Aspek Lingkungan 1 Jenis-Jenis Limbah

68 Tabel 28. Alokasi sumber daya kelayakan teknis dan teknologis Kegiatan Rincian Kegiatan Predecessor Successor Perkiraan Alokasi SDM orang Biaya Rporanghari Waktu hari Biaya Peralatan dan akomodasi Rp H H1 D’ H’ 4 35.000 5 F’ H2 H1 H3 5 378.316.000 H3 H2 H4 5 1.046.100.000 H4 H3 H5 5 H5 H4 H’ 5 Total 4 Rp 875.000 25 1.424.416.000 Biaya Total SDM x Biaya Rp 1.433.291.000 Keterangan : Upah Minimum Regional UMR Bogor + Rp 1.000.000bulan BPLHD Jawa Barat 2011 Jaringan kerja yang diperoleh berdasar bagan di atas adalah seperti pada Gambar 53. Gambar 53. Jaringan kerja kelayakan teknis dan teknologis dengan alokasi waktu Kegiatan analisis kelayakan teknis dan teknologis membutuhkan waktu 140 hari dengan termasuk waktu 115 hari penyelesaian kelayakan sebelumnya. Untuk menyelesaikan keseluruhan aspek analisis. Keseluruhan membutuhkan sumber daya manusia 4 orang. Rencana biaya yang dibutuhkan adalah Rp1.433.291.000 . Rencana biaya senilai Rp 378.316.000 merupakan rencana biaya pembelian peralatan. Rencana biaya senilai Rp 1.046.100.000 merupakan rencana biaya pembelian lahan lokasi industri. Pada Gambar 53 terdapat 1 jalur kritis yaitu jalur F’-H-H’ yang membutuhkan waktu 37 hari. Jalur kegiatan F’ merupakan kegiatan analisis kelayakan pasar dan pemasaran. D. Aspek Lingkungan D.1 Jenis-Jenis Limbah Romli et al 2003 dalam Indrasti dan Fauzi 2009 menjelaskan bahwa terdapat lima jenis sumber limbah yang terdapat dalam suatu industri. Kelima sumber tersebut adalah: 1. Tipe I, yaitu residu dari bahan baku utama input produksi, contohnya kulit, kotoran,dan sebagainya 2. Tipe II, yaitu komponen utama bahan baku yang tidak dapat ditransformasi menjadi produk 3. Tipe III, yaitu hasil samping dari produksi by product 4. Tipe IV, yaitu limbah bahan baku pembantu 5. Tipe V, yaitu hasil akhir pengolahan yang tidak bisa dikelola lagi selain dibuang 12 5 5 5 5 5 5 H H’ D’ H1 H5 H4 H2 H3 F’ 69 Limbah industri bioinsektisida ini akan menghasilkan 2 jenis limbah yaitu Limbah Produksi dan Limbah Non Produksi. Limbah Produksi dihasilkan dari proses pemanenan berupa sisa fermentasi yang termasuk pada sumber limbah Tipe II dan dari pencucian alat. Limbah berupa cairan. Berdasar neraca massa Lampiran 1, limbah sisa fermentasi adalah sebesar 72,14. Jika limbah cair dalam jumlah besar tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan pencemaran udara berupa bau. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan lebih lanjut. Limbah Non Produksi dihasilkan dari sampah rumah tangga dan kegiatan administrasi. D.2 Pengelolaan Limbah D.2.1. Limbah Produksi Pada limbah produksi diterapkan 2 langkah pengelolaan yaitu Cleaner Production Produksi Bersih dan End of Pipe Treatment Penanganan Limbah Akhir. 1. Cleaner Production produksi bersih UNIDO 2002 dalam Indrasti dan Fauzi 2009 menjelaskan bahwa cleaner production merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah pada pencegahan dan terpadu untuk diterapkan pada siklus produksi. Prinsip-prinsip yang diterapkan pada sistem produksi bersih adalah meminimumkan penggunaan bahan baku, air, energi, dan bahan baku berbahaya dan menitikberatkan pada penerapan 3R Reduce, Reuse, dan Recycle. Reduce adalah mengurangi pemakaian input produksi, reuse adalah penggunaan kembali limbah yang masih bisa dimanfaatkan, dan recycle adalah pendaurulangan limbah menjadi barang bermanfaat lain. Indrasti dan Fauzi 