Model Hierarki Strategi Pengembangan Industri Bioinsektisida

157 e. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Alternatif Solusi berdasar A5 Elemen A Elemen B S1 S2 S3 S1 1 2,62 2,62 S2 1 1,0 S3 1

4. Model Hierarki Strategi Pengembangan Industri Bioinsektisida

Penjelasan Goal : Tujuan akhir yang ingin dicapai Industri Bioinsektisida yang Sustainable adalah suatu kondisi akhir yang ingin dicapai bagi industri bioinsektisida baru agar perusahaan yang dibangun dapat terus memperoleh keuntungan secara berkelanjutan. Faktor : hal-hal yang mempengaruhi pencapaian Goal 1. Pasar dan Pemasaran : Pasar yang fluktuatif akan menyulitkan industri melakukan perencanaan produksi. Pasar yang berubah-ubah juga menyulitkan industri menerapkan pemasaran yang tepat. 2. Peraturan dan Hukum : Peraturan yang dimaksud adalah peraturan pemerintah lokal yang harus dipatuhi. Apakah peraturan pemerintah yang berlaku tersebut bersifat mendukung industri atau tidak. Hukum yang dimaksud adalah kekuatan perundangan yang menjadi dasar industri berdiri dan berinvestasi. 3. Organisasi : Kompleksitas dan kehandalan manajerial suatu organisasi industri menentukan performa suatu industri. Hierarki pengambilan keputusan yang pendek akan membantu mengambil keputusan secara cepat dan efisien. 4. Finansial yang memadai : Finansial yang kuat akan mendukung industri dengan bebas menentukan strategi-strategi pemasaran dan riset-riset guna mendukung keberlangsungan industri. 5. Teknis dan teknologis : Perencanaan teknis yang meliputi pemilihan lokasi, denah pabrik, denah proses produksi, dan denah tata alir barang membantu industri berproduksi secara efisien dan dekat dengan area pemasaran. Teknologi yang handal membantu industri untuk tetap menghasilkan produk yang berkualitas konsisten . 158 6. Supply bahan baku : Bahan baku merupakan materi wajib yang harus dipenuhi untuk berjalannya produksi suatu industri. Ketersediaan bahan baku yang melimpah dapat menjamin keberlangsungan proses produksi. Aktor : pihak-pihak yang berperan dalam keberlangsungan faktor 1. Petani : Petani merupakan pihak yang menggunakan bioinsektisida untuk kegiatan pertaniannya. Volume pasar pestisida sebagian besar ditentukan oleh kemauan petani menggunakan bioinsektisida tersebut. Pasar yang tetap membantu industri untuk melakukan perencanaan produksi yang tepat. 2. Pemerintah : Pemerintah merupakan pihak yang berwenang menentukan peraturan pemakaian suatu produk pestisida. Pemerintah juga memiliki otoritas untuk mendorong masyarakat dan petani menggunakan bioinsektisida. 3. Tenaga Ahli : Tenaga ahli meliputi ahli proses produksi yang mampu memantau kekonsistenan kualitas produk, ahli pemasaran yang mampu menyelidiki cerug pasar yang potensial dan bagaimana berpromosi produk, dan juga ahli mesin, ahli informasi, serta ahli komunikasi publik. 4. Investor : Investor merupakan pihak yang menjadi sumber permodalan untuk berdirinya industri bioinsektisida. 5. Distributor : Seluruh obat-obat pertanian dan pupuk menggunakan jasa distributor untuk pemasarannya. Keberadaan industri ini menjamin sampai tidaknya bioinsektisida pada konsumen dalam jumlah yang tepat. 6. Industri lain yang terkait : Industri lain yang terkait ini meliputi industri bahan baku, industri bahan-bahan pembantu produksi kemasan, filler, alat tulis dan perkantoran, media massa dan elektronik, dan sebagainya. Keberadaan industri ini membantu menyelesaikan kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi oleh industri bioinsektisida secara mandiri. Objektif : tujuan-tujuan yang mendorong para aktor bertindak 1. Memaksimalkan keuntungan secara sustainable: Industri bioinsektisida menginginkan konsumen menggunakan pemakaian bioinsektisida, karena semakin meningkat pemakaian maka potensi keuntungan semakin besar. Keuntungan yang besar secara sustainable akan membuat industri dapat tetap sustainable pula. 2. Mereduksi pemakaian insektisida kimia : Pereduksian pemakaian insektisida kimia mengindikasikan diperlukannya produk subtitusi. Bioinsektisida dapat menjadi subtitusi yang tepat. Oleh karena itu semakin besar pereduksian pemakaian insektisida kimia oleh petani dan masyarakat, maka potensi pasar bioinsektisida juga semakin besar. 