Latar Belakang Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisida bacillus thuringiensis subsp.aizaway di Bogor, Jawa Barat

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembangunan suatu proyek terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap pra investasi, tahap investasi, dan tahap operasional. Ketiga tahapan tersebut merupakan tahapan yang bersifat linier sirkular dimana tahapan berjalan berurutan menjadi suatu siklus Gambar 1. Tahapan pra investasi merupakan kegiatan pertama dan yang mutlak diperlukan untuk mengawali pembangunan suatu proyek. Kegiatan-kegiatan pada tahap investasi dan operasional direncanakan pada tahapan ini UNIDO 1991. Perencanaan jenis-jenis kegiatan dalam tahap investasi dan operasional disebut sebagai studi pra kelayakan dan studi kelayakan. Studi pra kelayakan berisi kegiatan analisis pendahuluan mengenai pasar, teknis, dan finansial. Informasi yang diperoleh digunakan untuk melakukan studi kelayakan yang mencakup pasar, teknik, jadwal dan biaya, finansial ekonomi, serta Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL. Perencanaan tersebut dicantumkan dalam suatu pelaporan hasil analisis Soeharto 2002. Gambar 1. Siklus pembangunan proyek UNIDO 1991 dengan penyesuaian Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisida Bacillus thuringiensis subp.aizaway di Bogor, Jawa Barat merupakan analisis yang mencakup studi pra kelayakan dan studi kelayakan dari rencana pendirian industri bioinsektisida tersebut. Analisis ini mutlak dibutuhkan guna melanjutkan kegiatan proyek pada tahapan investasi dan operasional. Namun kegiatan analisis tersebut diawali kegiatan identifikasi peluang melalui pengembangan produk bioinsektisida. Produk tersebut merupakan insektisida alami yang diproduksi dari hasil metabolisme mikroba bakteri virus fungi protozoa, tumbuhan, hewan, dan atau secara langsung menggunakan biomassa organisme tertentu Glare et al 2000. Pengembangan industri berbasis mikroba selalu menggunakan hasil pengembangan produk pada skala laboratorium sebagai dasar justifikasi. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat ketidakstabilan mikroba tersebut. Mikroba dapat berubah karakter atau mati ketika lingkungan hidupnya berubah. Diperlukan pengaturan suasana lingkungan yang meliputi kondisi pH, aerasi dan agitasi fermentor, serta sterilitas lingkungan dan fermentor dalam proses produksinya. Jika pengembangan produk Identifikasi peluang Pelaporan hasil studi Negoisasi dan kontrak kerja Pembangunan pabrik Pembuatan desain industri Studi kelayakan Studi pra kelayakan Ekspansi pasarinovasi Pelatihan tenaga kerja Pemasaran pra produksi Produksi dan pemasaran komesial Pemeliharaan industri Investasi Pra investasi Operasional 2 dilakukan dalam skala besar secara langsung, peluang kerugian akan lebih besar. Untuk memperoleh kondisi terbaik produksi pada skala industri, umumnya dilakukan translasi volume dengan perhitungan penggandaan skala Mc Neil dan Harvey 2008. Sarfat 2010 dan Susanto 2010 telah mengembangkan produk bioinsektisida berupa kristal protein hasil metabolisme Bacillus thuringiensis subsp.aizaway selanjutnya disebut Bta. Produk bersifat spesifik untuk serangga ordo lepidoptera dan diptera, diantaranya Crocidolomia pavonana ulat Kubis dan Spodoptera litura ulat Grayak. Produk dikembangkan dengan menggunakan bahan baku substrat berupa limbah cair tahu 80 dan ampas tahu 20. Pada skala laboratoriun melalui metode fermentasi cair diperoleh rendemen kering produk sebesar 1,81 dengan tingkat toksisitas produk 16000 IUmg untuk konsentrasi 1,25 mgL v produkv air. Nilai rendemen 1,81 merupakan nilai rendemen yang cukup tinggi, dimana secara umum rendemen maksimum pada produk mikrobial yang berbasis protein sel bakteri adalah 3 Mc Neil dan Harvey 2008. Berdasarkan hal tersebut, produk pada skala laboratorium memiliki peluang besar untuk dikembangkan lebih lanjut melalui suatu studi pra kelayakan dan studi