2009 menambahkan bahwa bentuk-bentuk produksi bersih yang umum diterapkan adalah sebagai berikut: • Good House-keeping , penerapan metode produksi yang bersih dan tepat guna • Perubahan material bahan baku, dari yang berbahaya menjadi tidak berbahaya • Perubahan teknologis, mengubah teknologi yang tidak efisien menjadi lebih optimal • Perubahan produk, mengubah komposisi produk tanpa mengubah fungsi akhir produk • On-site reuse , upaya penggunaan kembali bahan-bahan yang terkandung dalam limbah Bentuk-bentuk produksi bersih yang dapat diterapkan pada industri bioinsektisida adalah Good house keeping. Bentuk ini dipilih karena menyesuaikan dengan jenis produk yang diproduksi. Produk biologi sangat rentan terhadap perubahan lingkungan dan perlakuan sehingga On-site reuse tidak dapat digunakan. Teknologi yang digunakan saat ini yaitu teknologi fermentasi cair merupakan teknologi termudah dan lebih murah dari teknologi fermentasi yang lain. Perubahan material bahan baku dan produk membutuhkan waktu penelitian untuk menentukan komposisi bahan baku dan produk yang tepat. Oleh karena itu dengan kondisi yang ada maka penerapan cara produksi yang bersih dan tepat guna lebih mendukung dilakukan. 2. End of Pipe Treatment Penanganan Limbah Akhir Penanganan limbah akhir merupakan bentuk pendekatan reaktif dalam penanganan limbah Bapedal 1996 dan Wibowo 1996 dalam Indrasti dan Fauzi 2009. Teknologi ini tetap dilakukan karena, tidak semua limbah dapat ditangani dengan metode Produksi Bersih. Penanganan ini terdiri dari beberapa tahap penanganan yaitu Primary Treatment, Secondary Treatment, dan Tersiary Treatment . Tahapan penanganan dapat bertambah seiring daya pencemaran limbah. Primary Treatment merupakan pengelolaan limbah yang bertujuan untuk mengurangi varian limbah, menetralkan pH, dan memisahkan limbah padat dari limbah cair. Secondary Treatment dilakukan dengan tujuan mengurangi nilai BOD Biologycal Oxygen Demand. Tersiary Treatment umum dilakukan pada limbah dengan daya pencemar tinggi yaitu dengan cara mengurangi COD Chemical Oxygen Demand , menghilangkan zat logam berat dan asam Santi 2004. Limbah Produksi yang 70 dihasilkan adalah sisa fermentasi dan air pencucian. Karena limbah sisa fermentasi dan air sisa pencucian dibuang melalui saluran akhir yang sama, maka akan dihasilkan limbah padatan yang memiliki varian berubah-ubah, dan memiliki pH tidak normal. Oleh karena itu untuk penanganan limbah dilakukan hanya Primary Treatment yaitu Equalisasi, Netralisasi, Koagulasi-Flokulasi, dan Pemisahan Filtrasi. Limbah sudah cukup aman sehingga tidak memerlukan penanganan lanjutan. Santi 2004 menjelaskan kegiatan dalam primary treatment adalah sebagai berikut: 1. Equalisasi; Equalisasi dilakukan dengan membangun bak penampungan limbah dengan ukuran yang disesuaikan dengan volume limbah. Limbah yang ditampung dibiarkan dalam waktu tinggal tertentu hingga varian menjadi stabil. 2. Netralisasi Netralisasi dilakukan dengan menambahkan kapur CaOH 2 yang bersifat basa pada bak penampungan Equalisasi setelah melewati waktu tunggunya. Meskipun limbah sisa fementasi yang bersifat asam bercampur dengan limbah air cucian yang bersifat basa mengandung sabun, pH limbah belum netral. Oleh karena itu diperlukan penambahan senyawa penetral. 