Hak-Hak Dan Kewajiban Penasihat Hukum

commit to user 20 Dewuwaarders Stb 1848: 8, Bevoegdheid department hoofd in burgelijke zaken van land Stb 1910 : 446 jo. Stb 1922: 523 dan Vetegenwoordiging van de land in rechten K.B.S. 1922: 522, PERADI, 2007:21.

d. Hak-Hak Dan Kewajiban Penasihat Hukum

Penasihat Hukum dalam membela perkara hukum Kliennya melekat segala kewajiban dan hak-haknya. Penasihat Hukum mempunyai hak-hak dalam melakukan pembelaan dan diatur dalam Pasal 69-73 KUHAP dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Hak untuk mendampingi Klien selama proses penyelidikan dan penyidikan. 2. Penasihat Hukum berhak menghubungi Tersangka atau Terdakwa sejak saat ditangkap atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan Pasal 69 KUHAP. 3. Penasihat Hukum berhak menghubungi dan berbicara dengan Tersangka atau Terdakwa pada setiap tingkat pemeriksaan dan setiap waktu untuk kepentingan pembelaan perkaranya Pasal 70 KUHAP. 4. Penasihat Hukum, sesuai dengan tingkat pemeriksaan, dalam berhubungan dengan Tersangka atau Terdakwa diawasi oleh penyidik, penuntut umum atau petugas lembaga pemasyarakatan tanpa mendengar isi pembicaraan Pasal 71 KUHAP. 5. Penasihat Hukum berhak mendapat turunan berita acara pemeriksaan untuk kepentingan pernbelaannya dari pejabat yang bersangkutan Pasal 72. 6. Tersangka atau Terdakwa setiap kali dikehendaki olehnya Penasihat Hukum berhak mengirim dan menerima surat Pasal 73 KUHAP. 7. Hak untuk maju di muka pengadilan. 8. Hak atas kebebasab dan perlindungan dalam menjalankan fungsinya. 9. Hak untuk ikut menentukan kebijakan dalam sistem peradilan. 10. Hak untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penanganan perkara. 11. Hak untuk menjalankan pengawasan terhadap proses peradilan dan perilaku aparat penegak hukum. commit to user 21 12. Hak untuk mewakili Klien dalam pelaksanaan putusan hakin. 13. Hak untuk menjalankan fungsi arbitrase dan mediasi dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan. 14. Hak atas rahasia jabatan, Rusli Muhammad, 2006:68- 70. Menurut Ropaun Rambe, selain hak-hak Penasihat Hukum di atas, hak-hak Penasihat Hukum dapat ditambah lagi menjadi : 1. Hak retensi agar diindahkan sepanjang tidak merugikan orang lain. 2. Honorarium dalam batas kelayakan sesuai kemampuan Klien Ropaun Rambe, 2001:59. Hubungan hak antara Penasihat Hukum dengan Terdakwa dapat diperinci sebagai berikut: 1. Hak Penasihat Hukum untuk: a. Menghubungi Terdakwa dalam semua tingkat pemeriksaan. b. Hak berbicara dengan Terdakwa pada semua tingkat pemeriksaan. c. Hak menghubungi dan berbicara tersebut dapat dilakukan Penasihat Hukum pada setiap saat demi kepentingan pembelaannya. Dari ketentuan Pasal 69 dan 70 hak Penasihat Hukum menghubungi dan berbicara dengan Terdakwa telah dapat dilakukan sejak pemeriksaan penyidikan, penangkapan atau penahanan. Tidak lagi seperti ketentuan HIR yang hanya member hak bagi Penasihat Hukum menghubungi dan Berbicara kepada Terdakwa setelah sampai pada taraf pemeriksaan proses peradilan. 2. Setiap hubungan dan pembicaraan antara Penasihat Hukum dengan Terdakwa: a. Dilakukan secara bebas tanpa pengawasan dari pejabat penyidik atau petugas Rutan selama pemeriksaan perkara dalam tingkat penyidikan atau penuntutan. b. Peringatan atas hubungan pembicara boleh dilakukan oleh pejabat yang bersangkutan apabila terdapat bukti bahwa hubungan pembicaraan tersebut telah disalahgunakan oleh Penasihat Hukum. c. Apabila peringatan tersebut tidak diindahkan oleh Penasihat Hukum, dalam arti masih tetap commit to user 22 menyalahgunakan haknya, barulah hubungan pembicaraan “diawasi” oleh pejabat yang bersangkutan. d. Apabila setelah diawasipun ternyata Penasihat Hukum masih tetap menyalahgunakan haknya maka hubungan pembicaraan tersebut “disaksikan” oleh pejabat yang bersangkutan. e. Apabila setelah disaksikanpun ternyata masih dilakukan penyalahgunaan oleh Penasihat Hukum, hubungan selanjutnya “dilarang”. f. Dalam keadaan hubungan pembicaraan antara Penasihat Hukum berada dalam keadaan diawasi sebagaimana yang dimaksud Pasal 70 ayat 3 maka Pasal 71 ayat 1 menentukan: hubungan pembicaraan tersebut diawasi; tanpa mendengar isi pembicaraan within sight but not whitin hearing. g. Jika kejahatan yang didakwakan terhadap Terdakwa merupakan kejahatan tersebut keamanan negara, pejabat yang bersangkutan akan melihat dan mendengar isi pembicaraan antara Terdakwa dengan Penasihat Hukum. Dalam hal ini pejabat yang bersangkutan berkedudukan sebagai within sight and within hearing hubungan pembicaraan Terdakwa dengan Penasihat Hukum Pasal 71 ayat 2. 