commit to user
1. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto
Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto dilakukan di pengadilan tingkat pertama yakni di Pengadilan Negeri Karanganyar dan di
pengadilan tingkat kedua yakni di Pengadilan Tinggi Semarang. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa di Pengadilan Tinggi Semarang dilakukan
karena Jaksa Penuntut Umum tidak menerima terhadap putusan hakim Pengadilan Negeri Karanganyar, sehingga mengajukan upaya hukum
banding.. Agar penelitian ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan maka Penulis memberikan batasan masalah yaitu membahas mengenai upaya
pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto dalam lingkup periksaan perkara di pengadilan tingkat pertama yakni di Pengadilan Negeri
Karanganyar.
A. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto
di Dalam Persidangan
Wujud bantuan hukum bagi Terdakwa Lanjar Sriyanto di dalam persidangan adalah dengan mengajukan pembelaan pledoi dan
berbagai bentuk pendampingan terhadap Terdakwa selama menjalani proses pemeriksaan di dalam persidangan serta mengajukan saksi-saksi
yang meringankan Terdakwa Lanjar Sriyanto. Pembuatan Eksepsi tidak dilakukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa di dasarkan pada alasan
bahwa Terdakwa Lanjar Sriyanto menyatakan telah mengerti atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum dan tidak mengajukan eksepsi.
Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto mempunyai sikap een objektieve beoordeling van een subjektieve positie artinya sikap
Penasihat hukum di dalam persidangan harus selalu bersandar pada kepentingan Terdakwa, namun harus tetap bersikap obyektif. harus
menggunakan ukuran obyektif dalam upaya meringankan bahkan membebaskan Terdakwa. Penasihat Hukum Terdakwa melakukan upaya
pembelaan pada saat Terdakwa menjalani sidang yang ketiga dan
commit to user
sebelum sidang yang ketiga ini Terdakwa Lanjar Sriyanto bertindak atas nama dirinya sendiri bertindak tanpa didampingi oleh Penasihat
Hukum. Di dalam pengadilan, Advokat merupakan salah satu unsur peradilan demi terciptanya proses peradilan yang bebas dan tidak
memihak serta berjalannya prinsip due process of law. . Kapasitas Penasihat Hukum saat memeriksa Tersangka dimuka
sidang pengadilan bersifat aktif, artinya kehadirannya dapat
menggunakan hak-haknya sama seperti hakim dan jaksa penuntut umum yaitu hak bertanya jawab, cross examination, hak untuk mengajukan
pembuktian saksi dan suratalat bukti lain dan pledoi penasehat hukum sebagai procuratorpembela. Betapa sulit posisi Penasihat Hukum
dalam perkara pidana, dimana harus memadukan antara keharusan memihak Terdakwa dengan penilaian yang subyektif terhadap peristiwa-
peristiwa di persidangan karena ”erhische legiminatik” oleh karena profesionalisme seorang Advokat sangat dibutuhkan www.mail-
archive.comcikeas yahoogroups .com msg22404.html, 5 September 2010 pukul 12.15 WIB.
1. DASAR HUKUM PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM TERDAKWA
Berdasarkan fakta peristiwa, fakta hukum, dan fakta yang terdapat di dalam persidangan maka Penasihat Hukum Terdakwa
menyusun berkas Pembelaan Pledoi, sehingga diketahui dasar hukum pembelaan yang digunakan oleh Penasihat Hukum Terdakwa
Lanjar Sriyanto, yakni : a Berdasarkan fakta peristiwa dan fakta yuridisnya.
Berdasarkan fakta peristiwa yang telah dipelajari oleh Penasihat Hukum Terdakwa maka disusunlah pembelaan dalam
commit to user
bentuk Pledoi yang dibacakan dalam persidangan.pada hari Kamis tanggal 25 Februari 2010. Sebagaimana yang didakwakan
Jaksa Penunutut Umum kepada Terdakwa, dimana Terdakwa didakwa dengan dakwaan kumulatif, yaitu:
i Dakwaan Kesatu: melanggar Pasal 359 KUHP.
ii Dakwaan Kedua: melanggar Pasal 360 ayat 2 KUHP.
