Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

commit to user 24 Menurut Ropaun Rambe, selain kewajiban seperti yang dicantumkan di atas, seorang Penasihat Hukum yang profesional mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut : 1. Mendahulukan Kepentingan Klien daripada kepentingan pribadi. 2. Harus mengutamakan penyelesaian perkara dengan damai. 3. Tidak memberikan keterangan yang menyesatkan tentang perkara. 4. Tidak menjanjikan perkara menang yang ditanganinya. 5. Tidak membatasi kebebasan seseorang terhadap orang lain. 6. Tidak menyangkut-pautkan perkara yang satu dengan lainnya. 7. Tidak membeda-bedakan Klien yang miskin dan yang kaya dalam memberikan bantuan hukum. 8. Menjaga kehormatan profesi dan harkat martabat diri. 9. Mengutamakan Hukum Adat sebagai sumber hukum, Ropaun Rambe, 2001:59.

e. Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

Penasihat Hukum dalam kedudukannya sebagai sutau profesi yang mulia atau lebih dikenal dengan istilah officium nobile berdasarkan Pasal 22 ayat 1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat berbunyi “Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu”. Selain menangani perkara dengan menetapkan suatu legal fee atau honorarium, Penasihat Hukum juga memiliki kewajiban dalam memberikan bantuan hukum untuk kaum miskin dan buta huruf. Perolehan pembelaan dari seorang Penasihat Hukum atau pembela umum access to legal counsel adalah hak asasi manusia yang sangat mendasar bagi setiap orang dan oleh karena itu merupakan salah satu syarat untuk memperoleh keadilan bagi semua orang justice for all. public defender sebagai pekerja di lembaga bantuan hukum legal aid institute untuk membela kepentingannya dalam suatu perkara hukum. Tidak adil kiranya bilamana orang yang mampu saja yang dapat memperoleh pembelaan oleh Penasihat Hukum dalam menghadapi commit to user 25 masalah hukum. Sedangkan fakir miskin tidak memperoleh pembelaan hanya karena tidak sanggup membayar uang jasa fee seorang Penasihat Hukum yang tidak terjangkau oleh mereka. Kalau ini sampai terjadi maka asas persamaan di hadapan hukum tidak tercapai Aminah Humairoh, 2010:8. Secara ideal dapat dijelaskan bahwa bantuan hukum merupakan tanggung jawab sosial dari Penasihat Hukum. Oleh sebab itu Penasihat Hukum dituntut agar dapat mengalokasikan waktu dan juga sumber daya yang dimilikinya untuk orang miskin yang membutuhkan bantuan hukum secara Cuma-Cuma atau Probono, Amnesty International, 1998:22. Pemberian bantuan hukum oleh Penasihat Hukum bukan hanya dipandang sebagai suatu kewajiban an sich namun harus dipandang pula sebagai bagian dari kontribusi dan tanggung jawab sosial social contribution and social liability dalam kaitannya dengan peran dan fungsi sosial dari profesi Penasihat Hukum. Adanya Peraturan Pemerintah PP No.83 tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum secara Cuma-Cuma yang merupakan pelaksanaan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat yang mengisyaratkan Penasihat Hukum wajib memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Selain itu fakir miskin yang frustrasi dan tidak puas karena tidak memperoleh pembelaan dari organisasi bantuan hukum akan mudah terperangkap dalam suatu gejolak sosial social upheaval antara lain melakukan kekerasan, huru-hara, dan pelanggaran hukum sebagaimana dinyatakan Von Briesen sebagai berikut Dicey A.V, 1959:56 : Legal aid was vital because it keeps the poor satisfied, because it establishes and protects their rights; it produces better workingmen and better workingwomen, better house servants; it antagonizes the tendency toward communism; it is the best argument against the socialist who cries that the poor have no