3. Hak Penasihat Hukum mengikuti jalannya pemeriksaan penyidikan Pasal 115 KUHAP memberi hak kepada Terdakwa untuk memberikan bantuan sejak saat dilakukan terhadap pemeriksaan penyidikan. Untuk itu, sesuai dengan ketentuan Pasal 115 Undang-Undang telah mengatur sampai dimana dan bagaimana tata cara hubungan tersebut. Namun demikian, untuk melihat secara keseluruhan hak Penasihat Hukum tersebut adalah bersifat: a. Fakultatif, dalam arti hak itu tidak dapat dipaksakannya kepada pejabat penyidik. Semata-mata tergantung pada kehendak dan pendapat penyidik, apakah dia akan memperbolehkan atau tidak Penasihat Hukum mengikuti jalannya pemeriksaan penyidikan. b. Pasif, dalam arti kehadiran Penasihat Hukum mengikuti jalannya pemeriksaan penyidikan hanya “ melihat dan mendengar within sight and within wearing” isi dan jalannya pemeriksaan. Tetapi tidak boleh campur tangan dan ambil bagian memberikan nasihat pada pemeriksaan penyidikan yang sedang berlangsung. c. Sifat pasif ini semakin dibatas dalam hal pemeriksaan yang berkenaan dengan kejahatan terhadap keamanan negara. Dalam pemeriksaan yang demikian: Penasihat Hukum dapat hadir mengikuti pemeriksaan. Tapi hanya commit to user 23 melihat tanpa mendengan jalannya pemeriksaan Pasal 115 ayat 2. d. Penasihat Hukum berhak mendapat turunan berita acara pemeriksaan. Guna kepentingan pembelaan. Turunan berita acara dimaksud baru diberikan jika ada permintaan dari Penasihat Hukum. e. Penasihat Hukum berhak: 1. Mengirim surat kepada Terdakwa. 2. Menerima surat dari Terdakwa. 3. Hal itu dilakukan pada setiap waktu yang dikehendakinya. f. Larangan membatasi hak kebebasan hubungan Penasihat Hukum dengan Tedakwa terhitung sejak: 1. Setelah perkara dilimpahkan oleh Penuntut Umum kepada Pengadilan Negeri untuk disidangkan. 2. Tembusannya disampaikan kepada Terdakwa atau Penasihat Hukumnya, M. Yahya Harahap, 2002:112-117. Penasihat Hukum dalam menjalankan fungsi profesinya serta dalam melakukan pembelaan terhadap perkara hukum Kliennya, selain mempunyai berbagai hak hukum, Penasihat Hukum disertai pula dengan kewajiban-kewajiban hukum. Kewajiban Penasihat Hukum antara lain sebagai berikut 1. Melindungi kepentingan hukum Kliennya. Apabila seorang Penasihat Hukum telah menerima kuasa dari seorang Klien dalam suatu urusan kriminal kewajibannya adalah melindungi Klien itu. perlindungan Penasihat Hukumterhadap Kliennya ini tidak saja di siding pengadilan dimana Kliennya itu berhadapan dengan hakim dan penuntut umum tetapi juga pada saat Kliennya diproses pada tingkat pemerikasaan pendahuluan oleh penyidik. Kewajiban melindungi Klien ini agar Klien tersebut terhindar dari kemungkinan adanya tindakan sewenang- wenang khususnya dari penyidik dan terkadang menjurus pada intimidasi dan kekerasan. 2. Kewajiban untuk memenuhi kualifikasi sebagai Advokat atau Penasihat Hukum. 3. Menghormati institusi dan proses peradilan. 4. Kewajiban untuk mentaati hukum acara Daniel S. Lev: 2001:45-47. commit to user 24 Menurut Ropaun Rambe, selain kewajiban seperti yang dicantumkan di atas, seorang Penasihat Hukum yang profesional mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut : 1. Mendahulukan Kepentingan Klien daripada kepentingan pribadi. 2. Harus mengutamakan penyelesaian perkara dengan damai. 3. Tidak memberikan keterangan yang menyesatkan tentang perkara. 4. Tidak menjanjikan perkara menang yang ditanganinya. 5. Tidak membatasi kebebasan seseorang terhadap orang lain. 6. Tidak menyangkut-pautkan perkara yang satu dengan lainnya. 7. Tidak membeda-bedakan Klien yang miskin dan yang kaya dalam memberikan bantuan hukum. 8. Menjaga kehormatan profesi dan harkat martabat diri. 9. Mengutamakan Hukum Adat sebagai sumber hukum, Ropaun Rambe, 2001:59.

e. Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma