PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM PADA PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN TERDAKWA LANJAR SRIYANTO ( STUDI KASUS DI LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H,M.H & PARTNERS SURAKARTA )

(1)

commit to user

i

PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM PADA PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN TERDAKWA LANJAR SRIYANTO ( STUDI KASUS DI LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H,M.H

& PARTNERS SURAKARTA )

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun Dan Diajukan Untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

FITRIA PRISTIHARTANTI

NIM : E0006129

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM PADA PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN TERDAKWA LANJAR SRIYANTO ( STUDI KASUS DI LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H,M.H

& PARTNERS SURAKARTA )

Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun Oleh :

FITRIA PRISTIHARTANTI NIM : E0006129

Disetujui untuk dipertahankan Dosen Pembimbing

EDY HERDYANTO , S.H., M.H. NIP. 195706291985031002


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM PADA PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN TERDAKWA LANJAR SRIYANTO ( STUDI KASUS DI LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H,M.H

& PARTNERS SURAKARTA )

Disusun Oleh :

FITRIA PRISTIHARTANTI NIM : E0006129

Telah diterima dan disahkan olah Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Tanggal : TIM PENGUJI

1. Kristiyadi, S.H, M.Hum__ : ... Ketua

2. Bambang Santoso, S.H, M.Hum : ... Sekretaris

3. Edy Herdyanto, S.H, M.H : ... Anggota

MENGETAHUI Dekan,

Moh. Jamin, S.H., M.Hum NIP. 19610930 198601 1 001


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : FITRIA PRISTIHARTANTI Nim : E0006129

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul : PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM PADA PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN TERDAKWA LANJAR SRIYANTO ( STUDI KASUS DI LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H,M.H & PARTNERS SURAKARTA )

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditujukan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Januari 2011 Yang Membuat Pernyataan

FITRIA PRISTIHARTANTI NIM. E0006129


(5)

commit to user

v ABSTRAK

FITRIA PRISTIHARTANTI, E.0006129. 2011. PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM PADA PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN TERDAKWA LANJAR SRIYANTO (STUDI KASUS DI LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H, M.H & PARTNERS SURAKARTA), Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian hukum ini bertujuan untuk mengetahui tentang pembelaan Penasihat Hukum pada perkara kecelakaan lalu lintas dengan Terdakwa Lanjar Sriyanto yang dilakukan baik di dalam persidangan maupun di luar persidangan , dasar hukum dari pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa serta teknik-teknik pembelaan hukum yang digunakan oleh Penasihat Hukum pada saat perkara Terdakwa menjalani proses pemeriksaan di peradilan tingkat pertama di Pengadilan Negeri, yakni tepatnya di Pengadilan Negeri Karanganyar. Serta mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi oleh Penasihat Hukum Terdakwa sehubungan dengan perkara klien yang ditanganinya yakni Terdakwa Lanjar Sriyanto.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif dengan pendekatan studi kasus (case approach). Sumber data yang Penulis gunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan Penulis, yakni dengan cara wawancara dan studi pustaka. Sedangkan analisis data yang digunakan Penulis adalah Interactive Model Of Analysis.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa dalam melakukan upaya pembelaan di dalam persidangan Penasihat Hukum Terdakwa mempunyai dasar hukum pembelaan dan teknik pembelaan tersendiri, sedangkan untuk pembelaan yang dilakukan di luar persidangan, Penasihat Hukum Terdakwa juga menggunakan teknik pembelaan yang sesuai dengan kebutuhan bantuan hukum Terdakwa yang menjadi kliennya. Teknik pembelaan yang digunakan Penasihat Hukum Terdakwa di dalam persidangan tentu berbeda dengan teknik pembelaan yang digunakan di luar persidangan dimana teknik pembelaan di luar persidangan menggunakan peran legal media. Hambatan yang dihadapi oleh Penasihat Hukum Terdakwa hanya bersifat non teknis saja sehingga mudah dalam mendapatkan pemecahannya.

Saran yang dapat diberikan dalam permasalahan tersebut adalah dalam melakukan pembelaan hukum untuk kepentingan Terdakwa hendaknya dipertahankan secara konsisten semangat dan atensinya terhadap kaum miskin yang berperkara di pengadilan dengan memberi bantuan hukum dan pendampingan sebagai Penasihat Hukum secara maksimal.


(6)

commit to user

vi ABSTRACT

FITRIA PRISTIHARTANTI, E.0006129. 2011. LEGAL ADVISER DEFENCE IN TRAFFIC ACCIDENT LAW SUIT WITH LANJAR SRIYANTO ACCUSED (CASE STUDY IN LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H, M.H & PARTNERS SURAKARTA). Faculty of Law, Sebelas Maret University.

The purposes of this law research is to know about Legal Adviser defence in traffic accident law suit with Lanjar Sriyanto Accused which had done in the trial either out of the trial, law principles of the accused Legal Adviser defence and also law defence technics are used by Legal Adviser that the accused moment of law suit to tread inquiry process in first layer court that is in the Karanganyar State Court. And also to know the obstacles which regarded by Legal Adviser of the Accused that’s connected with client law suit his handled that is Lanjar Sriyanto Accused.

The methode of this law research is emphirys law based research with descriptive characteristic with case appoarch approximation. The data base that Writer used is primary and secondary data base. The technics of data’s gathering used by Writer are interview and library study. Even though the data’s analysis used by Writer is interractive model of analysis.

Based on law research result and examination is knowed that in doing expendient in the trial defence, Legal Adviser of the accused have legal principles in defense and have tehnics a part, wheter for defense in used to out of trial, legal advised of the accused also use defence technic’s to macth with reqursited the accused of law further which be their client. the defence technic’s which used by legal advised in the trial of course very deferent with the defense technic’s which used in out of the trial , in out of trial Legal Adviser use legal media as publicity. The obstacles that regarded by legal adviser of the accused only to have character of non tehcnis and it will be easy to get solution.

The suggestion that’s can given on this legal problem is doing of legal defence possibly Legal Adviser must be to stand in the breach for doing of legal defence for the Accused by consistent of spirit and attention for marginal people which to be involved in law suit with give legal assist and legal advice as the Legal Adviser with maximal.


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pembelaan Penasihat Hukum Pada Perkara Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Terdakwa Lanjar Sriyanto (Studi Kasus Di Law Firm Muhammad. Taufiq, S.H, M.H & Partners Surakarta)”.

Penulisan hukum ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas serta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidaklah berlebihan bahwa penulisan hukum ini Penulis kerjakan dengan ketekunan dan telah mencurahkan segala kemampuan yang ada, namun karya ilmiah ini sangat sederhana dan mungkin masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan hukum ini banyak kekurangan serta Penulis mohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian.

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, Penulis tidak dapat menyelesaikan dari awal sampai akhir tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Ibu Sri Kiswanti dan Bapak Suharman. Terima kasih Penulis ucapkan atas doa, harapan, nasihat dan semangat yang diberikan. Ayah dan Ibu terbaik bagi Penulis.

2. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada Penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ini.

3. Bapak Edi Herdyanto, S.H, M.H, selaku Ketua Bagian Hukum Acara yang telah membantu dalam penulisan hukum ini sekaligus selaku pembimbing penulisan


(8)

commit to user

viii

hukum yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi tersusunnya penulisan hukum ini. 4. Bapak Yudo Taruno M, S.H, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing Penulis selama proses perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Muhammad Taufiq, S.H, M.H selaku pemilik Law Firm Muhammad Taufiq, S.H, M.H & Partners Surakarta yang telah memberikan data penelitian untuk penulisan hukum ini, beserta Mbak Ria Ratnasari selaku sekretaris dan Mas Kelik selaku staff yang telah membantu Penulis dalam memperoleh data penelitian.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada Penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan hukum ini, serta Bapak dan Ibu staf karyawan Fakultas Hukum UNS yang telah berperan dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar di Fakultas Hukum UNS.

7. Adikku, Olla Dyah Mayerzan dan Fadhil Riskyanto yang selalu menemani dan membantu di saat Penulis kesulitan mengerjakan skripsi.

8. Kanda Made Putera Sanjaya yang telah mendukung dan memberi semangat kepada Penulis. “U are so special in my live”. Bagi dunia kau terlahir seseorang, namun bagi seseorang kaulah dunianya. Terima kasih atas kebaikan hatimu dengan meminjami Penulis Laptop mini HP kepunyaanmu yang bisa Penulis gunakan dalam menyimpan data penelitian dan membantu mencari data dengan wi-fi. Kasihku menyertaimu senantiasa.

9. Terkhusus untuk Om Nono terkasih, tanpamu Penulis tidak bisa kuliah. Masa-masa indah menjadi semakin berarti dan membuat hari-hari menjadi semakin berwarna karena kau selalu mendukung Penulis. Engkaulah pamanku yang selalu mendanaiku dalam mengeprint skripsi.

10. Sahabat terbaik Penulis, Kikie Permanasari dan Indah Tri Ratna “Chicho”, yang selalu ada disaat Penulis ingin berbagi cerita dan selalu menemani selama


(9)

masa-commit to user

ix

masa perkuliahan, menolong dan menyemangati Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan hukum ini. Tidak lupa semua teman-teman terbaik Penulis di Fakultas Hukum UNS, yang tak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang sudah dengan senang hati membantu memberikan informasi kepada Penulis dan meluangkan waktunya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini. Tanpa kalian aku bukan apa-apa.