3. Membangun pasar pertanian organik : Pertanian organik merupakan pertanian yang menggunakan obat-obatan dan pupuk alami. Semakin masyarakat mendukung produk-produk pertanian organik, maka akan memperbesar cerug pasar bagi produk obat-obatan dan pupuk alami seperti bioinsektisida. Alternatif solusi : pilihan-pilihan solusi yang dapat diambil untuk mencapai goal 1. Pembuatan regulasi khusus oleh pemerintah untuk penggunaan bioinsektisida : Pemerintah memiliki kewenangan untuk mendukung suatu industri atau sebaliknya. Dengan pembuatan regulasi khusus oleh pemerintah akan mendorong petani dan masyarakat selalu menggunakan bioinsektisida. 2. Promosi, penyuluhan, dan pembangunan sistem distribusi langsung ke petani: Bioinsektisida lokal merupakan produk pendatang baru. Jika ingin membangun pasar dan industri secara mandiri, industri dapat membangun sendiri jaringan distribusi, promosi percontohan, dan pemberian penyuluhan kepada petani. 3. Membentuk jalinan kerjasama dengan industri bioinsektisida asing : Pasar bioinsektisida saat ini sudah diisi oleh industri asing. Oleh karena itu agar mempercepat perolehan keuntungan, industri bioinsektisida lokal dapat menjalin kerjasama dengan industri bioinsektisida asing yang produkya telah diterima oleh petani dan masyarakat. 159 Kuisioner Hierarki Strategi Pengembangan Industri Bioinsektisida Keterangan dalam Tabel G : Industri Bioinsektisida yang Sustainable F1 : Pasar dan Pemasaran F4 : Finansial yang memadai F2 : Peraturan dan hukum F5 : Teknis dan tenologis F3 : Organisasi F6 : Supply bahan baku 1. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Faktor di bawah ini berdasar G Elemen A Elemen B F1 F2 F3 F4 F5 F6 F1 1 1,14 1,14 1,44 1,12 1,44 F2 1 1,44 1,82 1,44 1,82 F3 1 1,44 1,14 1,44 F4 1 1,44 1,0 F5 1 1,26 F6 1 2. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Aktor berdasar Faktor A1 : Petani A4 : Investor A2 : Pemerintah A5 : Distributor A3 : Tenaga Ahli A6 : Industri lain yang terkait a. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Aktor berdasar F1 Elemen A Elemen B A1 A2 A3 A4 A5 A6 A1 1 2,71 2,62 1,44 1,82 2,08 A2 1 1,0 1,82 1,65 1,0 A3 1 2,08 1,82 1,0 A4 1 1,0 1,82 A5 1 1,59 A6 1 b. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Aktor berdasar F2 Elemen A Elemen B A1 A2 A3 A4 A5 A6 A1 1 3,17 2,29 2,52 2,08 1,59 A2 1 1,59 1,26 1,59 2,29 A3 1 1,44 1,26 1,26 A4 1 1,59 1,59 A5 1 1,0 A6 1 c. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Aktor berdasar F3 Elemen A Elemen B A1 A2 A3 A4 A5 A6 A1 1 1,26 1,26 2,47 1,71 1,59 A2 1 1,26 2,08 1,44 1,59 A3 1 2,0 1,26 1,0 A4 1 1,44 2,0 A5 1 1,26 A6 1 160 d. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Aktor berdasar F4 Elemen A Elemen B A1 A2 A3 A4 A5 A6 A1 1 1,26 1,1 2,0 1,59 1,49 A2 1 1,0 1,82 1,59 1,26 A3 1 1,82 1,59 1,44 A4 1 1,0 1,26 A5 1 1,0 A6 1 e. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Aktor berdasar F5 Elemen A Elemen B A1 A2 A3 A4 A5 A6 A1 1 1,44 1,71 2,29 1,44 1,65 A2 1 2,29 3,0 2,0 1,82 A3 1 1,44 1,26 1,14 A4 1 1,59 1,26 A5 1 1,0 A6 1 f. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Aktor berdasar F6 Elemen A Elemen B A1 A2 A3 A4 A5 A6 A1 1 1,0 1,14 2,15 1,0 1,59 A2 1 1,14 2,0 1,26 1,44 A3 1 2,08 1,0 1,26 A4 1 2,29 1,26 A5 1 1,26 A6 1 3. