Aspek Strategi Pengembangan 1. Submodel Strategi Pengembangan
82
Ketiga langkah tersebut perlu diperhatikan guna memperoleh tingkat pengembalian modal tetap di atas nilai MARR.
F.4. Jaringan Kerja Kelayakan Finansial
Kegiatan dalam aspek finansial membutuhkan sumber daya yang telah mengerjakan aspek- aspek sebelumnya. Kegiatan pada aspek ini merupakan kelanjutan dari keseluruhan aspek yang telah
dijalankan. Keseluruhan alokasi sumber daya yang dibutuhkan pada aspek finansial dijelaskan pada Tabel 37. Penjelasan jenis kegiatan pada aspek ini dapat dilihat pada halaman 38.
Tabel 37. Alokasi sumber daya kelayakan finansial
Kegiatan Rincian
Kegiatan Predecessor
Successor Perkiraan Alokasi
SDM orang
Biaya Rporanghari
Waktu hari
Biaya Peralatan
dan akomodasi
Rp
K K1
F’ K2
3 35.000
7 G’
H’ I’
J’ K2
K1 K3
7 K3
K2 K’
7 Total
3 Rp785.000
21 Biaya Total SDM x Biaya
Rp 2.355.000 Keterangan : Upah Minimum Regional UMR Bogor + Rp 1.000.000bulan BPLHD Jawa Barat 2011
Hasil jaringan kerja yang diperoleh berdasar Tabel 38 adalah seperti pada Gambar 59.
Gambar 59. Jaringan kerja kelayakan finansial dengan alokasi waktu Kegiatan analisis kelayakan lingkungan membutuhkan waktu 188 hari dengan termasuk waktu 167
hari penyelesaian kelayakan sebelumnya. Untuk menyelesaikan keseluruhan aspek analisis
membutuhkan sumber daya manusia 3 orang. Rencana biaya yang dibutuhkan adalah Rp2.355.000.
Pada Gambar 59 terdapat 1 jalur kritis yaitu jalur H’-K-K’ yang membutuhkan waktu 73 hari. Keseluruhan biaya dimasukkan dalam perhitungan finansial yang dapat dilihat pada software
terlampir.
G. Aspek Strategi Pengembangan G.1. Submodel Strategi Pengembangan
Siklus hidup produk bioinsektisida lokal di Indonesia belum pada tahap satu siklus hidup produk, tetapi masih pada tahapan awal pengembangan produk. Membangun usaha yang sama sekali
12
10 12
12 25
12
1 1
7
7
7 F’
G’ K’
H’ I’
K J’
K2
K 1
K3
83
baru lebih sulit dibanding mengembangkan produk yang sudah ada. Strategi pengembangan suatu produk membutuhkan informasi-informasi yang membantu untuk menentukan kegiatan stratejik,
direktif, dan operasional. Titik awal penentuan strategi pengembangan dapat dimulai dari beberapa sudut pandang.
Strategi pengembangan dapat ditentukan dari tingkat persaingan, adanya blue ocean atau pasar yang belum terjamah, atau berdasar kepentingan non laba sperti faktor politik. Berbagai sudut pandang
mengenai strategi pengembangan menyebabkan setiap pihak bebas menentukan metode untuk mengembangkan produknya. Namun, dalam setiap metode yang dilakukan dibangun suatu model
yang digunakan untuk membantu memutuskan suatu permasalahan. Pada penelitian ini dibangun sistem penunjang keputusan Bionic bioinsektisida untuk
membantu keputusan membangun industri bioinsektisida. Sistem manajemen dialog tersebut terdiri dari lima submodel yaitu Submodel PHA untuk mencapai Industri Bioinsektisida yang Sustainable,
Submodel untuk membantu memilih lokasi industri, Submodel untuk perlakuan proses produksi bioinsektisida, Submodel PHA untuk menentukan kelembagaan industri bioinsektisida, dan Submodel
perhitungan finansial. Kelima model ini merupakan perangkat untuk setiap pihak yang ingin memulai industri bioinsektisida lokal yang baru. Berbagai model dapat dibangun guna membantu pihak
manajerial calon industri menentukan strateginya. Tampilan sistem penunjang keputusan Bonic tampak seperti pada Gambar 60 dan 61.
Gambar 60. Tampilan antar muka Bionic
84
Gambar 61 . Tampilan antar muka Bionic Home Pada ‘Home’ dijelaskan mengenai fungsi submodel yang ada.