11. Bapak Anthonius Antuk Wibowo dan Ibu Hana Kristia Nawang Wibowo, Gembala Sidang Jemaat GBI RHEMA Surakarta, yang senantiasa membimbing jiwa dan iman Penulis, menambah semangat tatkala Penulis lemah dan tiada berdaya dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam mengerjakan skripsi. 12. Yayasan Berita Hidup Indonesia dan KINDER NOT HILFE (KNH) Germany

selaku yayasan sosial yang telah mensponsori pendidikan Penulis dari TK sehingga Penulis bisa terus sekolah hingga ke jenjang Perguruan Tinggi. Terima kasih atas dukungan doa dan dana yang diberikan. Tanpamu Penulis tidak bisa kuliah.

13. Orang Tua Asuh Sponsor Penulis terkasih yang saat ini berada di Jerman. Apalah arti sebuah nama jika tanpa nama pun, kau selalu mencurahkan segala yang terbaik untuk biaya sekolah dan biaya kuliah yang Penulis perlukan. Dan sejujurnya Penulis ingin sekali mengetahui nama orang tua asuh sponsor yang selama ini Penulis tidak mengetahuinya.

14. Kepala Departemen Pengembangan Masyarakat Berita Hidup Indonesia, Bapak Wusana Hutama Wardhana, beserta staffnya Ibu Dina Paulus, S.Th, M.Th, Bapak Stevanus Sugito, Bapak Boekit serta mantan Kepala Departemen Pengembangan Masyarakat Berita Hidup Bapak Etika Saragih, S.Th, M.Pd , mantan staff Ibu Eli Mei A, yang telah mendukung, menyemangati Penulis untuk mengerjakan yang terbaik dalam prestasi akademis, and Mr. David Lu from AMG Philipina (KNH Philipina), thank you because my world is brighter because of foster father like you. Tuhan Yesus Memberkati.


(10)

commit to user

x

15. Ibu Eunike Sutinah, Bapak Nurwadi, Bapak Joel Yadi Jeremieh selaku guru pembimbing dan pengasuh di Day Care Centre Berita Hidup Mojosongo 28007 yang telah member Penulis kesempatan untuk mengajar anak-anak asuh dari keluarga kurang mampu dan belajar dalam segala hal. Terima kasih atas dukungan doa yang ibu Eunike berikan sehingga Penulis bisa menyelesaikan penulisan hukum ini. Tuhan Memberkati.

16. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan penulisan hukum (Skripsi) ini, terima kasih yang setulusnya.

Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang Penulis miliki, maka dalam penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang menunjang bagi kesempurnaan penulisan hukum ini.

Semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, almamater, masyarakat serta pihak-pihak yang memerlukan, sehingga tidak menjadi suatu karya yang sia-sia nantinya.

Surakarta, Januari 2011


(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 16

1. Tinjauan tentang Penasihat Hukum ... 16

a. Pengertian Penasihat Hukum ... 16

b. Kedudukan Penasihat Hukum……… 17

c. Fungsi Penasihat Hukum……….. 18

d. Hak-Hak dan Kewajiban Penasihat Hukum………….. … 20

e. Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma……… 24


(12)

commit to user

xii

2. Tinjauan tentang Pembelaan Penasihat Hukum

Dalam Hukum Acara Pidana... 34

3. Tinjauan tentang Terdakwa ... 36

4. Tinjauan tentang Teori-Teori Pemidanaan... 40

a. Teori Absolut... 40

b. Teori Relatif... 41

c. Teori Gabungan ... 42

B. Kerangka Pemikiran ... 44

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 47

1. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto ... 50

A. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa di Dalam Persidangan ... 50

1. Dasar Hukum Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa ... 51

2. Teknik Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa... 59

B Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa di Luar Persidangan ... 64

2. Hambatan yang Dihadapi Penasihat Hukum Terdakwa dan Cara Mengatasinya ... 69

BAB IV PENUTUP A. Simpulan ... 71

B. Saran……….75


(13)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara hukum. Prinsip ini selanjutnya secara tegas dituangkan dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 amandemen ketiga yang menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Dalam negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia setiap individu tanpa membedakan latar belakangnya, sehingga semua orang memiliki hak untuk diperlakukan sama di hadapan hukum (equality before the law). Menurut Jimly Asshiddiqie, idealnya dalam negara hukum (rechtsstaat) negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia setiap individu. Dalam suatu negara hukum semua orang harus diperlakukan sama di hadapan hukum (equality before the law). Persamaan di hadapan hukum harus diimbangi juga dengan persamaan perlakuan (equal treatment). Pengakuan negara terhadap hak individu ini tersirat di dalam persamaan kedudukan di hadapan hukum bagi semua orang (Jimly Asshiddiqie, 2008 : 3). Hukumlah yang menjadi pedoman bagi masyarakat Indonesia bertindak dalam segala segi kehidupannya.

“Sebagai negara hukum, Indonesia berusaha untuk menegakkan supremasi hukum, dimana segala persoalan harus ditangani sesuai dengan hukum yang berlaku. Demikian juga apabila terjadi pertentangan individu dalam masyarakat yang juga melanggar ketentuan dalam aturan hukum atau yang sering juga disebut dengan kejahatan. Dilihat secara sosio kriminologis kejahatan adalah suatu gejala normal dalam setiap masyarakat, bagaimanapun bentuknya masyarakat itu, dimana saja dan kapan saja” (Djoko Prakoso, 1988 : 18).

Salah satu pelanggaran hukum yang banyak terjadi di Indonesia adalah pelanggaran hukum lalu lintas. Banyak dari pelanggaran tersebut


(14)

commit to user

diajukan ke muka pengadilan tetapi banyak juga yang diselesaikan secara “damai” di tempat kejadian perkara pelanggaran. Peristiwa dalam lalu lintas bukan hanya semacam pelaggaran saja, akan tetapi dapat pula terjadi tindak pidana kejahatan yang salah satunya mengakibatkan matinya nyawa orang lain entah itu karena sengaja (tabrak lari) atau pun tidak sengaja (http://www.detiknews.com/read/2010/01/11/164410/1276051/10/ polisi-karanganyar-penanganan-kasus-lanjar-sesuai prosedur> [20 Juni 2010 pukul 14.24]).

Pidana kejahatan dalam berlalu lintas, khususnya yang tidak disengaja dialami oleh Lanjar Sriyanto. Dalam hal ini Lanjar Sriyanto mengalami kecelakaan yang mengakibatkan istrinya meninggal dunia sehingga Lanjar dianggap sebagai tersangka atas kematian istrinya. Kasus bermula saat Lanjar bersama istrinya (korban Saptaningsih) dan seorang anaknya (Samto Warih Waluyo) berboncengan menggunakan sepeda motor lalu tertabrak mobil. Istri Lanjar Sriyanto tewas dan anaknya luka-luka, sehingga polisi memperkarakan Lanjar Sriyanto dengan tuduhan berbuat lalai hingga menghilangkan nyawa orang lain, padahal Lanjar Sriyanto sendiripun juga menjadi korban. Setelah Penyidik mendapatkan bukti-bukti yang cukup, diketahui bahwa yang menjadi penyebab meninggalnya istri Lanjar Sriyanto ( korban Saptaningsih) adalah di tabrak mobil roda empat (Suzuki Panter) yang melaju dari arah berlawanan, bukan dari jatuhnya korban ke aspal jalan raya. Hal tersebut di kuatkan oleh Visum Et Repertum nomor: VER/ 14/X/ 2009 tanggal 16 Oktober 2009 atas nama Saptaningsih, yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. C. Kunto Aji TS, dokter pada Rumah Sakit TNI AU Lanud. Adi Soemarmo Surakarta. Lanjar Sriyanto kemudian ditetapkan sebagai Tersangka atas tewasnya istri dalam kecelakaan di jalan Colomadu-Solo, desa Gajahan, Colomadu, Karanganyar, September 2009 silam. Anehnya, Lanjar Sriyanto yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas justru ditetapkan sebagai Tersangka dan ditahan karena didakwa melanggar Pasal 359


(15)

commit to user

KUHP yakni berbuat lalai yang menyebabkan kematian seseorang. Sementara pengemudi mobil Suzuki Panther yang telah menabrak korban tidak ikut terseret dalam kasus hukum tersebut.

Kasus Lanjar Sriyanto merupakan gambaran dari sisi masyarakat yang memiliki nilai kehidupan kelas bawah yang artinya dari segala aspek kehidupannya baik dalam aspek hukum, ekonomi, sosial dan pendidikan tidak tercukupi dengan baik. Lanjar Sriyanto saat dihadapkan ke depan persidangan, dia tidak memiliki pengatahuan apa-apa mengenai hukum dan bagaimana menghadapi hukum itu sendiri. Masyarakat yang tidak mengerti hukum seperti Lanjar Sriyanto merupakan komoditi yang sangat “empuk” bagi oknum-oknum penegak hukum yang tidak bertanggung jawab. “Pendukung Lanjar menuding peradilan kasus yang menewaskan istri Lanjar, Saptaningsih, itu sarat manipulasi. Mereka bahkan menuding para jaksa sebagai mafia peradilan” (metrotvnewscom tanggal 19 Februari 2010).

Kasus Lanjar Sriyanto diatas tidak sesuai dengan apa yang tercantum dalam pasal 28 D ayat 1, yang berbunyi : “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Kasus yang menimpa Lanjar Sriyanto tersebut adalah salah satu contoh dari ketidakadilan hukum di Indonesia. Peristiwa tersebut menjadikan negara Indonesia saat ini salah satu negara yang dianggap telah banyak melakukan pelanggaran hukum dan HAM pada masa era reformasi.