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Objektif berdasar Aktor O1 : Memaksimalkan keuntungan secara sustainable O2 : Mereduksi pemakaian insektisida kimia O3 : Membangun pasar pertanian organik a. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Objektif berdasar A1 Elemen A Elemen B O1 O2 O3 O1 1 1,71 1,71 O2 1 1,0 O3 1 b. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Objektif berdasar A2 Elemen A Elemen B O1 O2 O3 O1 1 1,82 2,47 O2 1 1,59 O3 1 161 c. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Objektif berdasar A3 Elemen A Elemen B O1 O2 O3 O1 1 1,26 1,14 O2 1 1,59 O3 1 d. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Objektif berdasar A4 Elemen A Elemen B O1 O2 O3 O1 1 3,56 2,0 O2 1 2,29 O3 1 e. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Objektif berdasar A5 Elemen A Elemen B O1 O2 O3 O1 1 2,47 1,59 O2 1 1,82 O3 1 f. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Kriteria berdasar A6 Elemen A Elemen B O1 O2 O3 O1 1 1,71 1,26 O2 1 1,44 O3 1 4. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Alternatif Solusi berdasar Objektif S1 : Pembuatan regulasi khusus untuk penggunaan bioinsektisida S2 : Promosi, penyuluhan, dan pembangunan sistem distribusi langsung ke petani S3 : Membentuk jalinan kerjasama dengan industri bioinsektisida asing a. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Alternatif Solusi berdasar O1 Elemen A Elemen B S1 S2 S3 S1 1 1,10 2,29 S2 1 2,15 S3 1 b. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Alternatif Solusi berdasar O2 Elemen A Elemen B S1 S2 S3 S1 1 1,44 2,29 S2 1 1,59 S3 1 c. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen Alternatif solusi berdasar O3 Elemen A Elemen B S1 S2 S3 S1 1 1,59 1,82 S2 1 1,14 S3 1 ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI BIOINSEKTISIDA Bacillus thuringiensis subsp.aizaway DI BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI BARTOLOMEUS BAGUS PRABA KUNCARA F34063256 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i Feasibility Analysis for Establishment of Bioinsectiside Bacillus thuringiensis subsp.aizaway Industry in Bogor, West Java. Bartolomeus Bagus Praba Kuncara Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, Bogor, West Java, Indonesia Phone 085693184564, e-mail : avatarnbagusyahoo.co.id ABSTRACT One type of bioinsecticide is Bacillus thuringiensis subsp.aizaway Bta that can be used to eradicate pests armyworm Crocidolomia pavonana and Spodoptera litura. Indonesia has not had a productive bioinsectiside local industry that produce it. The objectives of this research was to analyze the feasibility of Bta industry establishment and the development strategy. The points of this research are market and marketing, legal, technical and technological, management, environment, finance, and development strategy. On the market and marketing aspects, the industry has been feasible for commercial production in market volume 145,2 kg dried Btayear. On the technical and technological aspects, subdistrict Cileungsi and Gunung Putri is prosperous area for factory location. On the aspect of management, organization form by lines and with Top-Bottom management strategy. On environmental aspects, the industry must build a primary treatment for sewage pools. On the legal aspect, industrial legality form is enclosed corporation with small-SIUP. On the financial aspect, the industry get NPV Rp259.028.602. IRR is 16, PbP is 10,71 years, Net BC is 1,518, and Break Event Point is 75,33 kg dried Bta year. Result of sensitivity analysis, industry is sensitive by price and cost change. In the aspect of development strategy, Bionic model giving help to determine the strategy of choosing industry