3. Koagulasi-Flokulasi Koagulasi-Flokulasi dilakukan dengan membangun bak penampungan yang disambungkan dengan bak Equalisasi. Pada bak ini, limbah yang telah netral dan telah bervarian stabil ditambahkan koagulan Alum Al 2 SO 4 3 .xH 2 O. Partikel-partikel yang telah mengalami koagulasi ditambahkan flokulan Kapur CaOH 2 , sehingga partikel-partikel membentuk flok-flok yang lebih besar. 4. Pemisahan Filtrasi Pemisahan Filtrasi dilakukan dengan mengalirkan limbah dari bak Koagulasi-Flokulasi pada bak selanjutnya yangmana pada sambungan bak dipasang filter yang berfungsi memisahkan limbah padat dan limbah cair. Selanjutnya limbah padat yang telah terkumpul dapat disebar pada lahan khusus untuk dikeringkan dengan cahaya matahari yang selajutnya dapat disalurkan pada industri pupuk. Limbah cair yang ada telah dipisahkan ditambahkan air 50 volume dan ditambahkan indikator ikan Lele Claria batrachus. Ikan Lele merupakan ikan yang hidup pada air kotor. Jika ikan ini dapat hidup dengan kondisi sehat, maka dapat dijadikan indikator bahwa air limbah sudah dapat disalurkan langsung ke lingkungan dengan dilakukan pengenceran terlebih dahulu. Skema pembangunan bak-bak penanganan limbah dapat dilihat pada Gambar 54. Gambar 54. Skema bak-bak penanganan limbah Selain kegiatan-kegiatan penanganan yang telah dilakukan, juga harus dilakukan pemantauan rutin untuk menguji performance bak-bak treatment dengan melakukan pengujian yang meliputi uji pH,uji BOC-COD, uji kekeruhan, dan uji kandungan Eschericia coli. 71 D.2.1. Limbah Non Produksi Limbah non produksi dihasilkan dari limbah rumah tangga dan adsministrasi. Untuk limbah rumah tangga seperti kamar mandi dan sampah rumah tangga dibangun fasilitas sanitasi yang baik. Fasilitas ini meliputi keberadaan septic tank untuk kamar mandi dan toilet dan tempat pengumpulan sampah. Untuk limbah non produksi dari kegiatan adsministrasi seperti kertas dan barang-barang kantor dibuang ditempat pengumpulan sampah atau disalurkan pada pengepul sampah kertas. D.3. Jaringan Kerja Kelayakan Lingkungan Kegiatan dalam aspek lingkungan membutuhkan sumber daya yang telah mengerjakan aspek- aspek sebelumnya. Kegiatan pada aspek ini merupakan kelanjutan aspek kelayakan teknis dan teknologis. Keseluruhan alokasi sumber daya yang dibutuhkan pada aspek lingkungan dijelaskan pada Tabel 29. Penjelasan jenis kegiatan pada aspek ini dapat dilihat pada halaman 36. Tabel 29. Alokasi sumber daya kelayakan lingkungan Kegiatan Rincian Kegiatan Predecessor Successor Perkiraan Alokasi SDM orang Biaya Rporanghari Waktu hari Biaya Peralatan dan akomodasi Rp I I1 H’ I2 2 35.000 3 I2 I1 I3 3 I3 I2 I4 3 2.700.000 I4 I3 I’ 3 30.000.000 Total 2 Rp420.000 12 32.700.000 Biaya Total SDM x Biaya Rp 33.120.000 Keterangan : Upah Minimum Regional UMR Bogor + Rp 1.000.000bulan BPLHD Jawa Barat 2011 Jaringan kerja yang diperoleh berdasar bagan di atas adalah seperti pada Gambar 55. Gambar 55. Jaringan kerja kelayakan lingkungan dengan alokasi waktu Kegiatan analisis kelayakan lingkungan membutuhkan waktu 152 hari dengan termasuk waktu 140 hari penyelesaian kelayakan sebelumnya. Untuk menyelesaikan keseluruhan aspek analisis membutuhkan sumber daya manusia 2 orang. Rencana biaya yang dibutuhkan adalah Rp33.120.000. Rencana biaya senilai Rp 2.700.000 merupakan rencana biaya pembangunan instalasi limbah. Rencana biaya senilai Rp 30.000.000 merupakan rencana biaya pendaftaran AMDAL. Pada Gambar 55 terdapat hanya 1 jalur kerja yaitu jalur H’-I-I’ yang membutuhkan waktu 12 hari. 3 3 3 3 H’ I’ I I2 I1 I3 I4 72

E. Aspek Manajemen