Selanjutnya dalam pledoi, agar dapat diketahui bersalah atau tidaknya Terdakwa, maka Penasihat Hukum Terdakwa
melakukan analisis hukum terhadap dakwaan Jaksa Penuntut Umum tersebut. Analisis hukum yang dilakukan oleh Penasihat
Hukum Terdakwa pada intinya berisi tentang keberatan Tim Penasehat Hukum Terdakwa atas tuntutan Jaksa Penuntut Umum
yakni : 1.
Dakwaan Error in Persona Berdasarkan uraian Dakwaan Kesatu Jaksa Penuntut
Umum disebutkan bahwa “….korban Saptaningsih terjatuh terpental ke arah selatan as jalan dan tertabrak oleh
kendaraan Isuzu Panther No. Pol AE-1639-JA yang berjalan dari arah berlawanan pada jalurnya di sebelah
selatan as jalan”. “Mobil Panther mempunyai peranan dalam kecelakaan ini yaitu sebagai yang menabrak
sehingga menyebabkan matinya seseorang”. 2.
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum kabur, tidak jelas dan tidak cermat Obscuur Libel.
Bahwa dalam surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum adalah tidak jelas dan kabur. Hal ini
dikarenakan : Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP menentukan syarat tentang isi surat dakwaan ialah “harus
commit to user
berupa uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebut waktu
dan tempat tindak pidana dilakukan”. Bahwa yang dimaksud dengan cermat, jelas dan lengkap tidak saja
menyebut seluruh unsur beserta dasar hukum Pasal dari peraturan perundangan pidana yang didakwakan, melainkan
juga menyebut secara cermat, jelas, dan lengkap tentang unsur-unsur tindak pidana pasal yang didakwakan yang
harus jelas pula cara tindak pidana dilakukan oleh Terdakwa dan kaitannya atau hubungannya dengan
peristiwa atau kejadian nyata yang didakwakan. Dalam dakwaannya Jaksa Penuntut Umum tidak
menjelaskan mengenai
“unsur karena
salahnya menyebabkan
matinya orang”
sebagaimana yang
disyaratkan dalam Pasal 359 KUHP. Padahal dalam kasus ini unsur kesalahan tidak ada pada diri Terdakwa.
Mengingat, dalam teori hukum pidana ada prinsip aktual dan faktual, yaitu siapa yang secara langsung menabrak itu
yang menjadi Terdakwa. Dalam kasus ini, di dalam
dakwaan Jaksa Penuntut Umum justru menguraikan bahwa
“….korban Saptaningsih terjatuh terpental ke arah selatan as jalan dan tertabrak oleh kendaraan Isuzu Panther No. Pol
AE-1639-JA yang berjalan dari arah berlawanan pada jalurnya di sebelah selatan as jalan”. Hal ini tentu
menunjukkan bahwa Dakwaan Jaksa Penuntut Umum kabur, tidak jelas dan tidak cermat Obscuur Libel.Unsur
barang siapa dalam kasus ini seharusnya bukan dialamatkan kepada Terdakwa. Melainkan, adalah sopir mobil Panther
yang manabrak korban, sehingga menyebabkan matinya korban. Unsur karena salahnya menyebabkan matinya
orang”, jelas tidak tepat jika dialamatkan kepada Terdakwa.
commit to user
Mengingat, tidak ada hubungan kausalitas kekuranghati- hatian Terdakwa dengan penyebab matinya korban
Saptaningsih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “Unsur-unsur Pasal 359 KUHP” adalah tidak terbukti.
3. Mengenai Unsur-unsur Dalam Dakwaan Kedua yang menyatakan bahwa Terdakwa didakwa dalam dakwaan
Kedua sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 360 ayat 2 KUHP.