Kasus kecelakaan lalu lintas yang menimpa Terdakwa Lanjar Sriyanto tersebut menyita banyak perhatian publik, dugaan adanya mafia peradilan yang dilakukan oleh oknum Polres Karanganyar dan Kajaksaan Karanganyar kian terekpose di media massa. Kasus unik inilah yang membuat Muhammad Taufiq, S.H, M.H selaku pemilik Law Firm Muhammad Taufiq, S.H, M.H& Partners Surakarta beserta tim bersedia


(16)

commit to user

menjadi Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto secara Probono (cuma-cuma) (www.hukumonline.com-pernyataan-pengacara-lanjar-pers- >5 Agustus 2010 pukul 17.43]).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, Penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang pembelaan hukum yang dilakukan oleh Penasihat Hukum Lanjar Sriyanto baik di dalam persidangan dan di luar persidangan beserta dasar hukum pembelaan hukum yang digunakan serta berbagai hambatan yang dihadapi oleh Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto sehubungan dengan perkara pidana kliennya, dalam penelitian hukum dengan judul : ”PEMBELAAN PENASIHAT HUKUM PADA PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN TERDAKWA LANJAR SRIYANTO ( STUDI KASUS DI LAW FIRM MUHAMMAD TAUFIQ, S.H, M.H & PARTNERS SURAKARTA )’’.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mempermudah penulis dalam membatasi masalah yang akan diteliti sehingga tujuan dan sasaran yang akan dicapai menjadi jelas, terarah dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, Penulis merumuskan permasalahan untuk dikaji lebih rinci. Adapun beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto baik di dalam persidangan dan di luar persidangan pada saat perkara diperiksa di pengadilan tingkat pertama yakni di Pengadilan Negeri ? 2) Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto sehubungan dengan perkara hukum klien yang ditanganinya serta bagaimana cara mengatasinya ?


(17)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu kegiatan penelitian tentunya harus mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi arah dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian sehingga dari penelitian yang dilakukan dapat memberikan data yang akurat sehingga dapat memberikan manfaat dan mampu menyelesaikan masalah. Berdasarkan landasan tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk memperoleh gambaran jelas tentang bagaimana pembelaan yang dilakukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto baik di dalam persidangan maupun di luar persidangan pada saat perkara diperiksa di pengadilan tingkat pertama yakni di Pengadilan Negeri, guna mengetahui dasar hukum pembelaan Penasihat Hukum di dalam persidangan serta teknik-teknik pembelaan apa yang digunakan.

b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto sehubungan dengan perkara pidana klien yang ditanganinya serta bagaimana cara mengatasinya.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun karya ilmiah untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan praktek lapangan hukum yang sangat berarti bagi Penulis.


(18)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat diambil manfaatnya, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memberi sumbangan pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.

b. Untuk mendalami teori-teori yang telah Penulis peroleh selama menjalani kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta serta memberikan landasan untuk penelitian lebih lanjut.

c. Salah satu usaha memperbanyak wawasan dan pengalaman serta menambah pengetahuan tentang Hukum Acara pidana, Hukum Pembuktian serta Hukum Acara Pidana Khusus.

d. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang sejenis berikutnya, disamping itu sebagai pedoman bagi penelitian yang lain.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan jawaban atas masalah yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian.

b. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis sekaligus untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

c. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan Penulis dalam bidang hukum sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.

d. Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu dan memberi masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti, dan berguna bagi para pihak yang berminat pada masalah yang sama.


(19)

commit to user

E. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian.

Mengacu pada perumusan masalah, maka penelitian ini termasuk penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris merupakan penelitian-penelitian yang berupa studi-studi empiris yang bertujuan menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum dalam masyarakat (Joko Purwono, 1993:17-18). Dalam penelitian ini, Penulis meneliti mengenai pembelaan Penasihat Hukum pada kasus kecelakaan lalu lintas dengan Terdakwa Lanjar Sriyanto yang ditangani oleh Muhammad Taufiq, S.H, M.H, selaku pemilik Law Firm Muhammad Taufiq, S.H, M.H &

Patners, Advocates & Counsellors at Law Surakarta, Yossy Eka

Rahmanto, S.H sebagai advokat yang berkantor di Law Firm Muhammad Taufiq, S.H, M.H & Partners Surakarta dan Budhi Kuswanto, S.H, yang berkantor di “AKASYAF” Law Firm, Sumber, Surakarta. Namun Penulis hanya melakukan penelitian di Law Firm Muhammad Taufiq, S.H, M.H & Patners, Advocates & Counsellors at Law karena di kantor advokat inilah 2 Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto yakni Muhammad Taufiq, S.H, M.H, dan Yossy Eka Rahmanto, S.H berkantor dan sekaligus semua data dan berkas-berkas pembelaan disimpan di kantor tersebut.

2. Sifat Penelitian

Dalam penelitian hukum ini, sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka


(20)

commit to user

menyusun teori-teori baru. Dari pengertian tersebut dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek yang diteliti pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Jadi dari pengertian tersebut Penulis berusaha untuk melukiskan mengenai pembelaan hukum yang dilakukan oleh Penasihat Hukum untuk membela kepentingan kliennya pada kasus kecelakaan lalu lintas dengan Terdakwa Lanjar Sriyanto.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini bersifat kualitatif, yaitu pendekatan kasus (case approach) yang digunakan oleh Penulis dengan mendasarkan pada data-data yang dinyatakan oleh nara sumber secara lisan atau tertulis, dan juga perilakunya yang nyata, diteliti, dipelajari sebagai suatu yang utuh. 4. Jenis Data

Dalam penelitian hukum, data yang digunakan dapat dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan bahan-bahan kepustakaan. Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dinamakan data primer (data dasar), sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder, (Soerjono Soekanto, 2001:12). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer.

Merupakan data atau fakta-fakta yang diperoleh langsung melalui penelitian di lapangan termasuk keterangan dari responden yang berhubungan dengan obyek penelitian dan praktek yang dapat dilihat serta berhubungan dengan objek penelitian. Adapun yang termasuk dalam data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara terhadap advokat dari Law Firm Muhammad Taufiq, S.H, M.H & Partners Surakarta sebagai Penasihat Hukum dari


(21)

commit to user

Terdakwa Lanjar Sriyanto, sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang sebenarnya dari obyek yang diteliti.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang tidak secara langsung diperoleh dari lokasi penelitian, atau keterangan-keterangan yang secara tidak langsung diperoleh tetapi cara diperolehnya melalui studi pustaka, buku-buku literatur, surat kabar, dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan penelitian hukum ini.

5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Law Firm Muhammad Taufiq, S.H, M.H & Patners, Advocates & Counsellors at Law yang beralamat di Jalan Dr. Rajiman Nomor 452 D Surakarta (Jalan Songgorunggi Nomor 17 A, Surakarta), dimana 2 Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto yakni Muhammad Taufiq, S.H, M.H, dan Yossy Eka Rahmanto, S.H berkantor dan sekaligus semua data dan berkas-berkas pembelaan disimpan di kantor tersebut.

6. Sumber Data

Sumber data adalah tempat dimana penelitian ini diperoleh. Berdasarkan jenis data, maka dapat ditentukan sumber data yang digunakan untuk penelitian, sehingga untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan arah penelitian ini, sumber data yang penulis gunakan adalah:

a. Sumber data primer.

Sumber data primer merupakan sumber data yang terkait langsung dengan permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer adalah wawancara langsung dengan tim


(22)

commit to user

advokat dari Law Firm Muhammad Taufiq, S.H, M.H & Partners Surakarta sebagai Penasihat Hukum dari Terdakwa Lanjar Sriyanto.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang secara tidak langsung memberikan keterangan dan bersifat melengkapi sumber data primer. Dalam hal ini yang menjadi sumber data sekunder adalah buku-buku ilmiah, peraturan perundang-undangan, surat kabar, dokumen-dokumen, dan sumber-sumber yang lain yang mendukung penelitian. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi 3 bagian :

1) Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat (Soerjono Soekanto, 2001:13). Dalam hal ini adalah Undang Dasar 1945, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, Kode Etik Advokat serta Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma dan Putusan Pengadilan Negeri Karanganyar Nomor 249/Pid.B/2009/PN.Kray atas nama Lanjar Sriyanto tertanggal 04 Maret 2010.

2) Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer (Soerjono Soekanto, 2001:13). Bahan hukum sekunder ini meliputi : jurnal-jurnal hukum, buku-buku mengenai hukum acara pidana, hukum pidana, informasi dalam surat kabar yang


(23)

commit to user

penulis peroleh dari perpustakaan pusat dan perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 3) Bahan hukum tertier

Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder (Soerjono Soekanto, 2001:13). Bahan hukum tersier seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia, Kamus Hukum dan Ensiklopedia.

7. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka mendapatkan data yang tepat, penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data, sebagai berikut:

a. Interview (wawancara)

Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah yang penelitian kepada seorang responden. (Amiruddin, 2006 : 82). Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu dengan menggunakan catatan-catatan dan kerangka pertanyaan yang telah ditentukan pokok permasalahannya, namun masih dimungkinkan adanya variasi pengujian dan kebebasan dalam memberikan pertanyaan dengan mendasarkan pada situasi yang ada sehingga dapat digali secara mendalam mengenai suatu masalah yang peneliti lakukan. Wawancara langsung dilakukan terhadap narasumber, yaitu para Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto selaku advokat yang berkantor di Law Firm Muhammad Taufiq, S.H, M.H & Partners Surakarta.


(24)

commit to user

Studi Kepustakaan yaitu cara memperoleh data dengan mempelajari data dan menganalisa atas keseluruhan isi pustaka dengan mengkaitkan pada permasalahan yang ada. Adapun pustaka yang menjadi acuan adalah buku-buku/literatur, kamus hukum, peraturan perundang-undangan, maupun dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan hukum ini.

