Produk Bioinsektisida Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisida bacillus thuringiensis subsp.aizaway di Bogor, Jawa Barat

5 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Produk Bioinsektisida

Hofte dan Whiteley 1989 dalam Bahagiawati 2002 menyebutkan bahwa mikroorganisme Bacillus thuringiensis Gambar 2 merupakan bakteri gram positif yang menghasilkan kristal protein yang bersifat toksik yang disebut δ-endotoksindelta-endotoksin Gambar 3. Kristal ini dihasilkan saat masa sporulasi bakteri Gambar 4. Gambar 2. Sel Bacillus thuringiensis Gambar 3. Kristal δ-endotoksin perbesaran 6400x Sumber : blass.com.audefinitionsbacillus Sumber : milksci.unizar.esbioquimicatem...cos.html Gambar 4. Sporulasi bakteri Sumber : www3.imperial.ac.ukpeopled.wri...research Gen pengkode kristal yang dihasilkan disebut Cry Crystal, digunakan untuk mengklasifikasikan strain Bacillus thuringiensis selanjutnya disebut Bt. Cry diklasifikasikan menjadi 8 kelas sesuai spesifikasi jenis serangga yang dapat dimatikan. Klasifikasi tersebut dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi gen Cry Bt No Kelas Contoh Toksik Terhadap Kelompok Hama 1 I Cry 1Aa, Cry 1Ab, Cry 1Ac, Cry 1Cb, Cry 1F Lepidoptera 2 II Cry IIA, Cry IIB, Cry IIC Lepidoptera 3 III Cry IIIA, Cry IIIB, Cry IIIC Koleoptera 4 IV Cry IVB, Cry IVC Diptera 5 V Cry V Lepidoptera dan Koleptera 6 VI Cry VI Nematoda 7 IX Cry IXF Lepidoptera 8 X Cry X Lepidoptera Sumber: Margino dan Mangundiharjo 2002 dalam Bahagiawati 2002 Produk ini dijual dalam bentuk konsentrat cair, serbuk, atau granula. Untuk sifat patogenitas dari bakteri ini, dalam Hilwan et al 2006 dikelompokkan seperti pada Tabel 2. 6 Tabel 2. Tipe patogenitas Bt No Strain Tipe Patogenitas Jenis Gen Contoh Produk di Pasar Produk–Produsen 1 Bt subsp. aizawai Spesifik untuk ordo Lepidoptera dan Diptera Cry II Certan-Sandoz 2 Bt subsp. kurstaki Spesifik untuk ordo Lepidoptera Moth, kupu- kupu, dll Cry I Dipel-Abbot Bactospeine- Philip Duphar Thuricide, Javelin-Sandoz 3 Bt subsp. israelensis Spesifik untuk ordo Diptera Nyamuk, lalat rumah, Midges, Crane flies, Two winged flies, dll Cry III Vectobac-Abbot Bactimos-Philip Duphar Teknar-Sandoz 4 Btsubsp. san diego Spesifik untuk ordo Coleoptera kumbang, dll Cry IV Trident-Sandoz M-One - Mycogen Sumber : Hilwan et al 2006 Bta pertama kali disebutkan oleh Bonnefi dan de Barjac pada tahun 1963. Hingga tahun 2000, terdapat beberapa merek bioinsektisida Bta yang sudah dikenal di Eropa, Amerika, dan Asia Timur. Merek-merek yang telah beredar di pasar dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.Produk-produk Bta No Merek Objek Hama Produsen Referensi 1 Xentari ZentariCentari Lepidoptera Abbot 2 Certan Wax mothlepidoptera Sandoz 3 Clorbac Lepidoptera Federici 4 Design WSP Lepidoptera Mascarenhas et al 5 Florbac Diamond black moth lepidoptera Abbot 6 Quark - Abbot 7 Selectzin Lepidoptera Poland 8 Turex Lepidoptera Thermo Trilogy Sumber : Glare et al 2000 Keterangan : = Federici,B.A 1999. Bacillus thuringiensis.Handbook of Biological Control = Mascarenhas, R.N et al 1998. Resistance monitoring to Bacillus thuringiensis insectisicdes for soybean loopers lepidoptera : Noctucdae = Negara produsen Industri yang menghasilkan bioinsektisida masih sustainable di Amerika Serikat dan negara- negara Eropa dengan rataan penggunaan dosis + 2,5-12,4 gramha pada lahan pertanian mereka Hilwan et al 2006. Produk ini sudah diimpor Indonesia untuk pembasmian hama, dengan harga jual realtif lebih mahal dibanding insektisida. Harga bioinsektisida adalah dua hingga tiga kali harga insektisida untuk konsetrasi yang sama. Harga yang relatif tinggi ini disebabkan produk dijual dalam bentuk konsentrat tinggi, produk masih diimpor, dan belum terbangunnya jaringan pasar pertanian organik secara massal ke semua lapisan masyarakat. Di Indonesia, bioinsektisida dikenal sebagai Insektisida Biologi. Untuk mendukung keberlangsungan industri ini dibutuhkan dukungan regulasi, tingkat kesejahteraan masyarakat yang memadai, dan tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang baik. Pasar insektisida di Indonesia dapat ditunjukkan oleh data impor dan produksi insektisida hingga tahun 2010 pada Tabel 4. 