Dalam hal ini, karena salahnya kurang hati-hatinya menyebabkan orang luka ringan tidak ziek dan tidak
terhalang pekerjaan sehari-hari, tidak dikenakan pasal ini R.Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, Penerbit Politeia, Tahun 1976. Berdasarkan Fakta Persidangan dan Keterangan Ahli dr. Rory Hartono
menyatakan bahwa Visum et Repertum atas nama korban
Samto Warih Waluyo termasuk derajat ringan. Dalam hal
ini, derajat luka ditentukan dari luasnya luka, apakah luka tersebut mengganggu aktivitasnya atau tidak, dan
memerlukan rawat inap atau tidak. Berdasarkan fakta persidangan diketahui dengan
jelas menyatakan bahwa korban Samto Warih Waluyo anak Terdakwa tidak menjalani rawat inap, melainkan
hanya diberikan pengobatan pada dahi dan bibir untuk selanjutnya di bawa pulang ke rumah dan juga tidak
sampai menghalangi aktivitas sehari-hari korban Samto Warih Waluyo anak Terdakwa. Oleh karena itu, sesuai
dengan fakta persidangan tersebut jelas menunjukkan bahwa korban Samto hanya mengalami luka ringan.
Berdasarkan pendapat R.Soesilo di atas, bahwa karena
commit to user
salahnya kurang hati-hatinya menyebabkan orang luka ringan tidak ziek dan tidak terhalang pekerjaan sehari-
hari, tidak dikenakan pasal ini. Dengan demikian “Unsur- unsur Pasal 360 ayat 2 KUHP” adalah tidak terbukti dan
tidak dapat digunakan untuk menjerat Terdakwa. 4. Dalam kasus ini menurut pendapat Penasihat Hukum
Terdakwa, korban meninggal Saptaningsih bukan karena kecelakaan
tunggal, sehingga
Terdakwa harus
mempertanggungjawabkan kesalahannya. Melainkan, ada kecelakaan lain yang menyebabkan matinya korban. Hal
ini sesuai dengan keterangan saksi Karyanto selaku Penyidik dalam kecelakaan ini, yang menyatakan bahwa
“Mobil Panther mempunyai peranan dalam kecelakaan ini yaitu sebagai yang menabrak sehingga menyebabkan
matinya seseorang”.
Sehubungan dengan pledoi yang disampaikan oleh Penasihat Hukum Terdakwa seperti yang dipaparkan di atas
maka Penasihat Hukum Terdakwa memohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara untuk menjatuhkan putusan
sebagai berikut : a. Menyatakan bahwa Terdakwa Lanjar Sriyanto tidak
terbukti kesalahannya secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana baik pada dakwaan Kesatu dan
Dakwaan Kedua. b. Membebaskan Terdakwa Lanjar Sriyanto dari semua
tuntutan hukum
Vrijspraak atau
setidak-tidaknya melepaskan Terdakwa Lanjar Sriyanto dari semua tuntutan
hukum Ontslaag Van Alle Rechtsvervolging; c. Memulihkan hak-hak Terdakwa dalam kemampuan,
kedudukan, dan harkat serta martabatnya.
commit to user
d. Membebankan segala biaya yang timbul dalam perkara ini
kepada negara.
b Mengkombinasikan pembelaannya pledoi dengan pendapat
pakar , ahli hukum dan teori-teori hukum doktrin. Pendapat pakar dan ahli hukum serta teori-teori hukum.
yang digunakan oleh Penasihat Hukum yaitu sebagai berikut : 1. Menurut R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Penerbit Politeia, dijelaskan bahwa mati orang disini tidak dimaksud sama sekali oleh Terdakwa.
Akan tetapi, kematian tersebut hanya merupakan akibat daripada kurang hati-hati atau lalainya Terdakwa delik
culpa. Dalam hal ini, yang dimaksud karena salahnya adalah kurang hati-hati, lalai, lupa, amat kurang perhatian.
Berdasarkan fakta persidangan diketahui bahwa sebelum kecelakaan terjadi, kondisi sepeda motor saat itu
adalah normal dengan kecepatan 50-60 kmjam dan karena Mobil Suzuki Carry secara mendadak mengurangi lajunya
tanpa ada tanda dari lampu stopper mobil, maka terjadilah tabrakan tersebut. Padahal, Terdakwa Sriyanto sudah
mengerem dengan sekuat tenaga. Akan tetapi, tidak bisa menghentikan laju motor yang oleng dan akhirnya bemper
motornya menabrak mobil Carry mengenai bemper belakang. Hal ini tentu menunjukkan bahwa Terdakwa
sudah sangat berhati-hati pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Hal yang patut menjadi pertanyaan di sini adalah
penyebab matinya korban. Apakah karena kecelakaan tunggal,
sehingga Terdakwa
harus mempertanggungjawabkan kesalahannya ataukah ada
kecelakaan lain yang menyebabkan matinya korban? Hal ini sangat penting untuk membuktikan unsur “karena
salahnya menyebabkan matinya orang”, sehingga orang yang dimintai pertanggungjawaban adalah orang yang tepat
dan bukan orang yang dikorbankan akibat rekayasa hukum yang tidak memiliki akses keadilan.