G.1.1. Submodel PHA Industri Bioinsektisida yang Sustainable
Pangsa pasar bioinsektisida Bta dapat diketahui besarnya melalui tiga solusi yaitu kerjasama dengan pemerintah lokalpusat untuk mencanangkan pemakaian bioinsektisida, membeli lisensi
produksi dari industri bioinsektisida asing, atau memasuki persaingan pasar secara langsung. Masing- masing solusi memiliki peluang pangsa pasar 47, 36, dan 17. Nilai tersebut diperoleh dari hasil
análisis pra kelayakan. Besaran nilai peluang diperoleh melalui hasil pengisian kuisioner oleh pakar Lampiran 10 yang diolah menggunakan Expert Choice.
Goal perusahaan adalah adanya industri bioinsektisida yang sustainable. Industri bioinsektisida yang sustainable merupakan industri yang mampu berproduksi dan memasarkan produknya dengan
baik dan menguntungkan secara berkelanjutan. Pencapaian goal tersebut dipengaruhi oleh faktor- faktor . Faktor yang ada melibatkan aktor-aktor. Para aktor memiliki objektif yang menggerakan
mereka. Keberadaan pasar menjamin keberlangsungan suatu usaha, namun terdapat variabel lain yang turun berperan. Berdasarkan hasil studi pustaka dan wawancara pakar diperoleh diagram PHA seperti
pada Gambar 62.
85
Gambar 62. Submodel industri bioinsektisida yang sustainable
Keterangan : Level 1 = Goal, Level 2 = Faktor, Level 3 = Aktor, Level 4 = Objektif, Level 5 = alternatif solusi
Berdasarkan perhitungan melalui Expert Choice dari data kuisioner Lampiran 10 diperoleh bobot pada masing-masing variabel seperti pada Gambar 62. Faktor yang paling berpengaruh pada
pencapaian tujuan industri adalah kemampuan finansial dengan bobot 22. Faktor lain yang berperan kuat adalah keberadaan bahan baku 21 dan teknis-teknologis 16. Keberadaan pasar hanya
berpengaruh 14. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam menjalankan industri bioinsektisida Bta, tingkat persaingan pasar dapat ditangani jika industri memiliki kemampuan finansial dan terdapat
kepastian pasokan bahan baku, serta dimilikinya teknologi yang handal. Prinsip ini berlaku untuk keberadaan aktor dan objektif.
Aktor yang paling berperan adalah investor 25. Hal ini mendukung faktor kemampuan finansial memadai yang memiliki pengaruh dominan terhadap goal. Investor merupakan pihak yang
dapat menjamin kepemilikan modal yang pasti. Alternatif solusi yang memiliki tingkat keberhasilan tinggi adalah jika industri melibatkan
pemerintah untuk mendorong konsumen memakai bioinsektisida. Solusi tersebut memiliki tingkat keberhasilan 44. Melakukan bisnis dengan disertai promosi, penyuluhan, dan pembangunan sistem
distribusi langsung kepada petani menjadi solusi kedua dengan tingkat keberhasilan 35. Strategi yang dapat diaplikasikan oleh industri dalam mencapai sustainable adalah dengan
menjalin hubungan kemitraan dengan para investor guna memperoleh jaminan modal yang bergunan untk mengatasi persaingan pasar yang ketat. Jika Industri menginginkan keuntungan secara maksimal,
industry harus melibatkan pemerintah untuk mendorong pasar. Informasi-informasi strategi tersebut diolah menjadi bagian model Bionic. Tampilan antar
muka dari submodel tersebut dapat dilihat Gambar 63,64, dan 65. Penjelasan mengenai manual penggunaan dan penjelasan program terdapat pada Lampiran 7.
86
Gambar 63. Tampilan antar muka submodel strategi industri
Gambar 64. Tampilan antar muka submodel strategi industri dengan bagan PHA
87
Gambar 65. Tampilan antar muka submodel strategi industri dengan Expert Choice
G.1.2. Submodel Pemilihan Lokasi
Submodel pemilihan lokasi pada Bionic merupakan model perangkat lunak yang dapat digunakan oleh pihak–pihak yang mengalami permasalahan pemilihan suatu lokasi industri mereka.
Perangkat lunak menggunakan Delphi 7 dan manajemen database menggunakan Microsoft Acces 2007.
Submodel ini berisikan perhitungan nilai-nilai pada alternatif lokasi. Penilaian dilakukan pada variabel-variabel yang telah dibobotkan. Terdapat 7 variabel yang mempengaruhi pemilihan suatu
lokasi yaitu ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur yang baik, masyarakat sekitar yang mendukung, sudah terbangunnya jaringan distribusi, peraturan Pemerintah
lokal yang mendukung, dan biaya. Ketujuh variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1.