F. Tehnik Analisis Data

Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan. Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori, dan uraian dasar, sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moleong, 2002:183). Teknik analisis data merupakan suatu uraian tentang cara-cara analisis, yaitu dengan kegiatan mengumpulkan data kemudian diadakan pengeditan terlebih dahulu, untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan analisis yang sifatnya kualitatif. Dalam kaitannya untuk mencari jawaban masalah penelitian, penulis mempergunakan model analisis interaktif (interactive model of analysis). Analisis dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan dengan verifikasinya (H.B. Sutopo, 2002 : 91). Selain itu dilakukan pula suatu proses antara tahap-tahap tersebut sehingga yang terkumpul berhubungan satu sama lain secara otomatis dan sistematis. Kegiatan tersebut terus-menerus, diulang-ulang sehingga membentuk siklus yang memungkinkan menghasilkan kesimpulan akhir yang memadai. Untuk lebih jelasnya teknik analisa data tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :


(25)

commit to user

(HB. Sutopo, Metoda Penelitian Hukum Kualitatif, 2002:13) Keterangan :

a. Sistematika Pengumpulan Data

Merupakan proses pengumpulan data yang berupa data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui penelitian dilapangan berupa hasil wawancara, informasi, keterangan, dan sikap atau perilaku serta segala hal yang berhubungan dengan pembelaan Penasihat Hukum maupun teknik-teknik pembelaan hukum yang digunakan dalam perkara pidana kecelakaan lalu lintas yang menimpa kliennya yakni Terdakwa Lanjar Sriyanto. Selain itu digunakan pula data sekunder berupa peraturan perundang-undangan, literatur, jurnal hukum, serta ensiklopedi untuk menunjang kebutuhan data yang diperlukan Penulis.

b. Reduksi Data

Merupakan proses pemulihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transportasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data

PENGUMPULAN DATA

PENYAJIAN DATA

PENARIKAN KESIMPULAN REDUKSI DATA


(26)

commit to user

berupa menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data.

c. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan informasi deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan dilakukannya penarikan kesimpulan penelitian.

d. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Penarikan kesimpulan ini dilakukan setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan-pencatatan peraturan, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat.

Dengan model analisis ini maka Penulis harus bergerak diantara empat sumbu kumparan itu selama pengumpulan data. Aktivitas yang dilakukan dengan proses itu akan didapat yang benar-benar mewakili dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan jalan menjelaskan apa adanya sesuai dengan masalah yang diteliti dan data yang diperoleh. Setelah semua data dikumpulkan, kemudian Penulis mengambil kesimpulan dan langkah tersebut tidak harus urut tetapi berhubungan terus menerus sehingga membuat siklus (H.B.Sutopo, 2002:94).

G. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan karya ilmiah, maka Penulis menyiapkan suatu sistematika dalam penyusunan penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum terdiri dari 4 (empat) bab, dimana tiap-tiap bab terbagi atas sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk


(27)

commit to user

memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. sistematika dalam penulisan hukum ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I dalam penulisan hukum ini terdiri dari Sub Bab Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Metode Penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka dalam penulisan hukum ini adalah berisi mengenai Tinjauan Tentang Penasihat Hukum, Tinjauan Tentang Pembelaan Dalam Hukum Acara Pidana Indonesia, Tinjauan Tentang Tindak Pidana Yang Diakibatkan Oleh Pelanggaran Lalu Lintas, Tinjauan Tentang Terdakwa dan Tinjauan Tentang Teori-Teori Pemidanaan.

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjawab pertanyaan yang telah disusun oleh penulis dalam perumusan masalah. Bab ini memuat berbagai pembelaan yang digunakan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto serta dasar hukum pembelaannya termasuk teknik-teknik pembelaan yang digunakan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto baik di dalam persidangan maupun upaya lain di luar persidangan serta cara-cara yang dipakai untuk mengatasi hambatan yang timbul yang dihadapi Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto sehubungan dengan perkara pidana klien yang ditanganinya.

BAB IV: PENUTUP

Bab ini memuat simpulan dan saran hasil penelitian dan pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA


(28)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Penasihat Hukum

a. Pengertian Penasihat Hukum

Dalam Pasal 1 angka 13 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) disebutkan “Penasihat Hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasar Undang-Undang untuk memberi bantuan hukum atau jasa hukum” sedangkan pengertian dari jasa hukum adalah jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum Klien, termasuk di dalamnya untuk kepentingan dirinya sendiri. Menurut Mardjono Reksodipuro, Advokat diambil dari kata Belanda advocaat yang diartikan sebagai seorang penasihat dalam perkara hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan (Mardjono Reksodipuro, 2010:25).

Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat maka Undang-Undang inilah yang menjadi acuan, sehingga definisi Penasihat Hukum adalah seseorang atau mereka yang melakukan pekerjaan jasa bantuan hukum termasuk konsultan hukum yang menjalankan pekerjaannya baik dilakukan di luar pengadilan dan atau di dalam pengadilan bagi Klien sebagai mata pencahariannya (Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat). Beberapa definisi lagi mengenai pengertian Penasihat Hukum, antara lain: 1) Penasihat Hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang


(29)

commit to user

bantuan hukum (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 12, 2002: 143)

2) Penasihat Hukum (Advokat atau Pembela Perkara) adalah ahli hukum yang memberi bantuan hukum dengan nasihat ataupun langsung memberikan pembelaan kepada orang yang tersangkut perkara di dalam persidangan. Jadi selaku pembela ia dapat berpekara baik di dalam maupun di luar peradilan. (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 14, 2004:205).

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang digunakan di Indonesia sebenarnya istilah yang baku dipakai adalah Penasihat Hukum. Oleh sebab itu dari beberapa definisi yang dipaparkan di atas mengenai Advokat (Penasihat Hukum), istilah yang Penulis pakai dalam penulisan hukum ini adalah Penasihat Hukum.

b. Kedudukan Penasihat Hukum

Penasihat Hukum merupakan pengawal konstitusi dan hak asai manusia, sehingga dalam menjalankan fungsinya mempunyai kedudukan sebagai berikut :

1) Sebagai Penasihat Hukum (legal adviser)

Kedudukan Penasihat Hukum dapat terlihat dalam pemeriksaan Tersangka oleh penyidik. pada tahap pemeriksaan ini hak dan wewenang Penasihat Hukum sangat dibatasi, yakni hanya boleh berhubungan dan berbicara dengan Tersangka atau Terdakwa, namun tidak dibenarkan mengajukan interupsi terhadaap pertanyaan penyidik. meskipun demikian apabila Tersangka atau Terdakwa menghadapi kesulitan yang bersifat yuridis sebelum Tersangka atau Terdakwa memberikan keterangan atas pertanyaan penyidik dapat berkonsultasi lebih dulu dengan Penasihat Hukumnya. Dalam keadaan demikian penasihat hukum dapat


(30)

commit to user

memberikan bantuan hukum, namun terbatas pada pemberian nasihat dalam persoalan hukum belaka.

2) Sebagai Pembela (pleite atau pleader)

Jika dalam pemeriksaan pendahuluan hak dan wewenang Penasihat Hukum terbatas maka dalam pemeriksaan di sidang pengadilan tidak lagi terbatas sebab pada tahap ini Penasihat Hukum dapat menggunakan haknya seperti yang dimiliki oleh jaksa, misal hak bertanya jawab, hak mengajukan pembuktian (termasuk saksi a charge), surat surat dan alat bukti lainnya, dan hak mengajukan pembelaan (pledoi).

3) Sebagai Penegak Hukum

Kedudukan Penasihat Hukum sebagai penegak hukum dapat dikatakan demikian karena di samping kewajibannya menegakkan hukum tapi juga karena adanya surat keputusan Mahkamah Agung Nomor 1291/5/1990 yang menetapkan bahwa kedudukan Penasihat Hukum adalah sejajar dengan alat penegak hukum lainnya. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat maka jelas sudah posisi Penasihat Hukumkhususnya Penasihat Hukum yang telah berpredikat mereka telah memiliki status sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan perUndang-Undangan, (Ropaun Rambe, 2001:30).

c. Fungsi Penasihat Hukum

Secara garis besar fungsi Penasihat Hukum antara lain sebagai berikut:

a. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia; b. Memperjuangkan hak asasi manusia;

c. Melaksanakan Kode Etik Advokat;

d. Memegang teguh sumpah Advokat dalam rangka menegakkan hukum, keadilan dan kebenaran;


(31)

commit to user

e. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai keadilan,kebenaran dan moralitas);

f. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat dan martabat Advokat;

g. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan Advokat terhadap masyarakat dengan cara belajar terus-menerus (continuous legal education) untuk memperluas wawasan dan ilmu hukum;

h. Menangani perkara-perkara sesuai dengan kode etik Advokat, baik secara nasional maupun secara internasional; i. Mencegah penyalahgunaan keahlian dan pengetahuan yang

merugikan masyarakat dengan cara mengawasi pelaksanaan etika profesi Advokat melalui Dewan Kehormatan Asosiasi Advokat;

j. Memelihara kepribadian Advokat karena profesi Advokat yang terhormat (officium nobile);

k. Menjaga hubungan baik dengan Klien maupun dengan teman sejawat;

l. Memelihara persatuan dan kesatuan Advokat agar sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi Advokat;

m. Memberi pelayanan hukum (legal services), nasehat hukum (legal advice), konsultan hukum (legal consultation), pendapat hukum (legal opinion), informasi hukum (legal

information) dan menyusun kontrak-kontrak (legal

drafting);

n. Membela kepentingan Klien (litigasi) dan mewakili Klien di muka pengadilan (legal representation);

o. Memberikan bantuan hukum dengan Cuma-Cuma kepada masyarakat yang lemah dan tidak mampu (melaksanakan Probono publico), (Daniel S.Lev, 2001:89-98).