2. Bahwa menurut Guru Besar Sosiologi Hukum Universitas Diponegoro,
Profesor Satjipto
Rahardjo Alm,
menyatakan: Hukum bukan teks semata, tetapi terkait alam pikiran dan nurani manusia yang menjalankan Harian
KOMPAS, 19122008. “Seorang Hakim dapat berbeda pendapat dengan polisi dan jaksa, dalam mengambil
commit to user
keputusan. Berhukum itu tak hanya berbasis teks, tetapi juga akal sehat dan nurani”. Berhukum berdasarkan book-
rule amat tidak cukup dan dibutuhkan berhukum dengan nurani Harian Kompas, Senin 08062009.
3. Bahwa menurut Mantan Hakim Agung, Bismar Siregar selalu mengatakan, ”Saya akan mendahulukan keadilan
daripada hukum”. Dasar seorang hakim dalam mengambil putusan adalah ”Demi Keadilan”, bukan demi hukum
semata. Buku: Hukum Hakim dan Keadilan Tuhan, Penerbit: Gema Insani, Jakarta, 1995, hal. 19-20.
4. Bahwa menurut Ketua Mahkamah Konstitusi, Profesor Moh. Mahfud, MD, menyatakan: Penegakan hukum harus
mengutamakan rasa keadilan dan berlandaskan hari nurani. Karena itu, ketika penerapan peraturan hukum
formal tidak menunjukkan rasa keadilan dan hati nurani, peraturan itu dapat dilanggar. ”Saat proses hukum secara
formalitas sudah diterapkan dengan benar, tetapi dalam penerapannya ternyata juga melanggar keadilan, hati
nurani, dan hak asasi manusia maka hakim harus memproritaskan keputusan berdasarkan keadilan, hati
nurani, dan hak asasi manusia”. Inilah yang disebut dengan keadilan subtantif bukan normatif-legalistik
formalistik Harian KOMPAS, Kamis, 07012010, hal. 2.
5. Bahwa menurut Ahli hukum pidana dari Universitas Indonesia, Profesor Indriyanto Seno Aji, berpendapat dalam
kasus ini: korban tak layak dan tak bisa dijadikan terdakwa. ”Ia justru korban. Jika majelis hakim yang
mengadilinya cermat, saat dakwaan dibacakan, hakim sudah bisa menyatakan dakwaan harus dibatalkan karena
kabur dan tidak cermat,”. Oleh karena kasusnya terlanjur berjalan di pengadilan, hakim harus membebaskan
Terdakwa. Sebagai gantinya, pengemudi mobil Panther itu yang harus dijadikan terdakwa, sebab dalam hukum pidana
ada prinsip aktual dan faktual, siapa yang secara langsung menabrak itu yang menjadi terdakwa Harian KOMPAS,
Senin, 11012010, hal. 1.
6. Bahwa menurut Ahli hukum pidana dari Universitas
Indonesia yang lain, Dr. Rudi Satrio, berpendapat dalam kasus ini: langkah yang dilakukan polisi dinilai kurang
tepat. “Sebetulnya kesalahan tidak ada, karena istrinya tewas ditindas sama orang lain Mobil Isuzu Panther.
Kepada suami tersebut terdakwa Lanjar tidak dapat
commit to user
dipertanggungjawabkan karena dia juga jadi korban dalam kasus ini”. Dia bukan penyebab kematian istrinya Harian
SOLOPOS, Rabu, 13012010 hal. 8, Putusan PN. Kra. No. 249Pid.B2009.
c Berdasarkan kasus posisi dan keterangan yang diberikan oleh
Terdakwa Lanjar Sriyanto yang oleh Penasihat Hukum Terdakwa diminta menuturkan fakta peristiwa dan kronologi
dari kecelakaan lalu lintas yang dialaminya dengan terbuka dan sejujur-jujurnya yang didapat ketika menjalani pemeriksaan di
persidangan. d
Mendasarkan pembelaannya pada teori pemidanaan gabungan dan teori restorative justice.