7 Tabel 4. Data impor dan produksi insektisida di Indonesia Tahun Ekspor Insektisida Impor Insektisida Dalam kg Dalam US Dalam kg Dalam US 2007 103.815.562 47.218.898 8.285.950 37.545.132 2008 43.551.577 66.822.331 9.244.243 60.601.759 2009 45.885.889 86.455.061 7.429.138 71.009.115 2010 Jan-Feb 9.419.842 17.032.411 1.234.293 9.860.991 Sumber : Depperin 2010 Data di atas menunjukkan fluktuasi penggunaan insektisida yang cenderung menurun. Pada kondisi yang sama di tahun 2002, Hilwan et al 2006 menyebutkan bahwa fluktuasi ini disebabkan oleh mulai munculnya kesadaran masyarakat akan penggunaan bahaya akumulasi penggunaan insektisida kimia untuk lahan pertanian. Ditambahkan, bahwa hal ini didukung Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973 mengenai pembatasan pemakaian insektisida. Kecenderungan penurunan pemakaian insektisida ini perlu diimbangi dengan produk subtitusi. Hal ini diperlukan, karena pada dasarnya kebutuhan akan insektisida tetap tinggi, namun karena kesadaran masyarakat akan lingkungan meningkat maka pemakaian menurun. Pengembangan industri bioinsektisida secara lokal dapat menjadi solusi subtitusi produk insektisida kimia. Informasi pada Tabel 2 menyebutkan bahwa bioinsektisida Bta bersifat spesifik untuk jenis serangga ordo Lepidoptera dan Diptera. Ulat KubisCroccidolomia pavonana dan ulat Grayak Spodoptera litura merupakan hama ulat dengan ordo Lepidoptera Gambar 5,6,7, dan 8. Hama ulat Kubis merupakan hama utama tanaman kubis-kubisan seperti kubis, sawi, lobak, dan brokoli. Hama ini menyebabkan kerusakan krop bulatan daun kubis, bahkan jika yang diserang adalah tanaman muda, mengakibatkan krop tidak terbentuk Sarfat 2010. Hama ulat Grayak bekerja pada malam hari dan pada siang hari bersembunyi di bawah permukaan tanah. Jenis tanaman yang umum diserang adalah padi, jagung, kedelai, kol, sesawian, tomat, dan beragam jenis tanaman pangan lainnya. Kerugian yang diakibatkan oleh hama ini dapat mencapai 100 , karena dalam waktu satu malam ulat ini dapat memakan semua pucuk tanaman. Akibatnya, tanaman mati karena pucuk tanaman habis dan daun-daunnya berlubang Wikipedia 2010. Untuk mengatasi hal ini, umumnya petani melakukan perawatan rutin setiap hari dan menyemprot tanaman mereka dengan insektisida. Kerusakan akibat kedua hama dijelaskan pada Gambar 9. Gambar 5. Larva Spodoptera litura Sumber : MediaIndonesia.com 2010 Gambar 6. Ulat Spodoptera litura dewasa Sumber : id.Wikipedia.org 2010 8 Gambar 7. Larva ulat Crocidolomia pavonana Sumber : http:web2.gov.mb.ca 2010 Gambar 8. Ngengat Crocidolomia pavonana dewasa Sumber : Kementan 2011 Gambar 9. Kerusakan pada kubis Sumber : Kementan 2010 dan http:web2.gov.mb.ca 2010 Pemakaian insektisida dapat berdampak toksik, jika penggunaan dilakukan dalam dosis berlebihan dan secara terus-menerus dalam kurun waktu lama. Dampak toksik tersebut ditandai dengan turut matinya mikroba dan hewan bermanfaat seperti mikroba pengurai dalam tanah dan cacing. Oleh karena itu pemakaian bioinsektisida yang bersifat spesifik dapat mengurangi dampak kerugian dari pemakaian insektisida kimia. B. Studi Kelayakan Proyek B.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Proyek