Kendati keberadaan dan fungsi Penasihat Hukum sudah berkembang sebagaimana dikemukakan, peraturan perUndang-Undangan yang mengatur institusi Advokat sampai saat dibentuknya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat masih berdasarkan pada peraturan perUndang-Undangan peninggalan jaman kolonial, seperti ditemukan dalam Reglement op de Rechterlijke

Organisatie en het Beleid der Justitie in Indonesie (Stb. 1847: 23 jo

Stb 1848:57) Pasal 185 sampai Pasal 192 dengan segala perubahan dan penambahannya kemudian, Bepalingen betreffende het kostuum der Rechterlijke Ambtenaren dat der Advokaten, procureurs en


(32)

commit to user

Dewuwaarders (Stb 1848: 8), Bevoegdheid department hoofd in

burgelijke zaken van land (Stb 1910 : 446 jo. Stb 1922: 523) dan

Vetegenwoordiging van de land in rechten (K.B.S. 1922: 522), (PERADI, 2007:21).

d. Hak-Hak Dan Kewajiban Penasihat Hukum

Penasihat Hukum dalam membela perkara hukum Kliennya melekat segala kewajiban dan hak-haknya. Penasihat Hukum mempunyai hak-hak dalam melakukan pembelaan dan diatur dalam Pasal 69-73 KUHAP dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Hak untuk mendampingi Klien selama proses penyelidikan dan penyidikan.

2. Penasihat Hukum berhak menghubungi Tersangka atau Terdakwa sejak saat ditangkap atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan (Pasal 69 KUHAP).

3. Penasihat Hukum berhak menghubungi dan berbicara dengan Tersangka atau Terdakwa pada setiap tingkat pemeriksaan dan setiap waktu untuk kepentingan pembelaan perkaranya (Pasal 70 KUHAP).

4. Penasihat Hukum, sesuai dengan tingkat pemeriksaan, dalam berhubungan dengan Tersangka atau Terdakwa diawasi oleh penyidik, penuntut umum atau petugas lembaga pemasyarakatan tanpa mendengar isi pembicaraan (Pasal 71 KUHAP).

5. Penasihat Hukum berhak mendapat turunan berita acara pemeriksaan untuk kepentingan pernbelaannya dari pejabat yang bersangkutan (Pasal 72).

6. Tersangka atau Terdakwa setiap kali dikehendaki olehnya Penasihat Hukum berhak mengirim dan menerima surat (Pasal 73 KUHAP).

7. Hak untuk maju di muka pengadilan.

8. Hak atas kebebasab dan perlindungan dalam menjalankan fungsinya.

9. Hak untuk ikut menentukan kebijakan dalam sistem peradilan.

10. Hak untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penanganan perkara.

11. Hak untuk menjalankan pengawasan terhadap proses peradilan dan perilaku aparat penegak hukum.


(33)

commit to user

12. Hak untuk mewakili Klien dalam pelaksanaan putusan hakin.

13. Hak untuk menjalankan fungsi arbitrase dan mediasi dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan.

14. Hak atas rahasia jabatan, (Rusli Muhammad, 2006:68-70).

Menurut Ropaun Rambe, selain hak-hak Penasihat Hukum di atas, hak-hak Penasihat Hukum dapat ditambah lagi menjadi :

1. Hak retensi agar diindahkan sepanjang tidak merugikan orang lain. 2. Honorarium dalam batas kelayakan sesuai kemampuan Klien

(Ropaun Rambe, 2001:59).

Hubungan hak antara Penasihat Hukum dengan Terdakwa dapat diperinci sebagai berikut:

1. Hak Penasihat Hukum untuk:

a. Menghubungi Terdakwa dalam semua tingkat pemeriksaan.

b. Hak berbicara dengan Terdakwa pada semua tingkat pemeriksaan.

c. Hak menghubungi dan berbicara tersebut dapat dilakukan Penasihat Hukum pada setiap saat demi kepentingan pembelaannya.

Dari ketentuan Pasal 69 dan 70 hak Penasihat Hukum menghubungi dan berbicara dengan Terdakwa telah dapat dilakukan sejak pemeriksaan penyidikan, penangkapan atau penahanan. Tidak lagi seperti ketentuan HIR yang hanya member hak bagi Penasihat Hukum menghubungi dan Berbicara kepada Terdakwa setelah sampai pada taraf pemeriksaan proses peradilan.

2. Setiap hubungan dan pembicaraan antara Penasihat Hukum dengan Terdakwa:

a. Dilakukan secara bebas tanpa pengawasan dari pejabat penyidik atau petugas Rutan selama pemeriksaan perkara dalam tingkat penyidikan atau penuntutan. b. Peringatan atas hubungan pembicara boleh dilakukan

oleh pejabat yang bersangkutan apabila terdapat bukti bahwa hubungan pembicaraan tersebut telah disalahgunakan oleh Penasihat Hukum.

c. Apabila peringatan tersebut tidak diindahkan oleh Penasihat Hukum, dalam arti masih tetap


(34)

commit to user

menyalahgunakan haknya, barulah hubungan pembicaraan “diawasi” oleh pejabat yang bersangkutan. d. Apabila setelah diawasipun ternyata Penasihat Hukum masih tetap menyalahgunakan haknya maka hubungan pembicaraan tersebut “disaksikan” oleh pejabat yang bersangkutan.

e. Apabila setelah disaksikanpun ternyata masih dilakukan penyalahgunaan oleh Penasihat Hukum, hubungan selanjutnya “dilarang”.

f. Dalam keadaan hubungan pembicaraan antara Penasihat Hukum berada dalam keadaan diawasi sebagaimana yang dimaksud Pasal 70 ayat 3 maka Pasal 71 ayat 1 menentukan: hubungan pembicaraan tersebut diawasi; tanpa mendengar isi pembicaraan (within sight but not whitin hearing).

g. Jika kejahatan yang didakwakan terhadap Terdakwa merupakan kejahatan tersebut keamanan negara, pejabat yang bersangkutan akan melihat dan mendengar isi pembicaraan antara Terdakwa dengan Penasihat Hukum. Dalam hal ini pejabat yang bersangkutan berkedudukan sebagai (within sight and within hearing) hubungan pembicaraan Terdakwa dengan Penasihat Hukum (Pasal 71 ayat 2).

3. Hak Penasihat Hukum mengikuti jalannya pemeriksaan penyidikan (Pasal 115) KUHAP memberi hak kepada Terdakwa untuk memberikan bantuan sejak saat dilakukan terhadap pemeriksaan penyidikan. Untuk itu, sesuai dengan ketentuan Pasal 115 Undang-Undang telah mengatur sampai dimana dan bagaimana tata cara hubungan tersebut. Namun demikian, untuk melihat secara keseluruhan hak Penasihat Hukum tersebut adalah bersifat:

a. Fakultatif, dalam arti hak itu tidak dapat dipaksakannya kepada pejabat penyidik. Semata-mata tergantung pada kehendak dan pendapat penyidik, apakah dia akan memperbolehkan atau tidak Penasihat Hukum mengikuti jalannya pemeriksaan penyidikan.

b. Pasif, dalam arti kehadiran Penasihat Hukum mengikuti jalannya pemeriksaan penyidikan hanya “ melihat dan mendengar (within sight and within wearing)” isi dan jalannya pemeriksaan. Tetapi tidak boleh campur tangan dan ambil bagian memberikan nasihat pada pemeriksaan penyidikan yang sedang berlangsung. c. Sifat pasif ini semakin dibatas dalam hal pemeriksaan

yang berkenaan dengan kejahatan terhadap keamanan negara. Dalam pemeriksaan yang demikian: Penasihat Hukum dapat hadir mengikuti pemeriksaan. Tapi hanya


(35)

commit to user

melihat tanpa mendengan jalannya pemeriksaan (Pasal 115 ayat 2).

d. Penasihat Hukum berhak mendapat turunan berita acara pemeriksaan. Guna kepentingan pembelaan. Turunan berita acara dimaksud baru diberikan jika ada permintaan dari Penasihat Hukum.

e. Penasihat Hukum berhak:

1. Mengirim surat kepada Terdakwa. 2. Menerima surat dari Terdakwa.

3. Hal itu dilakukan pada setiap waktu yang dikehendakinya.

f. Larangan membatasi hak kebebasan hubungan Penasihat Hukum dengan Tedakwa terhitung sejak: 1. Setelah perkara dilimpahkan oleh Penuntut Umum

kepada Pengadilan Negeri untuk disidangkan. 2. Tembusannya disampaikan kepada Terdakwa atau

Penasihat Hukumnya, (M. Yahya Harahap, 2002:112-117).

Penasihat Hukum dalam menjalankan fungsi profesinya serta dalam melakukan pembelaan terhadap perkara hukum Kliennya, selain mempunyai berbagai hak hukum, Penasihat Hukum disertai pula dengan kewajiban-kewajiban hukum. Kewajiban Penasihat Hukum antara lain sebagai berikut

1.Melindungi kepentingan hukum Kliennya.

Apabila seorang Penasihat Hukum telah menerima kuasa dari seorang Klien dalam suatu urusan kriminal kewajibannya adalah melindungi Klien itu. perlindungan Penasihat Hukumterhadap Kliennya ini tidak saja di siding pengadilan dimana Kliennya itu berhadapan dengan hakim dan penuntut umum tetapi juga pada saat Kliennya diproses pada tingkat pemerikasaan pendahuluan oleh penyidik. Kewajiban melindungi Klien ini agar Klien tersebut terhindar dari kemungkinan adanya tindakan sewenang-wenang khususnya dari penyidik dan terkadang menjurus pada intimidasi dan kekerasan.

2.Kewajiban untuk memenuhi kualifikasi sebagai Advokat atau Penasihat Hukum.

3.Menghormati institusi dan proses peradilan.

4.Kewajiban untuk mentaati hukum acara (Daniel S. Lev: 2001:45-47).