Teori Gabungan multifungsi vernegings theorien yang bercirikan bahwa pembalasan sebagai asas pidana dan beratnya
pidana tidak boleh melampaui pembalasan yang adil. Dalam ajaran ini diperhitungkan adanya pembalasan, prevensi general,
serta perbaikan sebagai tujuan pidana. Teori Gabungan mengakui restorative justice yang lebih memihak kepada
pengembalian kedudukan seorang Terdakwa dalam hak-haknya sebagai seorang manusia yang perlu dilindungi hak-hak
asasinya. “The role of the lawyer is considered central to protecting the rights of a person accused of a crime, but the
lawyer standing alone would be of little use were it not for the bundle of codified rights that are there for the accused persons
protection Precedent and Analogy in Legal Reasoning, Stanford Encyclopedia Of Philosophy, First published Tue 20
Jun, 2006”, yang berarti peran Penasihat Hukum dianggap pusat untuk melindungi hak-hak orang yang dituduh
melakukan kejahatan, tetapi Penasihat Hukum sendiri akan digunakan kecil itu tidak untuk hak dikodifikasikan yang ada
untuk perlindungan kepada seorang
commit to user
Terdakwa, Precedent and Analogy in Legal Reasoning, Stanford Encyclopedia Of Philosophy, cetakan pertama pada
Selasa tanggal 20 Juni tahun 2006. Dalam perkara kecelakaan lalu lintas yang dihadapi oleh
Terdakwa Lanjar Sriyanto, Penasihat Hukum Terdakwa mengutamakan teori ini dengan alasan restorative justice dapat
mengembalikan konflik kepada pihak-pihak yang paling terkena pengaruh yaitu korban, dalam hal ini adalah Terdakwa
Lanjar Sriyanto. Tidak semua orang yang melakukan kejahatan harus dihukum.,bukan hanya dalam lingkup hukum pidana saja
tetapi juga ada nuansa hukum perdata. Hukum bukan hanya milik negara dan korban juga berhak mendapat keringanan
hukuman dari negara. Teori restorative justice juga menaungi bahwa tujuan hukum itu sendiri bersifat Progesif Teori Hukum
Progesif, yakni sanksi hukum yang diberikan kepada Terdakwa Lanjar Sriyanto berfungsi untuk memulihkan serta
pembelaan hukum menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2. TEKNIK PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM TERDAKWA Sebelum melakukan pembelaan hukum untuk kepentingan
kliennya, Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto minimal harus memahami 3 hal yang paling mendasar yaitu :
a Tujuan atau target seorang Advokat Penasihat Hukum melakukan
pembelaan adalah meringankan kepentingan hukum klien. Melakukan pembelaan hukum bukanlah membela perbuatan klien
yang bersalah namun membela hukumnya, bagaimana membela hukum atas orang yang telah melakukan kejahatan.
b Kronologi alur peristiwa.mencakup apa dan bagaimana peristiwa
tersebut terjadi, siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa hukum tersebut. Masing-masing diuraikan secara jelas
commit to user
kedudukan para pihak dalam peristiwa hukum tersebut, sehingga dapat ditarik dan ditentukan hubungan kausalitasnya hubungan
sebab akibat. c
Aspek hukum bidang hukum apa yang berlaku dalam perkara hukum yang sedang dihadapi kliennya.
A precedent is the decision on the law in a case before a court or some similar legal decision-maker such as a tribunal.
Paradigmatically in Common Law legal systems a judicial decision is given in a judgment which has five aspects to it:
1. a recitation of the facts of the case, i.e., an account of what
happened; 2. an identification of the legal issue—the disputed question of
law—which the court is being asked to resolve; 3. the reasoning over the appropriate resolution of that issue;
4. the ruling resolving the issue put before the court, e.g. that in these circumstances the defendant has breached
a contract, or does not owe the plaintiff a duty of care, or holds
the property on trust for a third party, or made a decision contrary to natural justice; and
5. the result or outcome of the case, i.e., which party succeeded in the action; which follows from d,
Precedent and Analogy in Legal Reasoning, Stanford Encyclopedia Of Philosophy, First published Tue 20
Jun, 2006.