rights which the rich are bound to respec, commit to user 26 Dicey A.V, 1959: 56. Bantuan hukum mempunyai peranan yang sangat penting untuk melindungi kaum miskin dari, karena hal ini menjamin dan melindungi hak-hak mereka; baik untuk pekerjaburuh laki-laki maupun pekerja buruh perempuan, mendapat penghidupan rumah tangga yang lebih baik; hal ini bertolak belakang dari tendensi komunis; bahwa pahan yang terbaik adalah sosialis dimana membawa kaum miskin tidak mempunyai hak-hak untuk meningkatkan penghidupan, A.V Dicey, 1959: 56. Melihat kepada kondisi sekarang, fakir miskin belum dapat memperoleh bantuan hukum secara memadai, walaupun pada tahun 2003 Undang-Undang Advokat telah diundangkan http:www.mail- archive.comcikeas yahoogroups .com msg22404.html diakses 5 September 2010 pukul 12.15 WIB. Undang-Undang Advokat ini memang mengakui bantuan hukum sebagai suatu kewajiban Penasihat Hukum, namun tidak menguraikan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan bantuan hukum dan bagaimana memperolehnya. Selama ini adalah adanya kesemrawutan dalam konsep bantuan hukum dalam bentuk ada kantor-kantor Advokat yang mengaku sebagai lembaga bantuan hukum tetapi sebenarnya berpraktik komersial dan memungut fee, yang menyimpang dari konsep pro bono publico yang sebenarnya merupakan kewajiban dari Advokat. Selain kantor Advokat mengaku sebagai organisasi bantuan hukum juga ada organisasi bantuan hukum yang berpraktik komersial dengan memungut fee untuk pemberian jasa kepada Kliennya dan bukan diberikan kepada fakir miskin secara pro bono publico Ari Yusuf Amir, 2008:34. Pada tanggal 31 Desember 2008 lalu pemerintah telah mensahkan Peraturan Pemerintah PP No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma- Cuma. Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan Pasal 22 Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat yang commit to user 27 mengisyaratan Penasihat Hukum wajib memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Kurang lebih 5 tahun masyarakat dan Penasihat Hukum menunggu Peraturan Pemerintah ini, karena dalam kurun waktu itu sebagian Penasihat Hukum masih engan memberikan bantuan hukum secara probono Cuma-Cuma ini. Tepatnya 6 bulan semenjak Peraturan Pemerintah ini di sahkan atau sekitar tanggal 31 Juni 2009 seluruh Penasihat Hukum sudah wajib mejalankan fungsi sosialnya, tanpa alasan apapun kecuali ada hal lain yang ditentukan oleh Undang- Undang Advokat atau kode etik Advokat, http:www.legalitas.orgcontent implementasi-bantuan-hukum-dan- permasalahannya-peraturan-pemerintah-nomor-83-tahun-2008[1 Oktober 2010 pukul 16.44 WIB]. Bantuan hukum pada dasarnya adalah hak dari semua orang yang diperoleh tanpa bayarCuma-Cuma Probono publicio Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma. Termasuk bagi masyarakat yang tidak mampu ketika ia berhadapan dengan hukum. Hal ini dijamin dalam UUD RI 1945 Pasal 34 ayat 1 yang berbunyi “fakir miskin dan anak telantar dipelihara oleh negara”. Bantuan hukum itu sifatnya membela kepentingan masyarakat terlepas dari latar belakang, etnisitas, asal-usul, keturunan, warna kulit, ideologi, keyakinan politik, kaya miskin, agama, dan kelompok orang yang dibelanya. Tidak sedikit individu maupun kelompok masyarakat tidak mampu sebagai pencari keadilan “kecewa” kepada hukum karena keadilan yang ia cari tidak didapatkannya hanya karena ia tidak mampu membayar jasa Penasihat Hukum dalam rangka menangani dan menyelesaikan masalah hukumnya. Dengan dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma dan sebagai commit to user 28 perwujudan pelaksanaan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, maka warga masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis tidak perlu lagi khawatir tatkala ia berurusan dengan hukum dan bagaimana cara menyelesaikannya baik didalam maupun diluar pengadilan karena dalam Peraturan Pemerintah tersebut telah terjamin hak untuk mendapat bantuan hukum Cuma-Cuma tanpa bayar dari Penasihat Hukum, jika Penasihat Hukum menolak maka akan mendapat sanksi, misalnya diberhentikan menjadikan Penasihat Hukum, Rianda Seprasia, 2008:2. Bantuan hukum Cuma-Cuma bagi masyarakat menurut Pasal 1 3 Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 adalah jasa hukum yang diberikan Penasihat Hukum tanpa menerima pembayaran honorarium meliputi pemberian konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu. Profesi Penasihat Hukum seringkali mengalami hambatan dituduh oleh masayarakat dengan cap buruk karena ideologinya yang sejalan dengan Terdakwa yang dibelanya, dianggap menghisap Klien secara materi, serta adanya pandangan bahwa seorang Advokat sering kali membantu Klien dalam melakukan tindak pidana. Sebagai contoh dalam pembelaan masalah tindak pidana pencucian uang terkadang seorang Advokat dianggap membantu Klien memindahkan hasil tindak pidana melalui pembayaran jasa hukum atau legal fee. Adapun beberapa alasan Penasihat Hukum melakukan bantuan hukum atau jasa hukum secara Probono Cuma-Cuma adalah sebagai berikut : 1. Didasari oleh tanggungjawab moral dan pertimbngan kemanusiaan. 2. Disebabkan oleh kondisi ekonomi Klien yaitu bahwa Klien tidak mampu atau akan menemui kesulitan jika harus memenuhi legal fee. 3. Ditunjuk oleh pengadilan lewat prosedur formal yang berlaku untuk mewakili Tersangka atau Terdakwa perkara pidana yang secara ekonomis tidak mampu. commit to user 29 4. Dilandasi alasan demi kepentingan hukum, yaitu pandangan bahwa setiap orang yang terlibat suatu perkara berhak untuk mendapatkan bantuan hukum sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundng-undngan yang berlaku. 5. Didasari oleh tuntutan profesi yang memang memiliki aspek sosial, yakni ikut menjamin tersedianya akses setiap masyarakat untuk mendapatkan bantuan hukum, serta tuntutan profesi untuk tidk membeda-bedakan Klien yang diwakili. 6. Bekerja atau pernah bekerja di lembaga-lembaga bantuan hukum. 7. Ditunjuk oleh organisasi Advokat yang menaunginya dalam merealisasikan program yang telah ditentukan oleh organisasi 8. Ditugaskan oleh kantor tempat Penasihat Hukum yang bersangkutan bekerja sebagai bagian dari kebijakan, Daniel S.Lev, 2001:132. f Hubungan Penasihat Hukum Dengan Klien Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat pengertian Klien adalah orang subyek hukum yang dengan memberikan kuasa diberikan bantuan hukum oleh Penasihat Hukum atau oleh mereka yang menjalankan fungsi Penasihat Hukum. Klien merupakan orang, badan hukum atau lembaga lain yang menerima jasa dan atau bantuan hukum dari Penasihat Hukum. Penasihat Hukum disebut juga sebagai officer of the court. Advokat sebagai officer of the court pastilah mempunyai hubungan dengan Kliennya, sehingga terdapat dua konsekuensi yuridis, sebagai berikut : 1. Pengadilan akan memantau bahkan memaksakan agar Penasihat Hukum selalu tunduk pada ketentuan Undang-Undang atau berperilaku yang patut dan pantas terhadap Kliennya. 