Ketersediaan bahan baku : penilaian dari variabel ini adalah ada tidaknya sumber bahan baku pada suatu alternatif lokasi atau jauh tidaknya sumber bahan baku dengan alternatif lokasi.
Alternatif lokasi yang baik adalah lokasi yang memiliki sumber bahan baku atau dekat dengan sumber bahan baku. Bobot variabel ini 0,192.
2. Ketersediaan tenaga kerja : penilaian dari variabel ini adalah banyak tidaknya tenaga kerja yang
tersedia pada suatu alternatif lokasi dan mahal tidaknya gaji tenaga kerja pada daerah tersebut. Alternatif lokasi yang baik adalah lokasi yang terdapat banyak tenaga kerja dan berbiaya
minimum untuk gaji pekerjanya. Bobot variabel ini 0,098. 3.
Ketersediaan Infrastruktur : penilaian dari variabel ini adalah baik tidaknya kondisi infrastruktur pada suatu alternatif lokasi. Infrastuktur meliputi jalan, fasilitas air, fasilitas listrik, dan jaringan
komunikasi. Alternatif lokasi yang baik adalah yang memiliki infrastruktur memadai. Bobot variabel ini 0,106.
4. Dukungan masyarakat sekitar : penilaian dari variabel ini adalah kondusif tidaknya budaya dan
kebiasaan masyarakat yang tinggal pada suatu lokasi. Alternatif lokasi yang baik adalah lokasi yang masyarakatnya mendukung berdirinya suatu industri baru. Bobot variabel ini 0.090.
5. Terbangunnya jaringan distribusi : penilaian dari variabel ini adalah sudah terbangun tidaknya
jaringan distibusi produk pertanian pada suatu alternatif lokasi. Jaringan distribusi ini mencakup
88
ada tidaknya jaringan distributor pada daerah tersebut dan mudah tidaknya akses keluar masuk produk dan barang dari dan ke alternatif lokasi tersebut. Alternatif lokasi yang baik adalah yang
sudah terbangun jaringan distribusi dengan baik. Akses untuk keluar masuk produk dan barang dapat terakomodir dengan baik. Bobot variabel ini 0,115.
6. Peraturan Pemerintah Lokal : penilaian dari variabel ini adalah kondusif tidaknya sikap
Pemerintah Lokal terhadap pembangunan industri. Sikap Pemerintah Lokal ini mencakup kemudahan prosedur perizinan usaha, perpajakan, dan peraturan lainnya. Alternatif lokasi yang
baik adalah lokasi yang Pemerintah lokalnya mendukung untuk pembangunan industri. Bobot variabel ini 0,143.
7. Biaya : penilaian dari variabel ini adalah besar tidaknya efisiensi biaya yang dikeluarkan untuk
membangun industri pada suatu alternatif lokasi. Biaya ini mencakup biaya pembangunan fisik industri, biaya perizinan usaha, biaya tenaga kerja dan semua aspek yang membuthkan
pembiayaan. Alternatif lokasi yang baik adalah lokasi yang mendukung efisiensi biaya yang besar. Bobot variabel ini 0,255.
Submodel ini memberikan lima alternatif solusi pada daerah Bogor. Kelima daerah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bogor Selatan : Merupakan area yang dikhususkan untuk industri pada Kota Bogor
2. Cileungsi: Merupakan area di Kabupaten Bogor bagian timur yang dikhususkan untuk area
industri. 3.
Gungung Putri : Merupakan area di Kabupaten Bogor bagian timur yang dikhususkan untuk area industri.
4. Darmaga: Merupakan area di Kabupaten Bogor bagian barat yang merupakan area kampus
Institut Pertanian Bogor yang memiliki Laboratorium skala industri. 5.
Kelapanunggal: Merupakan area di Kabupaten Bogor bagian timur yang dikhususkan untuk area industri.
Hasil perhitungan pemilihan untuk lima alternatif solusi di atas adalah seperti dalam Tabel 26. Cileungsi memperoleh nilai Bayes dan MPE tertinggi yaitu 4,22 dan 8,62. Selanjutnya tempat terpilih
setelah Cileungsi adalah Gunung Putri dengan nilai Bayes dan MPE 4,00 dan 8,56. Telah dijelaskan pada aspek kelayakan teknis-teknologis bahwa Cileungsi dan Gunung Putri merupakan area industri di
Kabupaten Bogor. Kedua area tersebut merupakan area strategis yang berdekatan dengan sumber bahan baku dan area pemasaran.