(36)

commit to user

Menurut Ropaun Rambe, selain kewajiban seperti yang dicantumkan di atas, seorang Penasihat Hukum yang profesional mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut :

1. Mendahulukan Kepentingan Klien daripada kepentingan pribadi.

2. Harus mengutamakan penyelesaian perkara dengan damai. 3. Tidak memberikan keterangan yang menyesatkan tentang

perkara.

4. Tidak menjanjikan perkara menang yang ditanganinya. 5. Tidak membatasi kebebasan seseorang terhadap orang lain. 6. Tidak menyangkut-pautkan perkara yang satu dengan

lainnya.

7. Tidak membeda-bedakan Klien yang miskin dan yang kaya dalam memberikan bantuan hukum.

8. Menjaga kehormatan profesi dan harkat martabat diri. 9. Mengutamakan Hukum Adat sebagai sumber hukum,

(Ropaun Rambe, 2001:59).

e. Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

Penasihat Hukum dalam kedudukannya sebagai sutau profesi yang mulia atau lebih dikenal dengan istilah officium nobile berdasarkan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat berbunyi “Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak

mampu”. Selain menangani perkara dengan menetapkan suatu legal

fee atau honorarium, Penasihat Hukum juga memiliki kewajiban dalam memberikan bantuan hukum untuk kaum miskin dan buta huruf. Perolehan pembelaan dari seorang Penasihat Hukum atau pembela umum (access to legal counsel) adalah hak asasi manusia yang sangat mendasar bagi setiap orang dan oleh karena itu merupakan salah satu syarat untuk memperoleh keadilan bagi semua orang (justice for all). (public defender) sebagai pekerja di lembaga bantuan hukum (legal aid institute) untuk membela kepentingannya dalam suatu perkara hukum. Tidak adil kiranya bilamana orang yang mampu saja yang dapat memperoleh pembelaan oleh Penasihat Hukum dalam menghadapi


(37)

commit to user

masalah hukum. Sedangkan fakir miskin tidak memperoleh pembelaan hanya karena tidak sanggup membayar uang jasa (fee) seorang Penasihat Hukum yang tidak terjangkau oleh mereka. Kalau ini sampai terjadi maka asas persamaan di hadapan hukum tidak tercapai (Aminah Humairoh, 2010:8).

Secara ideal dapat dijelaskan bahwa bantuan hukum merupakan tanggung jawab sosial dari Penasihat Hukum. Oleh sebab itu Penasihat Hukum dituntut agar dapat mengalokasikan waktu dan juga sumber daya yang dimilikinya untuk orang miskin yang membutuhkan bantuan hukum secara Cuma-Cuma atau Probono, (Amnesty International, 1998:22). Pemberian bantuan hukum oleh Penasihat Hukum bukan hanya dipandang sebagai suatu kewajiban an sich namun harus dipandang pula sebagai bagian dari kontribusi dan tanggung jawab sosial (social contribution and social liability) dalam kaitannya dengan peran dan fungsi sosial dari profesi Penasihat Hukum. Adanya Peraturan Pemerintah (PP) No.83 tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum secara Cuma-Cuma yang merupakan pelaksanaan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat yang mengisyaratkan Penasihat Hukum wajib memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Selain itu fakir miskin yang frustrasi dan tidak puas karena tidak memperoleh pembelaan dari organisasi bantuan hukum akan mudah terperangkap dalam suatu gejolak sosial (social upheaval) antara lain melakukan kekerasan, huru-hara, dan pelanggaran hukum sebagaimana dinyatakan Von Briesen sebagai berikut (Dicey A.V, 1959:56) :

Legal aid was vital because it keeps the poor satisfied, because it establishes and protects their rights; it produces better workingmen and better workingwomen, better house servants; it antagonizes the tendency toward communism; it is the best argument against the socialist who cries that the poor have no rights which the rich are bound to respec,


(38)

commit to user (Dicey A.V, 1959: 56).

(Bantuan hukum mempunyai peranan yang sangat penting untuk melindungi kaum miskin dari, karena hal ini menjamin dan melindungi hak-hak mereka; baik untuk pekerja/buruh laki-laki maupun pekerja/ buruh perempuan, mendapat penghidupan rumah tangga yang lebih baik; hal ini bertolak belakang dari tendensi komunis; bahwa pahan yang terbaik adalah sosialis dimana membawa kaum miskin tidak mempunyai hak-hak untuk meningkatkan penghidupan, (A.V Dicey, 1959: 56).

Melihat kepada kondisi sekarang, fakir miskin belum dapat memperoleh bantuan hukum secara memadai, walaupun pada tahun 2003 Undang-Undang Advokat telah diundangkan (http://www.mail-archive.com/cikeas @yahoogroups .com /msg22404.html diakses 5 September 2010 pukul 12.15 WIB). Undang-Undang Advokat ini memang mengakui bantuan hukum sebagai suatu kewajiban Penasihat Hukum, namun tidak menguraikan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan bantuan hukum dan bagaimana memperolehnya. Selama ini adalah adanya kesemrawutan dalam konsep bantuan hukum dalam bentuk ada kantor-kantor Advokat yang mengaku sebagai lembaga bantuan hukum tetapi sebenarnya berpraktik komersial dan memungut fee, yang menyimpang dari konsep pro bono publico yang sebenarnya merupakan kewajiban dari Advokat. Selain kantor Advokat mengaku sebagai organisasi bantuan hukum juga ada organisasi bantuan hukum yang berpraktik komersial dengan memungut fee untuk pemberian jasa kepada Kliennya dan bukan diberikan kepada fakir miskin secara pro bono publico (Ari Yusuf Amir, 2008:34).

Pada tanggal 31 Desember 2008 lalu pemerintah telah mensahkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma. Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan Pasal 22 Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat yang


(39)

commit to user

mengisyaratan Penasihat Hukum wajib memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Kurang lebih 5 tahun masyarakat dan Penasihat Hukum menunggu Peraturan Pemerintah ini, karena dalam kurun waktu itu sebagian Penasihat Hukum masih engan memberikan bantuan hukum secara

probono (Cuma-Cuma) ini. Tepatnya 6 bulan semenjak Peraturan

Pemerintah ini di sahkan atau sekitar tanggal 31 Juni 2009 seluruh Penasihat Hukum sudah wajib mejalankan fungsi sosialnya, tanpa alasan apapun kecuali ada hal lain yang ditentukan oleh

Undang-Undang Advokat atau kode etik Advokat,

(http://www.legalitas.org/content/ implementasi-bantuan-hukum-dan-permasalahannya-peraturan-pemerintah-nomor-83-tahun-2008>[1 Oktober 2010 pukul 16.44 WIB]).

Bantuan hukum pada dasarnya adalah hak dari semua orang yang diperoleh tanpa bayar/Cuma-Cuma (Probono publicio) (Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma). Termasuk bagi masyarakat yang tidak mampu ketika ia berhadapan dengan hukum. Hal ini dijamin dalam UUD RI 1945 Pasal 34 ayat 1 yang berbunyi “fakir miskin dan anak telantar dipelihara oleh negara”. Bantuan hukum itu sifatnya membela kepentingan masyarakat terlepas dari latar belakang, etnisitas, asal-usul, keturunan, warna kulit, ideologi, keyakinan politik, kaya miskin, agama, dan kelompok orang yang dibelanya. Tidak sedikit individu maupun kelompok masyarakat tidak mampu sebagai pencari keadilan “kecewa” kepada hukum karena keadilan yang ia cari tidak didapatkannya hanya karena ia tidak mampu membayar jasa Penasihat Hukum dalam rangka menangani dan menyelesaikan masalah hukumnya. Dengan dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma dan sebagai


(40)

commit to user

perwujudan pelaksanaan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, maka warga masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis tidak perlu lagi khawatir tatkala ia berurusan dengan hukum dan bagaimana cara menyelesaikannya baik didalam maupun diluar pengadilan karena dalam Peraturan Pemerintah tersebut telah terjamin hak untuk mendapat bantuan hukum Cuma-Cuma (tanpa bayar) dari Penasihat Hukum, jika Penasihat Hukum menolak maka akan mendapat sanksi, misalnya diberhentikan menjadikan Penasihat Hukum, (Rianda Seprasia, 2008:2). Bantuan hukum Cuma-Cuma bagi masyarakat menurut Pasal 1 (3) Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 adalah jasa hukum yang diberikan Penasihat Hukum tanpa menerima pembayaran honorarium meliputi pemberian konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu.

Profesi Penasihat Hukum seringkali mengalami hambatan dituduh oleh masayarakat dengan cap buruk karena ideologinya yang sejalan dengan Terdakwa yang dibelanya, dianggap menghisap Klien secara materi, serta adanya pandangan bahwa seorang Advokat sering kali membantu Klien dalam melakukan tindak pidana. Sebagai contoh dalam pembelaan masalah tindak pidana pencucian uang terkadang seorang Advokat dianggap membantu Klien memindahkan hasil tindak pidana melalui pembayaran jasa hukum atau legal fee. Adapun beberapa alasan Penasihat Hukum melakukan bantuan hukum atau jasa hukum secara Probono (Cuma-Cuma) adalah sebagai berikut :

1. Didasari oleh tanggungjawab moral dan pertimbngan kemanusiaan.

2. Disebabkan oleh kondisi ekonomi Klien yaitu bahwa Klien tidak mampu atau akan menemui kesulitan jika harus memenuhi legal fee.

3. Ditunjuk oleh pengadilan lewat prosedur formal yang berlaku untuk mewakili Tersangka atau Terdakwa perkara pidana yang secara ekonomis tidak mampu.


(41)

commit to user

4. Dilandasi alasan demi kepentingan hukum, yaitu pandangan bahwa setiap orang yang terlibat suatu perkara berhak untuk mendapatkan bantuan hukum sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundng-undngan yang berlaku. 5. Didasari oleh tuntutan profesi yang memang memiliki

aspek sosial, yakni ikut menjamin tersedianya akses setiap masyarakat untuk mendapatkan bantuan hukum, serta tuntutan profesi untuk tidk membeda-bedakan Klien yang diwakili.

