiri ketika mereka siap. Implikasi teori Vigotsky adalah adanya setting
pembelajaran yang menekankan hakikat sosial dalam belajar dan penggunaan kelompok sejawat untuk memodelkan cara berfikir yang sesuai dan saling
mengemukakan dan menantang miskonsepsi-miskonsepsi di antara mereka Pontecorvo dalam Nur, 1999: 7.
2 Teori Piaget
Pembentukan pengetahuan menurut Piaget adalah suatu proses asimilasi dan akomodasi informasi ke dalam struktur mental anak. Asimilasi artinya adalah
penyerapan pengalaman dan informasi baru, sedangkan akomodasi adalah hasil penyusunan kembali dari pikiran sebagai akibat masuknya pengalaman dan
informasi baru. Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan.
Sementara itu interaksi sosial dengan teman sebaya khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat
commit to user 21
pemikiran itu menjadi lebih logis. Berikut ini adalah implikasi penting dalam model pembelajaran dari teori Piaget Trianto, 2007: 16.
a Memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak, tidak
sekedar pada hasilnya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada
jawaban tersebut. b
Memperhatikan perencanaan pelik dari inisiatif anak sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa didorong untuk
menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksi spontan dengan lingkungannya. Oleh karena itu guru dituntut untuk mempersiapkan
beraneka ragam kegiatan yang memungkinkan anak melakukan kegiatan secara langsung dengan dunia fisik
c Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur
kegiatan kelas dalam bentuk individu-individu dan kelompok kecil siswa dari pada bentuk klasikal.
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki tiga tujuan penting Depdiknas, 2005: 15 yaitu:
1 Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model
kooperatif lebih baik dalam membantu siswa untuk memahami konsep- konsep yang sulit.
2 Penerimaan terhadap keragaman
Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima keragaman yang ada berupa perbedaan ras, budaya, tingkat sosial, dan kemampuan
akademik.
3 Pengembangan ketrampilan sosial
Model pembelajaran kooperatif berupaya mengembangkan ketrampilan sosial siswa meliputi berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain dan sebagainya.
commit to user 22
e. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Terdapat lima tipe pembelajaran kooperatif yaitu Student Teams Achievement
DivisionSTAD, Team-Games
TournamentTGT, Jigsaw,
Cooperative Integrated Reading and CompositionCIRC, dan Team Accelerate InstructionTAI. Kelima tipe ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab
individual dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. Dalam skripsi ini pembahasan dibatasi hanya pada tipe STAD.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota tiap kelompok empat sampai lima orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan diakhiri
dengan penghargaan kelompok. Slavin 2008: 11 menyatakan bahwa dalam STAD para siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat sampai
enam orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnik. Guru menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim
mereka, memastikan bahwa seluruh anggota tim seluruhnya telah menguasai pelajaran. Selanjutnya seluruh siswa mengerjakan kuis di mana mereka tidak
diperbolehkan saling membantu. Para siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran.
Mereka dapat bekerja sama membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan setiap ketidaksesuaian dan saling membantu jika ada yang salah
dalam memahami. Mereka saling menilai kekuatan dan kelemahan mereka agar berhasil dalam kuis. Meskipun demikian, mereka tidak boleh saling membantu
mengerjakan kuis. Tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab individual seperti ini akan memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu
sama lain Slavin, 2008: 12. Hal ini berkaitan agar semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan.
Kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya dan tiap tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang
diraih anggotanya. Poin dari tiap anggota kelompok dijumlahkan untuk memperoleh skor tim. Tim yang memenuhi kriteria tertentu akan mendapat
commit to user 23
sertifikat atau penghargaan. Penghargaan inilah yang dapat memotivasi siswa supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi
yang diajarkan guru. Sebagaimana model pembelajaran lainnya, model pembelajaran kooperatif
tipe STAD memerlukan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:
1 Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu dipersiapkan Rencana PembelajaranRP,
Lembar Kerja
SiswaLKS, beserta
lembar jawabannya.
2 Membentuk kelompok kooperatif
Pembentukan kelompok diupayakan terdiri dari siswa dengan beragam kemampuan dan latar belakang serta kemampuan setiap kelompok relatif
homogen. Apabila dalam kelas terdiri dari ras dan latar belakang yang relatif sama pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi
akademik. 3
Menentukan skor awal Skor awal yang digunakan adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini
dapat berubah setelah ada kuis. Hasil tes dari kuis dapat jadikan skor awal pada pembelajaran selanjutnya.
4 Pengaturan tempat duduk
Tempat duduk perlu diatur dengan baik agar pembelajaran dapat berhasil serta mengurangi kekacauan yang akan menyebabkan kegagalan
pembelajaran. 5
Kerja kelompok Untuk mengurangi hambatan pembelajaran kooperatif tipe STAD terlebih
dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok agar setiap individu saling mengenal lebih jauh dalam kelompok.
Menurut Slavin 2008: 143 STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individu, dan rekognisi tim. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
commit to user 24
1 Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau
diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Presentasi ini haruslah mencakup pembukaan,
pengembangan, dan pengarahan praktis tiap komponen dari keseluruhan pelajaran.
Pembukaan berisi penyampaian tujuan pembelajaran serta upaya menumbuhkan motivasi dan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Disamping itu
perlu dapat pula diupayakan siswa bekerja dalam tim mereka untuk menemukan konsep-konsep atau membangkitkan minat mereka terhadap
pelajaran. Mengulangi setiap persyaratan atau informasi secara singkat. Pengembangan berisi penekanan bahwa guru haruslah fokus pada hal-hal
yang ingin disampaikan pada siswa dengan cara memahami maknanya bukan dengan cara menghafal. Pengembangan juga berisi demonstrasi konsep atau
keterampilan dengan menggunakan alat bantu. Selanjutnya guru dapat melakukan penilaian melalui pertanyaan yang dilontarkan kepada siswa. Guru
lalu berpindah ke konsep berikutnya jika siswa telah menangkap gagasan utama.
Dalam pedoman pelaksanaan ini menyarankan guru untuk membuat siswa mengerjakan tiap persoalan atau contoh soal atau menyisipkan jawaban
terhadap pertanyaan yang diberikan. Guru dapat memanggil siswa secara acak ini akan membuat mereka mempersiapkan diri untuk menjawab. Pada saat ini
guru jangan memberikan tugas kelas yang memakan waktu yang lama lalu guru memberikan umpan balik.
2 Tim
Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan siswa atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi,
pembelajaran itu melibatkan pembahasan masalah bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada
yang melakukan kesalahan. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan
commit to user 25
bahwa semua anggota tim telah benar-benar belajar dan lebih khususnya adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
3 Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan
kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual
untuk memahami materinya. 4
Skor Kemajuan Individual Tujuan diperhitungkannya skor kemajuan individual adalah untuk
memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dari pada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan
kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dengan sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannnya tanpa usaha mereka yang terbaik.
Tiap siswa diberi skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa sebelumnya dalam menjalankan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan
mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
Menurut Slavin dalam Ibrahim dalam Triyanto 2007: 55 untuk memberikan skor perkembangan individupoin kemajuan dihitung seperti
pada tabel berikut: Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan
Skor Kuis Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah
skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
20 Lebih dari 10 poin diatas skor awal
30 Nilai sempurnatanpa memperhatikan
skor awal 30
commit to user 26
5 Rekognisi Tim
Tim akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor dihitung berdasarkan
rata-rata skor perkembangan yang disumbangkan anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata perkembangan kelompok, ditetapkan tiga kategori skor
kelompok Ratumanan dalam Triyanto, 2007: 55. Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata Tim Predikat
0 ≤ x 5 -
5 ≤ x 15 Tim BaikGood Team
15 ≤ x 25 Tim HebatGreat Team
25 ≤ x ≤ 30 Tim SuperSuper Team
Dari kelima komponen diatas apabila langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD disusun dalam tabel adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Langkah Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Langkah1 Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Guru menumbuhkan rasa
ingin tahu siswa agar siswa termotivasi untuk
belajar misalnya dengan membuat
mengajukan pertanyaan
Siswa mendengarkan dan memperhatikan guru.
Siswa menjawab
pertanyaan guru.
Langkah 2 Menyajikan informasi
Guru memberikan
penjelasan kepada siswa dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan. Siswa
mengikuti penjelasan guru dengan
baik.
commit to user 27
Guru dapat
pula mengadakan
diskusi kelas yang dipimpin oleh
guru tersebut. Guru
menjelaskan konsep satu per satu agar
siswa mengerti gagasan utamanya.
Siswa menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
Siswa dapat bertanya
apabila ada hal-hal yang kurang jelas.
Langkah 3 Tim
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam tim. Guru
menekankan bahwa
setiap kesulitan harus didiskusikan dalam tim
sebelum menanyakannya pada guru.
Guru memberikan
lembar kegiatan siswa untuk
dikerjakan dan
didiskusikan bersama
dalam tim. Guru membimbing dan
mengawasi setiap
kelompok memastikan
bahwa diskusi berjalan dengan baik.
Guru membantu
kelompok yang
mengalami kesulitan. Siswa mulai bekerja dan
belajar dalam kelompok.
Siswa berdiskusi
memecahkan setiap
persoalan dalam lembar kegiatan siswa.
Siswa saling membantu agar
setiap anggota
memahami materi dan dapat
menyelesaikan lembar kegitan siswa.
Siswa menanyakan hal- hal yang belum jelas atau
mengalami kesulitan. Langkah 4
Kuis Guru memberikan kuis
sebagai bentuk evaluasi Siswa mengerjakan kuis
secara individu.
commit to user 28
atas pembelajaran yang telah dilakukan.
Guru mengawasi siswa dan
meminta siswa
bekerja sendiri. Guru
meminta siswa
mengumpulkan kuis
apabila waktu pengerjaan telah berakhir.
Siswa mengumpulkan
kuis yang
telah dikerjakan.
Langkah 5 Memberikan
Penghargaan Guru
mengumumkan hasil
kuis dan
memberikan penghargaan
kepada kelompok sesuai dengan
kriteria yang dicapai. Siswa
memperhatikan penjelasan guru.
Siswa menerima
penghargaan sesuai
dengan hasil
kerja mereka.
Dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup sederhana. Bentuk
pembelajaran yang dilakukan hampir sama dengan pembelajaran konvensional. Hal ini tampak pada fase kedua yaitu penyajian materi atau informasi pelajaran
dari guru ke siswa. Hal ini tentu saja kurang sesuai dengan teori konstruktivisme bahwa suatu ilmu pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa, kecuali
dengan keaktifan siswa sendiri. Dampak lain dari pemberian materi ini adalah berkurangnya kemandirian siswa dalam belajar. Siswa beranggapan tidak perlu
mempelajari materi sebab guru akan menjelaskan materi. Akibat lebih jauh adalah siswa tidak dapat menuangkan ide-ide yang berbeda dalam diskusi sehingga
kegiatan diskusi kurang berjalan efektif dan efisien. Untuk itu model pembelajaran STAD perlu diperbaiki dengan merancang
kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan teori konstruktivisme dengan mengurangi peran guru sebagai pemberi informasi. Kegiatan pembelajaran seperti
commit to user 29
ini dapat dilakukan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang Dimodifikasi