location, to determine the weight scale production, to determine the institutional strategies, and to trial the financial account. Keywords : bioinsecticide, bacillus thuringiensis subsp.aizaway, feasibility analysis ii Bartolomeus Bagus Praba Kuncara F34063256 Feasibility Analysis for Establishment of Bioinsectiside Bacillus thuringiensis subsp.aizaway Industry in Bogor, West Java. Under directions of Prof. Dr.Ir. Marimin, MSc and Dr.Ir.Mulyorini, MSi.2011 SUMMARY One of bioinsecticide were developed from Bacillus thuringiensis. Bioinsecticide is divided into several types and one of it’s the Bacillus thuringiensis subsp.aizaway that can be used to eradicate pests armyworm Croccidolomia pavonana and Spodoptera litura. This product has been developed since 1963 in Europe, but until now Indonesia has not had a productive bioinsecticide local industry. The objectives of this research was to get a feasibility judgment of bioinseticide Bacillus thuringiensis subsp.aizaway Bta industry establishment and to analyze the development strategy. Depend on it, people can get information about description of implementation this industry. Main subject of this research is Bta by production with substrat from tofu waste and liquid tofu waste. Points of this research are market and marketing aspect, legal aspect, technical and technological aspect, management aspect, environment aspect, finance aspect, and development strategy aspect. Market and marketing aspects: Bioinsecticide market in Indonesia is a part of the total imported pesticides. The import volume of insecticide Indonesia is + 8,3 thousand tonnesyear. Bogor into local markets and marketing area with a market volume 145,2 kg dried Btayear. The market is influenced by consumer behavior as much as 43. Technical and technological aspects: The Best area for industry location are Cileungsi and Gunung Putri. Tofu waste and liquid tofu waste as raw material can be obtained on the area of West Bogor, North Bogor, and South Bogor. Market share of Bta product is 17 with volume 145,2 kg dried Btayear or 12,1 kg dried Btamonth. One running production need 3 days. Average of production is 1,73 kg dried Bta 3 days by 21 work daysmonth. Bioyield from production is 1,81 that need 0,24 liters substrat for first propagation, 9,6 liters substrat for second propagation, and 95,58 liters substrat for main fermentation. Management aspect: The form of organization is an organization by lines and with the management structure top to bottom. Line scheme is a scheme where there is a coordination center. All staff responsible for plant managers. Furthermore, the plant manager responsible for the board of directors. The board of directors with directors and commissioners act in determining the strategic planning. In legal aspects: Form of industrial institution is Corporation enclosed with small SIUP. Environmental aspects: The Industry need to build a primary treatment for sewage pools which include a equalization and sterilization pool, coagulation and flocculation pool, filtration pool, and pools of liquid and solid waste container. For non production waste is managed by good sanitation. Financial aspect: The Capacity of industry is 12,1 kg dried Bta month. Investment in zero year is Rp 1.524.426.000. On first and second year, need capital Rp780.613.200. On third year, need capital Rp 414.146.600. Price of product is Rp5.465. 