6. Bekerja atau pernah bekerja di lembaga-lembaga bantuan hukum.

7. Ditunjuk oleh organisasi Advokat yang menaunginya dalam merealisasikan program yang telah ditentukan oleh organisasi

8. Ditugaskan oleh kantor tempat Penasihat Hukum yang bersangkutan bekerja sebagai bagian dari kebijakan, (Daniel S.Lev, 2001:132).

f Hubungan Penasihat Hukum Dengan Klien

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat pengertian Klien adalah orang/ subyek hukum yang dengan memberikan kuasa diberikan bantuan hukum oleh Penasihat Hukum atau oleh mereka yang menjalankan fungsi Penasihat Hukum. Klien merupakan orang, badan hukum atau lembaga lain yang menerima jasa dan atau bantuan hukum dari Penasihat Hukum. Penasihat Hukum disebut juga sebagai officer of the court. Advokat sebagai officer of the court pastilah mempunyai hubungan dengan Kliennya, sehingga terdapat dua konsekuensi yuridis, sebagai berikut :

1. Pengadilan akan memantau bahkan memaksakan agar Penasihat Hukum selalu tunduk pada ketentuan Undang-Undang atau berperilaku yang patut dan pantas terhadap Kliennya.

2. Karena Penasihat Hukum harus membela Kliennya semaksimal mungkin, maka Penasihat Hukum harus hati-hati dan tunduk sepenuhnya kepada aturan hukum yang berlaku, (Daniel S.L ev, 2001:55).


(42)

commit to user

Berdasarkan uraian di atas tersebut maka hubungan antara Penasihat Hukum dengan Klien dapat dinyatakan sebagai berikut :

1. Penasihat Hukum dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai;

2. Penasihat Hukum tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan Klien mengenai perkara yang sedang diurusnya;

3. Penasihat Hukum tidak dibenarkan menjamin kepada Kliennya bahwa perkara yang ditanganinya akan menang; 4. Dalam menentukan besarnya honorarium Penasihat Hukum

wajib mempertimbangkan kemampuan Klien;

5. Penasihat Hukum tidak dibenarkan membebani Klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu;

6. Penasihat Hukum dalam mengurus perkara Cuma-Cuma harus memberikan perhatian yang sama seperti terhadap perkara yang mana ia menerima uang jasa;

7. Penasihat Hukum harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar hukumnya;

8. Penasihat Hukum wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh Klien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan antara Penasihat Hukum dan Klien itu;

9. Penasihat Hukum tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak menguntungkan posisi Klien atau pada saat tugas itu akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi Klien yang bersangkutan;

10. Penasihat Hukum yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan tersebut, apabila dikemudian hari timbul pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

11. Hak retensi Penasihat Hukum terhadap Klien diakui sepanjang tidak akan menimbulkan kerugian kepentingan Klien, (Ropaun Rambe, 2001:45-46).

Menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan Klien adalah tugas utama dari seorang Penasihat Hukum hal ini disebabkan di samping Klien merupakan sumber penghasilan juga karena profesi Penasihat Hukum merupakan jasa. kepercayaan dari Klien dalam menegakkan hukum dan keadilan menjadi sangat penting supaya kepercayaan yang diberikan oleh Klien terhadap Penasihat Hukum itu


(43)

commit to user

hilang bahkan disalahgunakan, oleh karena Klien diabaikan kepentingannya. Terdapat tiga teori dalam hubungan antara Penasihat Hukum dan Klien yakni antara lain :

a. Teori Pengabdian Paling Lemah

Seorang Penasihat Hukum tidak boleh melakukan tindakan tertentu untuk Kliennya yang menurut pertimbangannya, tindakan tersebut tidak layak, tidak sesuai dengan hati nurani atau tidak adil.

b. Teori Pengabdian Individual (Individual preference level) Diserahkan pada pertimbangan Penasihat Hukum tersebut

apakah dia mau melakukan tindakan tertentu untuk Kliennya yang menurut pertimbangannya, tindakan tersebut tidak layak, tidak sesuai dengan hati nurani, atau tidak adil. Jadi tidak ada keharusan untuk melakukannya.

c. Teori Pengabdian Total (total commitment)

Mengharuskan Penasihat Hukum tersebut untuk melakukan tindakan tertentu untuk Kliennya meskipun menurut pertimbangannya tindakan tersebut tidak layak, tidak sesuai dengan hati nurani, atau tidak adil. Dalam hal ini ada keharusan bagi Penasihat Hukum tersebut untuk melakukan tindakan seperti itu, seperti dalam membela Kliennya Penasihat Hukum tidak boleh melanggar aturan hukum yang berlaku, tidak boleh melanggar prinsip moral serta tidak boleh merugikan kepentingan orang lain, (PERADI, 2007:35).

Penasihat Hukum disamping bertugas menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan Klien, hal yang tidak kalah pentingnya adalah Penasihat Hukum berkewajiban menjaga kerahasiaan perkara Klien (rahasia pekerjaan). Rahasia pekerjaan jika wajib simpan rahasia pekerjaan dalam hal apapun dan bagaimanapun wajib menyimpan rahasianya, maka rahasia pekerjaan itu rahasia mutlak (absolut). Sebaliknya rahasia relatif (nisbi) adalah jika wajib simpan rahasia pekerjaan itu harus membuka rahasianya dan harus dikorbankan kepentingan yang lebih besar daripada kepentingan Klien yang dilindungi oleh rahasia itu. Kerahasiaan hubungan antara Penasihat Hukum dan Kliennya adalah sebagai berikut:


(44)

commit to user a. HubunganFiduciaries

Yang menerbitkan fiduciary duties termasuk duty of loyality dari Advokat terhadap Kliennya.

b. Hubungan keagenan

Dalam hal ini Penasihat Hukum dianggap sebagai agen dari Kliennya sehingga dia harus melindungi kepentingan dari prinsipalnya (Kliennya).

c. Hubungan Pemberian Kuasa

Dalam hal ini Penasihat Hukum sebagai penerima kuasa tidak boleh bertindak merugikan kepentingan kuasa.

d. Hukum Pembuktian

Oleh Penasihat Hukum fakta/data yang didapat dari Kliennya tidak boleh digunakan sebagai alat bukti di pengadilan, (PERADI, 2007:68).

2. Tinjauan Tentang Pembelaan Penasihat Hukum Dalam Hukum Acara Pidana Indonesia

Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2002:66), pengertian pembelaan Penasihat Hukum adalah usaha untuk membela perkara pidana yang menimpa Klien yang dilakukan oleh Penasihat Hukum, baik di dalam persidangan maupun di luar persidangan. Sedangkan teknik pembelaan adalah cara-cara atau strategi-strategi membela yang digunakan oleh Penasihat Hukum. Selanjutnya, untuk Penasihat Hukum yang akan mendampingi Terdakwa, haruslah memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang untuk memberikan bantuan hukum. Merujuk pada Pasal 1 angka 13 KUHAP, Penasihat Hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasar Undang-Undang untuk memberi bantuan hukum. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, Penasihat Hukum adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini. Dari rumusan Pasal tersebut jelas bahwa jika seseorang ingin menjadi Penasihat Hukum sebagaimana dirumuskan dalam KUHAP, haruslah merupakan Penasihat Hukum. Sebagaimana yang tercantum di dalam dasar


(45)

commit to user

hukum sebagai berikut: HIR (Het Herziene Indonesisch Reglemen, Staatblad Tahun 1941 No. 44), Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Wujud bantuan hukum bagi Terdakwa di dalam persidangan adalah pembuatan eksepsi, pledoi dan duplik. Pembelaan yang dilakukan oleh Penasihat Hukum meliputi kegiatan-kegiatan antara lain

a. Memberikan konsultasi terhadap permasalahan dan kepentingan hukum Klien.

b. Menyusun perjanjian dan atau mewakili Klien dalam melakukan perjanjian dengan pihak lain.

c. Mendampingi Klien yang diperiksa, ditangkap atau ditahan oleh aparat penegak hukum baik atas tuduhan melakukan tindak pidana atau tidak.

d. Mempersiapkan pembelaan dan dokumen hukum lain yang digunakan dalam proses peradailan.

e. Mempersiapkan instrumen-instrumen hukum untuk melakukan tindakan hukun atau memenuhi prosedur hukum tertentu bagi kepentingan hukum Klien.

f. Mewakili dan membela kepentingan hukum Klien di dalam maupun di luar pengadilan atau tribunal, (Ropaun Rambe, 2001:96).

Seorang Penasihat Hukum membela hak dan kepentingan Kliennya dalam batas-batas yang dibenarkan hukum, untuk itu ia dibayar sebagai imbalan jasanya. Namun dalam hal Terdakwa tidak mampu (miskin), ada juga Advokat yang bersedia membela secara Cuma-Cuma (Pasal 56 KUHAP) (Kuswindiarti, 2009:5). Pasal 56 KUHAP mewajibkan setiap Penasihat Hukum yang ditunjuk untuk memberikan bantuannya secara Cuma-Cuma . Prasyarat tersebut dibuat sejalan dengan prinsip keenam dari

The Basic Principles on The of The Lawyers, Articles 14 (3) (d) dari

International Convenants on Civil and Political Rights, dan Articles 6 (3) The European Convention, yang menyatakan bahwa negara wajib menyediakan bantuan hukum secara Cuma-Cuma terhadap Tersangka atau Terdakwa dalam suatu perkara pidana. Apabila ditemukan 2 keadaan. Pertama apabila Tersangka atau Terdakwa tidak memiliki dana yang memadai untuk membayar jasa seorang Penasihat Hukum, kedua apabila


(1)

commit to user

dalam waktu yang sudah ditentukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa menurut agenda sidang.

c. Mengatasi bahwa Terdakwa Lanjar Sriyanto adalah klien yang kurang mampu sehingga perlu diberikan bantuan hukum secara probono (Cuma-Cuma) adalah Penasihat Hukum Terdakwa melakukan subsidi silang, yang mana ada beberapa klien dari Penasihat Hukum Terdakwa dalam perkara lain yang ditanganinya yang mampu secara materi dan dapat membayar fee seperti yang dikendaki oleh Penasihat Hukum yang mana oleh Penasihat Hukum uang tersebut disubsidikan kepada perkara Terdakwa Lanjar Sriyanto. serta biaya dari tabungan pribadi (biaya sendiri) untuk membiayai pengeluaran rutin Penasihat Hukum Terdakwa yakni fotokopi berkas-berkas, transportasi, uang makan, dan keperluan lain yang dibutuhkan selama melakukan upaya pembelaan hukum terhadap Terdakwa Lanjar Sriyanto.