kelayakan. Pengembangan produk bioinsektisida dari bakteri Bta menjadi skala industri didukung oleh adanya masalah lingkungan yang sedang mencuat di era globalisasi ini. International Organization for Standardization melalui ISO 14000 mensyaratkan masyarakat dunia untuk memperbaiki kebijakan dalam memproduksi barang yang bebas residu racun dan memelihara lingkungan Sombatsiri 1999 dalam Mariyono et al 2002. Menurut United States Environmental Protection Agency USEPA, salah satu penyumbang pencemaran lingkungan dalam skala besar di Amerika Serikat adalah bidang pertanian. Hal ini diindikasikan juga terjadi di negara-negara lain. Beberapa sumber pencemaran tersebut adalah kurang bijaknya penggunaan obat-obat pertanian oleh para petani, yaitu pupuk dan pestisida Archer dan Shogren1994 dalam Mariyono et al 2002. Pupuk dan pestisida yang petani gunakan hingga kini secara umum adalah pupuk dan pestisida kimia sintetis selanjutnya disebut pupuk dan pestisida. Kedua produk tersebut telah dipercaya para petani dan pengusaha tani mampu meningkatkan kapasitas produksi tanaman hingga tahap maksimal. Pada penggunaan dosis yang tepat, pupuk dapat memenuhi kebutuhan kelengkapan hara dan pestisida dapat mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman OPT dengan baik. Namun, yang menjadi permasalahan adalah terdapat penggunaan pupuk dan pestisida yang melebihi ketentuan dosis dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Pupuk yang berlebih pada lahan tanaman akan larut dalam air hujan dan berdampak eutrofikasi Wachjadi et al 2003. Pemakaian pestisida yang berlebihan berdampak pada resistensi OPT, terbunuhnya organisme bukan sasaran, dan pencemaran tanah Wachajadi et al 2003, Udiarto et al 2003. Hal ini yang menyebabkan bidang pertanian turut berperan dalam pencemaran lingkungan. Dosis normal umum penggunaan pestisida adalah 400-1000lha, dengan konsentrasi 2mll. Kesalahan penggunaan dosis pestisida merupakan masalah yang banyak dicermati. Para petani banyak menggunakan pestisida lebih dari dosis normal. Dampak negatif penggunaan secara berlebihan dalam jangka waktu lama menyebabkan turunnya produktivitas tanaman. Tanpa adanya suatu pembaruan treatment , hal tersebut berdampak pada daya dukung lingkungan yang menurun. USEPA telah mendorong masyarakat Amerika untuk merubah pemakaian pestisida menjadi pestisida organik sejak tahun 1994 Archer dan Shogren 1994 dalam Mariyono et al 2002. Hal ini mengindikasikan bahwa permasalahan penggunaan pestisida merupakan masalah serius yang harus segera ditangani, termasuk di Indonesia. Dilatarbelakangi isu lingkungan yang sudah menglobal, saat ini banyak dilakukan langkah back to nature oleh para petani asing dan sebagian kecil oleh petani lokal yaitu penggunaan pupuk organikbiofertilizer kompos dan kandang dan pestisida organikbiopestisida nabati dan non nabati. 3 Penggunaan biopestisida merupakan salah satu solusi permasalahan yang ada. Bioinsektisida merupakan salah satu bagian dari biopestisida. Bioinsektisida bekerja secara spesifik pada hama yang akan dibasmi. Pada penggunaan dosis yang berlebihan tidak mengakibatkan dampak kerusakan pencemaran seperti pada penggunaan insektisida. Hal ini dikarenakan bioinsektisida bersifat biodegredable yaitu dapat terurai oleh lingkungan Jin et al 2010. Berdasarkan kondisi yang ada, rencana pendirian industri bioinsektisida yang diproduksi dari Bta merupakan rencana yang patut dipersiapkan melalui analisis kelayakan. Melalui analisis kelayakan tersebut dapat diperoleh informasi mengenai perencanaan secara sistematis dan mendetail dari setiap faktor yang berpengaruh terhadap kemungkinan suatu proyek industri mencapai sustainable performance . Semua data, fakta, dan berbagai pendapat yang dikemukakan dalam analisis kelayakan akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan apakah suatu industri akan direalisasikan, dibatalkan, atau ditinjau ulang Soeharto 2002.

B. Tujuan dan Manfaat