2. Karena Penasihat Hukum harus membela Kliennya semaksimal mungkin, maka Penasihat Hukum harus hati-hati dan tunduk sepenuhnya kepada aturan hukum yang berlaku, Daniel S.L ev, 2001:55. commit to user 30 Berdasarkan uraian di atas tersebut maka hubungan antara Penasihat Hukum dengan Klien dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. Penasihat Hukum dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai; 2. Penasihat Hukum tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan Klien mengenai perkara yang sedang diurusnya; 3. Penasihat Hukum tidak dibenarkan menjamin kepada Kliennya bahwa perkara yang ditanganinya akan menang; 4. Dalam menentukan besarnya honorarium Penasihat Hukum wajib mempertimbangkan kemampuan Klien; 5. Penasihat Hukum tidak dibenarkan membebani Klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu; 6. Penasihat Hukum dalam mengurus perkara Cuma-Cuma harus memberikan perhatian yang sama seperti terhadap perkara yang mana ia menerima uang jasa; 7. Penasihat Hukum harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar hukumnya; 8. Penasihat Hukum wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh Klien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan antara Penasihat Hukum dan Klien itu; 9. Penasihat Hukum tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak menguntungkan posisi Klien atau pada saat tugas itu akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi Klien yang bersangkutan; 10. Penasihat Hukum yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan tersebut, apabila dikemudian hari timbul pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang bersangkutan; 11. Hak retensi Penasihat Hukum terhadap Klien diakui sepanjang tidak akan menimbulkan kerugian kepentingan Klien, Ropaun Rambe, 2001:45-46. Menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan Klien adalah tugas utama dari seorang Penasihat Hukum hal ini disebabkan di samping Klien merupakan sumber penghasilan juga karena profesi Penasihat Hukum merupakan jasa. kepercayaan dari Klien dalam menegakkan hukum dan keadilan menjadi sangat penting supaya kepercayaan yang diberikan oleh Klien terhadap Penasihat Hukum itu commit to user 31 hilang bahkan disalahgunakan, oleh karena Klien diabaikan kepentingannya. Terdapat tiga teori dalam hubungan antara Penasihat Hukum dan Klien yakni antara lain : a. Teori Pengabdian Paling Lemah Seorang Penasihat Hukum tidak boleh melakukan tindakan tertentu untuk Kliennya yang menurut pertimbangannya, tindakan tersebut tidak layak, tidak sesuai dengan hati nurani atau tidak adil. b. Teori Pengabdian Individual Individual preference level Diserahkan pada pertimbangan Penasihat Hukum tersebut apakah dia mau melakukan tindakan tertentu untuk Kliennya yang menurut pertimbangannya, tindakan tersebut tidak layak, tidak sesuai dengan hati nurani, atau tidak adil. Jadi tidak ada keharusan untuk melakukannya. c. Teori Pengabdian Total total commitment Mengharuskan Penasihat Hukum tersebut untuk melakukan tindakan tertentu untuk Kliennya meskipun menurut pertimbangannya tindakan tersebut tidak layak, tidak sesuai dengan hati nurani, atau tidak adil. Dalam hal ini ada keharusan bagi Penasihat Hukum tersebut untuk melakukan tindakan seperti itu, seperti dalam membela Kliennya Penasihat Hukum tidak boleh melanggar aturan hukum yang berlaku, tidak boleh melanggar prinsip moral serta tidak boleh merugikan kepentingan orang lain, PERADI, 2007:35. Penasihat Hukum disamping bertugas menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan Klien, hal yang tidak kalah pentingnya adalah Penasihat Hukum berkewajiban menjaga kerahasiaan perkara Klien rahasia pekerjaan. Rahasia pekerjaan jika wajib simpan rahasia pekerjaan dalam hal apapun dan bagaimanapun wajib menyimpan rahasianya, maka rahasia pekerjaan itu rahasia mutlak absolut. Sebaliknya rahasia relatif nisbi adalah jika wajib simpan rahasia pekerjaan itu harus membuka rahasianya dan harus dikorbankan kepentingan yang lebih besar daripada kepentingan Klien yang dilindungi oleh rahasia itu. Kerahasiaan hubungan antara Penasihat Hukum dan Kliennya adalah sebagai berikut: commit to user 32

a. Hubungan Fiduciaries