641 that equal with Rp 546.564 for other product in 10 of concentration. NPV is Rp259.028.602. IRR is 16, PbP is 10,71 years, BEP is 75,33 kg dried Btayear. BC value is 1,518. Result of sensitivity analysis, industry is sensitive by price and cost change. So, the planning of establisment is feasible. Development strategy; Prospective developers can take advantage of Bionic model to determine the strategy of choosing industry location, to determine the weight scale production, to determine the institutional strategies, and to trial the financial account. iii Bartolomeus Bagus Praba Kuncara F34063256 Analisis Kelayakan Pendirian Industri Bioinsektisida Bacillus thuringiensis subsp.aizaway di Bogor, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Prof.Dr.Ir. Marimin, MSc dan Dr.Ir.Mulyorini, MSi .2011 RINGKASAN Salah satu bioinsektisida yang saat ini berkembang adalah bioinsektisida yang dikembangkan dari Bacillus thuringiensis. Bioinsektisida ini terbagi dalam beberapa jenis dan salah satu jenisnya adalah Bacillus thuringiensis subsp.aizaway yang dapat digunakan untuk membasmi hama Crocidolomia pavonana dan Spodoptera litura. Produk ini sudah dikembangkan sejak tahun 1963 di Eropa, namun hingga saat ini Indonesia belum memiliki industri bioinsektisida yang berproduksi lokal. Penelitian ini bertujuan melakukan analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisida di daerah Bogor, Jawa Barat dan secara khusus bertujuan menganalisis strategi pengembangan investasi dan operasi dari rencana pendirian industri bionsektisida Bacillus thuringiensis subsp.aizaway Bta. Manfaat yang ingin dicapai adalah memperoleh deskripsi implementasi pendirian industri bioinsektisida Bta secara kontinu dan komersial yang nantinya dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan. Jenis material yang diteliti adalah bioinsektisida yang dihasilkan oleh Bta dengan substrat limbah onggok tahu dan limbah cair tahu. Bioinsektisida yang dihasilkan, digunakan untuk membasmi hama Crocidolomia pavonana ulat kubis dan Spodoptera litura ulat grayak yang menyerang tanaman hortikultura, serealia, dan tanaman pangan lainnya. Penelitian yang dilakukan mencakup aspek pasar dan pemasaran, aspek legal dan yuridis, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen, aspek lingkungan, dan aspek finansial. Aspek pasar dan pemasaran: Pasar bioinsektisida di Indonesia merupakan irisan dari total impor pestisida. Volume impor insektisida Indonesia adalah + 8,3 ribu ton tahun. Bogor menjadi pasar dan area pemasaran lokal dengan volume pasar 145,2 kg Bta kering tahun. Pasar dipengaruhi oleh perilaku konsumen sebesar 43 . Aspek legal: Untuk legalitas industri dipilih bentuk Badan Usaha Berbadan Hukum berbentuk perseroran terbatas tertutup dengan SIUP kecil. Aspek teknis dan teknologis: Area yang tepat untuk pembangunan industri pada area Bogor adalah kecamatan Cileungsi dan kecamatan Gunung Putri. Bahan baku limbah cair tahu dan ampas tahu dapat diperoleh pada area Bogor Barat, Bogor Utara, dan Bogor Selatan. Pangsa pasar untuk produk baru adalah 17 dengan volume pasar 145,2 kg Bta kering tahun atau 12,1 kg Bta kering bulan. Untuk satu kali produksi membutuhkan waktu 3 hari. Dengan waktu 21 hari kerja bulan, rataan produksi yang harus dipenuhi adalah 1,73 kg Bta kering 3 hari. Rendemen produksi adalah 1,81 yang membutuhkan 0,24 liter substrat propagasi I, 9,6 liter substrat propagasi II,dan 95,58 liter substrat fermentasi utama. Aspek manajemen: Organisasi yang dibentuk adalah organisasi dengan struktur garis dan dengan manajemen Atas-Bawah. Skema oganisasi garis merupakan skema dimana terdapat satu pusat koordinasi. Semua staff bertanggung jawab terhadap manajer pabrik. Selanjutnya manajer pabrik bertanggung jawab terhadap dewan direksi. Dewan direksi bersama direktur dan komisaris bertindak menentukan perencanaan strategis. Aspek lingkungan; Industri harus memperhatikan limbah produksi yang banyak mengandung bahan organik. Perlu dibangun kolam primary treatment untuk limbah yang meliputi kolam equalisasi dan sterilisasi, kolam koagulasi dan flokulasi, kolam filtrasi, serta kolam penampung limbah cair dan padat. Untuk limbah non produksi dikelola dengan pembangunan sanitasi yang baik. Aspek finansial: Kapasitas produksi industri adalah 12,1 kg Bta kering bulan. Investasi yang dibutuhkan pada tahun ke-nol adalah Rp 1.524.426.000. Pada tahun pertama dan kedua dibutuhkan modal Rp780.613.200. Pada tahun ketiga hingga tahun keduabelas dibuthkan dana Rp414.146.600. Harga jual produk bioinsektisida Bta adalah Rp5.465. 