Industri bioinsektisida Bta dapat menentukan lokasi industriya secara langsung pada daerah yang telah terpilih, namun jika industri ingin mencoba melakukan pemilihan industri pada daerah lain,
submodel pemilihan lokasi dapat digunakan dengan menambah pilihan lokasi industri. Alternatif lokasi dapat diubah dengan cara mengubah inputan pada databasenya. Prosedur pemakaian perangkat
lunak ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Melalui model ini pihak manajerial industri baru dapat dibantu untuk memutuskan suatu pilihan lokasi. Tampilan antar muka perangkat lunak submodel
penentuan lokasi adalah seperti pada Gambar 66.
89
Gambar 66.Tampilan antar muka submodel pemilihan lokasi industri
G.1.3. Submodel Perlakuan Proses
Submodel perlakuan proses merupakan model yang digunakan untuk mengetahui kondisi neraca massa ideal dari proses produksi Bta. Variabel yang digunakan adalah perubahan massa di
setiap proses. Ketika model di-running maka pengguna akan memperoleh informasi mengenai kondisi neraca massa ideal yang harus dipenuhi untuk mendapatkan suatu target produksi. Model ini dibuat
berdasar skema neraca massa pada Tabel 38. Tabel 38. Nilai dasar dari neraca massa Perhitungan pada Lampiran 1
Bahan Baku Presentase dalam Bahan Baku
Limbah Cair Tahu
68.45
Ampas tahu
20.00
MnSO4 0.02
MgSO4
0.30
FeSO4
0.02
CaCO3 1.00
Urea 0.21
Kultur
10.00
Total
100.00
Hasil Propagasi 1 2,5 dari Kultur
Nutrient Broth 25 Hasil Propagasi I
Sumber: Sarfat 2010 dan Susanto 2010
Nilai dasar neraca massa pada Tabel 39 diperoleh dari hasil pengembangan produk oleh Sarfat 2010 dan Susanto 2010. Penentuan neraca massa untuk berbagai target produksi dapat dibantu dengan
penggunaan submodel perlakuan proses ini.Tampilan antar muka dari model adalah seperti Gambar 67. Petunjuk penggunaan model dapat dilihat pada Lampiran 7.
90
Gambar 67. Tampilan antar muka submodel perlakuan proses
G.1.4. Submodel Kelembagaan
Produk insektisida kimia dan bioinsektisida asing sudah memiliki kelembagaan yang menunjang keberlangsungan usaha mereka. Oleh karena itu diperlukan perencanaan pembentukan
kelembagaan yang berguna menunjang keberhasilan pendirian industri bioinsektisida lokal. Kelembagaan yang terbentuk dapat membantu industri bioinsektisida untuk melakukan perluasan
jaringan, penetrasi pada petani, dan membangun pasar. Kelembagaan terdiri dari anggota yang bermitra. Industri bioinsektisida lokal memiliki
kelembagaan tersendiri. Namun belum memiliki mitra yang tepat untuk membantu keberlangsungan usaha. Oleh karena itu dibuat model PHA untuk menentukan bentuk kelembagaan industri
bioinsektisida yang efektif. Model PHA yang dibuat seperti Gambar 68. Submodel diolah menggunakan Expert Choice 2000.
Dari hasil model PHA, diperoleh informasi bahwa pembentukan kelembagaan indsutri bioinsektisida Bta sangat dipengaruhi oleh keberadaan pasar 22 dan kemudahan akses permodalan
20. Hal ini berbeda dengan model PHA sebelumnya yang memiliki goal keberadaan indsutri bioinsektisida yang sustainable. Suatu kelembagaan melibatkan komunitas-komunitas sosial.
Komunitas sosial yang bersinggungan dengan industri bioinsektisida Bta secara umum adalah komunitas petani dan industri insektisida. Kedua komunitas tersebut merupakan aktor yang berperan
kuat dalam pasar bioinsektisida. Hal inilah yang menyebabkan dalam pencapaian kelembagaan lebih dipengaruhi oleh kondisi pasar dan pemasaran. Ketertarikan stakeholder pada pasar menjadi faktor
utama yang mempengaruhi pembentukan kelembagaan. Pasar yang menguntungkan akan menarik banyak pihak untuk bermitra. Investor 21, tenaga ahli 19, dan pemerintah 18 merupakan
pihak yang memiliki tingkat pengaruh utama. Dari informasi ini industri bioinsektisida baru dapat membangun jaringan dengan ketiga aktor tersebut.
Berdasar hasil model PHA ini, industri bioinsektisida akan memiliki kelembagaan yang sustainable
jika menjalin kemitraan dengan petani dan paguyubannya secara langsung serta dengan industry penyalur bioinsektisida.
91
Gambarb 68. Submodel PHA kelembagaan industri bioinsektisida yang efektif Berdasar solusi yang memiliki tingkat keberhasilan tertinggi maka bentuk lembaga yang
diperoleh adalah seperti pada Gambar 69.
Gambar 69. Kelembagaan LPPO Lembaga Pengembang Pertanian Organik Kelembagaan yang ada berada dalam kepengurusan tiga 3 stakeholder yang terlibat. Industri
bioinsektisida berperan sebagai inisiatornya. Informasi-informasi tersebut disajikan dalam tampilan antar muka seperti pada Gambar 70,71, dan 72.
92
Gambar 70. Tampilan antar muka submodel kelembagaan
Gambar 71. Tampilan antar muka submodel kelembagaan dengan diagram PHA
93
Gambar 72. Tampilan antar muka submodel kelembagaan dengan Expert Choice
G.1.5. Submodel Finansial
Submodel finansial yang dibangun adalah model mengenai perhitungan alokasi modal, rugi- laba, cash flow, NPV, IRR, Net BC, PbP, dan BEP. Model ini membantu pengguna untuk
mengetahui besarnya biaya yang diperlukan untuk mengembangkan industri bioinsektisida Bta. Tampilan antar muka model adalah seperti pada Gambar 73, 74, dan 75.
Gambar 73. Tampilan antar muka submodel finansial
94
Perhitungan yang dilakukan menggunakan Ms.Excel Office dengan tampilan seperti Gambar 74.
Gambar 74. Tampilan antar muka submodel finansial dengan Excel
Gambar 75. Tampilan antar muka submodel finansial Excel Nilai-nilai parameter dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan yang ditetapkan industri nantinya. Model
ini dapat digunakan secara fleksibel oleh pengguna. Untuk pendirian bioinsektisida, melalui perhitungan model ini diperoleh hasil tidak layak. Namun, pengguna dapat melakukan analisis
sensitivitas atau perubahan biaya dan modal hingga ditemukan kondisi sesuai. Hasil pengaplikasian untuk submodel ini dijelaskan dalam aspek kelayakan finansial pada halaman 77-81. Metode
perhitungan dapat dilihat pada software terlampir.
95
G.2. Jaringan Kerja Strategi Pengembangan
Kegiatan dalam aspek strategi pengembangan membutuhkan sumber daya yang telah mengerjakan aspek-aspek sebelumnya. Kegiatan pada aspek ini merupakan kelanjutan keseluruhan
aspek saat sudah mengetahui nilai-nilai kelayakan finansial. Keseluruhan alokasi sumber daya yang dibutuhkan pada aspek strategi pengembangan dijelaskan pada Tabel 39. Penjelasan jenis kegiatan
pada aspek ini dapat dilihat pada halaman 39. Tabel 39. Alokasi sumber daya kelayakan strategi pengembangan
Kegiatan Rincian
Kegiatan Predecessor
Successor Perkiraan Alokasi
SDM orang
Biaya Rporanghari
Waktu hari
Biaya Peralatan
dan akomodasi
Rp
L L1
F’ L2
2 35.000
7 G’
H’ I’
J’ K’
L2 L1
L3 5
L3 L2
L4 5
L4 L3
L’ 5
M M1
L’ M’
15 M’
M1 N
- Total
2 Rp1.295.000
37 Biaya Total SDM x Biaya
Rp 2.580.000 Keterangan : Upah Minimum Regional UMR Bogor + Rp 1.000.000bulan BPLHD Jawa Barat 2011
Hasil jaringan kerja yang diperoleh berdasar bagan di atas adalah seperti pada Gambar 76.
Gambar 76. Jaringan kerja kelayakan manajemen dengan alokasi waktu Kegiatan analisis kelayakan lingkungan membutuhkan waktu 204 hari dengan termasuk waktu 167
hari penyelesaian kelayakan sebelumnya. Untuk menyelesaikan keseluruhan aspek analisis membutuhkan sumber daya manusia 2 orang. Rencana biaya yang dibutuhkan adalah Rp2.580.000.
Pada Gambar 76 terdapat 1 jalur kritis yaitu jalur H’-L’-M’ yang membutuhkan waktu 110 hari.
G’ 1
1 1
1 1
1 2
1 2
1 5
5 7
5 F’
L’ H’
J’ I’
K’ L
L2 L1
L3 L4
15 L’
M N
M1 M’
96
H. Implikasi Manajerial H.1. Manajerial Lingkungan Eksternal Industri