(2)

commit to user

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang permasalahan yang Penulis kaji, Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto yang beranggotakan Muhammad Taufiq, S.H, M.H, Yossy Eka Rahmanto, S.H, dan Budhi Kuswanto, S.H, yang dilakukan di tingkat peradilan tingkat pertama yakni ketika perkara diperiksa di Pengadilan Negeri Karanganyar dimana mempunyai 2 cakupan pembelaan yakni pembelaan di dalam persidangan dan di luar persidangan, dapat diambil 2 kesimpulan, yakni :

a. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa yang dilakukan di dalam persidangan.

Wujud bantuan hukum bagi Terdakwa Lanjar Sriyanto di dalam persidangan adalah dengan mengajukan pembelaan (pledoi) dan berbagai bentuk pendampingan terhadap Terdakwa selama menjalani proses pemeriksaan di dalam persidangan serta mengajukan saksi-saksi yang meringankan Terdakwa Lanjar Sriyanto. Pembuatan Eksepsi tidak dilakukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa di dasarkan pada alasan bahwa Terdakwa Lanjar Sriyanto menyatakan telah mengerti atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum dan tidak mengajukan eksepsi Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa yang dilakukan di dalam persidangan di dasarkan pada pertama fakta peristiwa dan fakta yuridisnya; kedua mengkombinasikan pembelaannya (pledoi) dengan pendapat pakar , ahli hukum dan teori-teori hukum (doktrin); ketiga berdasarkan kasus posisi dan keterangan yang diberikan oleh Terdakwa Lanjar Sriyanto yang oleh


(3)

commit to user

Penasihat Hukum Terdakwa diminta menuturkan fakta peristiwa dan kronologi dari kecelakaan lalu lintas yang dialaminya dengan terbuka dan sejujur-jujurnya yang didapat ketika menjalani pemeriksaan di persidangan; keempat mendasarkan pembelaannya pada teori pemidanaan gabungan dan teori restorative justice.

Teknik pembelaan yang digunakan oleh Penasihat Hukum Terdakwa antara lain: pertama meminta Terdakwa Lanjar Sriyanto memberikan keterangan dan bertutur kata yang sebenarnya di dalam persidangan yang terbuka untuk umum; kedua Penasihat Hukum Terdakwa menginvestigasi sendiri Terdakwa Lanjar Sriyanto di dalam sidang yang terbuka untuk umum dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bertalian dengan materi pembelaan;

ketiga berusaha menciptakan suasana persidangan yang kondusif

bagi Terdakwa Lanjar Sriyanto dalam pemeriksaan perkara dengan mengajukan interupsi apabila dirasa oleh Penasihat Hukum Terdakwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat memojokkan atau menjerat Kliennya, baik kepada Majelis Hakim dan kepada Jaksa Penuntut Umum; keempat menterjemahkan serta membantu Terdakwa bertutur kata dengan bahasa Indonesia yang baku dalam memberikan keterangan selama proses pemeriksaan di persidangan, mengingat Terdakwa sangat kesulitan dalam berbahasa Indonesia dan lebih fasih menggunakan bahasa jawa yang tidak semua orang di dalam persidangan mengerti; kelima mengajukan saksi-saksi yang meringankan Terdakwa. Saksi-saksi yang digunakan oleh Penasihat Hukum Terdakwa; dan keenam menjaga komunikasi dengan Terdakwa saat Terdakwa diperintahkan oleh Hakim Ketua untuk duduk di sebelah kursi yang disediakan dengan Penasihat Hukum pada waktu agenda pemeriksaan saksi-saksi Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa selama menjalani pemeriksaan perkara di pengadilan tingkat pertama yakni di pengadilan Negeri Karanganyar dilakukan dengan Probono


(4)

(Cuma-commit to user

Cuma). Pembelaan yang dilakukan oleh tim Penasihat Hukum yang beranggotakan Muhammad Taufiq, S.H, M.H, Yossy Eka Rahmanto, S.H, dan Budhi Kuswanto, S.H, sudah sesuai dengan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat berbunyi “Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara

cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu” serta sudah

melaksanakan dengan baik Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.

b. Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa yang dilakukan di luar persidangan mempunyai teknik pembelaan tersendiri. teknik-teknik tersebut yakni pertama mengajukan permohonan penangguhan penahanan atas nama Terdakwa Lanjar Sriyanto pada saat Terdakwa menjadi tahanan oleh Kejaksaan; kedua mengadakan meeting antar Advokat (yakni dengan Tim Penasihat Hukum dengan agenda menganalisis kasus hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto, mengungkap kronologi dari peristiwa hukum yang menimpa kliennya yakni Terdakwa Lanjar Sriyanto; ketiga sebelum sidang dimulai, Tim Penasihat Hukum berada dalam satu ruangan khusus dengan Terdakwa Lanjar Sriyanto untuk mempersiapkan mental dan membicarakan beberapa hal yang dipandang perlu oleh Penasihat Hukum; keempat menyusun jadwal kerja (time schedule), mengorganisasikan waktu untuk menentukan solusi atas problem yang dihadapi, melengkapi berkas-berkas pembelaan, melengkapi bukti-bukti, menyusun jadwal sidang, agenda sidang, meeting dan pembagian materi pembelaan hukumnya; kelima

semacam merekonstruksi perkara yakni melakukan reka ulang terhadap perkara hukum klien menurut versi Penasihat Hukum Terdakwa (Advokat) sendiri; keenam mendasarkan pada hukum-hukum yang terkait menurut Berita Acara Pemeriksaan dan fakta-fakta peristiwa. Mencari saksi-saksi, mengolah Berita Acara Pemeriksaan tentang perkara itu dan menganalisa dan mendiskusi antar Advokat (Penasihat


(5)

commit to user

Hukum); ketujuh mengadakan latihan pembelaan, pembagian teknik pembacaan pembelaan untuk digunakan dalam melakukan upaya pembelaan di dalam persidangan. yang terdiri dari artikulasi melakukan pembelaan, notasi pembacaan surat pembelaan, mengadakan meeting

untuk mematangkan latihan pembelaan; kedelapan memberikan komentar-komentarnya dan bersedia untuk diwawancarai para wartawan yang meliput jalannya pemeriksaan di tingkat Pengadilan Negeri secara transparan dan sebenar-benarnya; serta yang kesembilan adalah membuat Legal Opinion untuk dimuat (dipublikasikan) di media masa sehingga dapat menjadi Legal Media, yakni memanfaatkan peran media masa, yang seakan-akan berperan mengorganisasi masa (masyarakat) untuk turut membela perkara hukum Terdakwa sehingga berakibat dapat menjustifikasi hakim dan seakan-akan mengarahkan hakim untuk menjatuhkan putusan kepada Terdakwa seperti yang dikehendaki oleh Penasihat Hukum Terdakwa.

2. Hambatan-hambatan yanga dihadapi oleh Penasihat Hukum Terdakwa Lanjar Sriyanto hanya bersifat non teknis antara lain yang pertama antar Penasihat Hukum ada yang berbeda kantor yakni Bapak Budhi Kuswanto, S.H, tidak sekantor dengan Bapak Muhammad Taufiq, S.H, M.H dan Bapak Yossy Eka Rahmanto, S.H, sehingga terkadang kurang koordinasi dan kerjasama yang maksimal; kedua kesulitan dalam mendatangkan saksi ahli; dan ketiga mengatasi bahwa Terdakwa Lanjar Sriyanto adalah klien yang kurang mampu sehingga perlu diberikan bantuan hukum secara

probono (Cuma-Cuma) adalah Penasihat Hukum Terdakwa melakukan


(6)

commit to user Menurut analisis Penulis

Hak Terdakwa Lanjar Sriyanto yang tidak terpenuhi adalah Terdakwa tidak bebas dalam memilih dan menentukan Penasihat Hukumnya sendiri karena faktor ekonomi Sedangkan Kewajiban Penasihat Hukum yang tidak terpenuhi adalah menerima honorarium, karena bantuan hukum yang diberikan bersifat Probono Walaupun bersifat Probono namun bantuan hukum yang diberikan memiliki kualitas, terbukti Hakim memutus Terdakwa Lanjar Sriyanto bebas.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa saran-saran yang ingin penulis sampaikan terkait dengan permasalahan yang Penulis kaji. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut :

Dalam memberikan bantuan hukum secara Probono (Cuma-Cuma) hendaknya dipertahankan oleh Penasihat Hukum secara konsisten dalam hal semangat dan atensinya terhadap kaum miskin yang berperkara di pengadilan dengan memberi pendampingan sebagai Penasihat Hukum secara maksimal, bukan hanya terhadap perkara Terdakwa Lanjar Sriyanto saja tetapi terhadap kaum miskin lainnya yang membutuhkan keadilan hukum.