641 yang setara dengan Rp546.564 dengan produk lain yang memiliki konsentrasi 10. NPV yang diperoleh selama 12 tahun proyek berjalan adalah Rp259.028.602. Nilai IRR 16, Nilai PbP 10,71 tahun. Nilai BEP 75,33 kg Bta keringtahun. Nilai BC 1,518. Berdasar perhitungan analisis kelayakan, maka diketahui bahwa industri bioinsektisida Bta adalah layak. iv Aspek strategi pengembangan: Calon pengembang dapat memanfaatkan model Bionic untuk membantu menentukan strategi, memilih lokasi, menentukan neraca massa produksi, menentukan strategi kelembagaan, dan melakukan perhitungan keuangan. 1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembangunan suatu proyek terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap pra investasi, tahap investasi, dan tahap operasional. Ketiga tahapan tersebut merupakan tahapan yang bersifat linier sirkular dimana tahapan berjalan berurutan menjadi suatu siklus Gambar 1. Tahapan pra investasi merupakan kegiatan pertama dan yang mutlak diperlukan untuk mengawali pembangunan suatu proyek. Kegiatan-kegiatan pada tahap investasi dan operasional direncanakan pada tahapan ini UNIDO 1991. Perencanaan jenis-jenis kegiatan dalam tahap investasi dan operasional disebut sebagai studi pra kelayakan dan studi kelayakan. Studi pra kelayakan berisi kegiatan analisis pendahuluan mengenai pasar, teknis, dan finansial. Informasi yang diperoleh digunakan untuk melakukan studi kelayakan yang mencakup pasar, teknik, jadwal dan biaya, finansial ekonomi, serta Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL. Perencanaan tersebut dicantumkan dalam suatu pelaporan hasil analisis Soeharto 2002. Gambar 1. Siklus pembangunan proyek UNIDO 1991 dengan penyesuaian Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisida Bacillus thuringiensis subp.aizaway di Bogor, Jawa Barat merupakan analisis yang mencakup studi pra kelayakan dan studi kelayakan dari rencana pendirian industri bioinsektisida tersebut. Analisis ini mutlak dibutuhkan guna melanjutkan kegiatan proyek pada tahapan investasi dan operasional. Namun kegiatan analisis tersebut diawali kegiatan identifikasi peluang melalui pengembangan produk bioinsektisida. Produk tersebut merupakan insektisida alami yang diproduksi dari hasil metabolisme mikroba bakteri virus fungi protozoa, tumbuhan, hewan, dan atau secara langsung menggunakan biomassa organisme tertentu Glare et al 2000. Pengembangan industri berbasis mikroba selalu menggunakan hasil pengembangan produk pada skala laboratorium sebagai dasar justifikasi. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat ketidakstabilan mikroba tersebut. Mikroba dapat berubah karakter atau mati ketika lingkungan hidupnya berubah. Diperlukan pengaturan suasana lingkungan yang meliputi kondisi pH, aerasi dan agitasi fermentor, serta sterilitas lingkungan dan fermentor dalam proses produksinya. Jika pengembangan produk Identifikasi peluang Pelaporan hasil studi Negoisasi dan kontrak kerja Pembangunan pabrik Pembuatan desain industri Studi kelayakan Studi pra kelayakan Ekspansi pasarinovasi Pelatihan tenaga kerja Pemasaran pra produksi Produksi dan pemasaran komesial Pemeliharaan industri Investasi Pra investasi Operasional