Teknik pembelaan yang digunakan oleh Penasihat Hukum Terdakwa di dalam persidangan yakni :
1 Meminta Terdakwa Lanjar Sriyanto memberikan keterangan dan bertutur kata yang sebenarnya di dalam persidangan yang terbuka
untuk umum, mengingat Terdakwa Lanjar Sriyanto adalah warga negara Indonesia yang buta hukum. Pihak Penasihat Hukum dapat
mengetahui kebenaran materiil dari perkara pidana kecelakaan lalu lintas yang menimpa Kliennya dengan terlebih dahulu minimal
mendengar cerita Terdakwa Lanjar Sriyanto. Hal ini berguna sebagai bahan pembelaan di persidangan yang berikutnya.
2 Penasihat Hukum Terdakwa menginvestigasi sendiri Terdakwa Lanjar Sriyanto di dalam sidang yang terbuka untuk umum dengan
commit to user
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bertalian dengan materi pembelaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh Penasihat
Hukum tidak mengandung unsur yang dapat membuat Terdakwa mengalami trauma psikis, mengingat akibat yang ditimbulkan dari
perkara pidana Kliennya menyebabkan istrinya meninggal dunia, pertanyaan diberikan dengan santun dan bertutur ramah.
3 Berusaha menciptakan suasana persidangan yang kondusif bagi Terdakwa Lanjar Sriyanto dalam pemeriksaan perkara dengan
mengajukan interupsi apabila dirasa oleh Penasihat Hukum Terdakwa
pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan bersifat
memojokkan atau menjerat Kliennya, baik kepada Majelis Hakim dan kepada Jaksa Penuntut Umum.
4 Menterjemahkan serta membantu Terdakwa bertutur kata dengan bahasa Indonesia yang baku dalam memberikan keterangan selama
proses pemeriksaan di persidangan, mengingat Terdakwa sangat kesulitan dalam berbahasa Indonesia dan lebih fasih menggunakan
bahasa jawa yang tidak semua orang di dalam persidangan mengerti, termasuk oleh Ketua Majelis Hakim yang berasal dari luar
pulau Jawa. 5 Mengajukan saksi-saksi yang meringankan Terdakwa. Saksi-saksi
yang digunakan oleh Penasihat Hukum Terdakwa yakni : a. Saksi Aiptu Karyanto petugas penyidik yang mengambil
keterangan dari saksi-saksi yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum.
b. Saksi Pandi Widodo pemilik mobil Isuzu Panther. c. Dokter Christian Kunto Aji Tunjung .S sebagai saksi ahli
dokter umum di RS. TNI AU Adi Soemarmo yang membuat Visum Et Repertum atas nama korban Saptaningsih dan korban
Samto Warih Waluyo. d. Saksi Sudaryono, S.H, M. Hum sebagai saksi ahli dosen
Hukum Pidana di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
commit to user
e. Dokter Rorry Hartono sebagai saksi ahli dokter forensik di RSUD. dr. Moewardi Surakarta.
6 Menjaga komunikasi
dengan Terdakwa
saat Terdakwa
diperintahkan oleh Hakim Ketua untuk duduk di sebelah kursi yang disediakan dengan Penasihat Hukum pada waktu agenda
pemeriksaan saksi-saksi.
Komunikasi ini
bertujuan untuk
mendapatkan kepastian jawaban untuk menguatkan materi pembelaan di persidangan serta dapat memberikan rasa aman dan
terlindungi hak-hak hukumnya ketika Penasihat Hukum Terdakwa dan Terdakwa duduk bersebelahan menguatkan psikis Terdakwa
dalam menghadapi jalannya persidangan supaya lebih siap dan tidak takut.
The right to be heard would be, in many cases, of little avail if it did not comprehend the right to be heard by
counsel. Even the intelligent and educated layman has small and sometimes no skill in the science of the law.. If
charged with crime, he is incapable, generally, of determining for himself whether the indictment is good or
bad. He is unfamiliar with the rules of evidence. Left without the aid of counsel he may be out on trial without a
proper charge, and convicted upon incompetent evidence, or evidence irrelevant to the issue or otherwise
inadmissible. He lacks both the skill and knowledge adequately to prepare his defense, even though he have a
perfect one. He requires the guiding hand of counsel at every step in the proceedings against him. Without it,
though he be not guilty, he faces the danger of conviction because he does not know how to establish his innocence. If
that be true of men of intelligence, how much more true is it of the ignorant and illiterate, or those of feeble intellect,
Justice Oliver Justice George Sutherland, in Powell v. Alabama 1932
Hak untuk didengar akan, dalam banyak kasus, dari sedikit gunanya jika tidak memahami hak untuk didengar
oleh Advokat Penasihat Hukum. Bahkan cerdas dan dididik awam telah kecil dan kadang-kadang tidak ada
keahlian dalam ilmu huku. Jika dituntut dengan kejahatan, ia tidak mampu, umumnya, untuk menentukan sendiri
commit to user
apakah surat dakwaan yang baik atau buruk. Dia terbiasa dengan aturan bukti. Waktu tanpa bantuan Advokat
Penasihat Hukum ia mungkin akan keluar diadili tanpa biaya yang tepat, dan dihukum pada bukti kompeten, atau
bukti tidak relevan untuk mengeluarkan atau tidak dapat diterima. Dia kurang baik keterampilan dan pengetahuan
memadai untuk mempersiapkan pembelaannya, Tanpa itu, meskipun ia tidak bersalah, ia menghadapi bahaya
keyakinan karena dia tidak tahu bagaimana membangun tidak bersalah. meskipun ia memiliki satu yang sempurna.
Ia memerlukan bimbingan tangan nasihat pada setiap langkah dalam proses terhadap dia. Kalau itu benar dari
orang-orang intelijen, berapa banyak lagi yang benar adalah hal itu dari bodoh dan buta huruf, atau orang-orang intelek
lemah. Hakim Pengadilan Oliver Sutherland George, dalam Powell v. Alabama 1932, Artikel ini diambil dari
publikasi US Department of State, Hak Rakyat: Kebebasan dan Bill of Rights. Individu, 23 Juni 2008 4.
Mengingat Terdakwa Lanjar Sriyanto adalah pencari keadilan yang tidak mampu secara ekonomi maka pembelaan Penasihat Hukum
Terdakwa selama menjalani pemeriksaan perkara di pengadilan tingkat pertama yakni di pengadilan Negeri Karanganyar dilakukan dengan
Probono Cuma-Cuma. Pembelaan yang dilakukan oleh tim Penasihat Hukum yang beranggotakan Muhammad Taufiq, S.H, M.H, Yossy Eka
Rahmanto, S.H, dan Budhi Kuswanto, S.H, sudah sesuai dengan Pasal 22 ayat 1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
berbunyi “Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma- cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu” serta sudah
melaksanakan dengan baik Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara
Cuma-Cuma.
Upaya pembelaan yang dilakukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto di pengadilan tingkat pertama yakni di
Pengadilan Negeri Karanganyar membuahkan hasil. Berdasarkan
putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Karanganyar yang memeriksa
commit to user
perkara Terdakwa Lanjar Sriyanto, yakni Putusan Nomor 249Pid.B2009PN.Kray menjatuhkan putusan kepada Terdakwa
Lanjar Sriyanto sebagai berikut : 1
Menyatakan Terdakwa Lanjar Sriyanto telah terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan tindak pidana karena kealpaannya
menyebabkan orang lain mati dan luka sedemikian rupa sehingga menjadi sakit untuk sementara waktu, akan tetapi tidak dapat
dipersalahkan dan tidak dijatuhi pidana karena tindak pidana tersebut dilakukan atas dasar keadaan memaksa;
2 Memerintahkan agar barang bukti berupa :
1 unit sepeda motor Yamaha No. Pol AD-5630-U; 1 lembar STNK sepeda motor Yamaha No. Pol AD-5630-U;dan
1 lembar SIM C Umum atas nama Lanjar Sriyanto; Dikembalikan kepada Terdakwa Lanjar Sriyanto;
3 Membebankan biaya perkara kepada negara.
B. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto