29
Malik 2004 membangun model kelembagaan industri intermediate minyak pala dengan 3 alternatif solusi yaitu 1kelembagaan kemitraan dengan industri hilir, 2kelembagaan kemitraan
dengan industri hulu, 3kelembagaan kemitraan dengan industri hulu-hilir. Selain model kelembagaan industri, juga dibangun 3 model lain yaitu:
1. Model Penyaringan alternatif, digunakan untuk mereduksi pilihan proses produksi
2. Model Pemilihan alternatif, digunakan untuk menentukan proses produksi terpilih
3. Model Kelayakan finansial, digunakan untuk menilai kelayakan finansial usaha yang
diinvestasikan Model kelembagaan, model penyaringan dan pemilihan alternatif dirancang menggunakan
metode Proses Hierarki Analitik dengan melakukan survey dan wawancara dengan pakar. Model kelayakan finansial dibangun berdasar input data-data finansial dan asumsi-asumsi ekonomi yang
digunakan.
D. Posisi Penelitian
Analisis kelayakan pendirian industri Bioinsektisida Bta merupakan penelitian lanjutan dari hasil pengembangan produk oleh Sarfat 2010 dan Susanto 2010. Penelitian yang dilakukan oleh
Sarfat 2010 dan Susanto 2010 mengikuti pola dasar pada penelitian Hilwan et al 2006 dan Purnawati 2007. Parameter-parameter pengembangan produk mikrobial yang meliputi kondisi
fermentasi, penggunaan alat, dan tahapan produksi yang digunakan adalah sama. Perbedaan strain mikroba yang diteliti hanya berdampak pada perbedaan serangga spesifik yang dibasmi.
Penelitian Malik 2004 merupakan salah satu acuan penelitian yang menghasilkan metode penentuan strategi pengembangan bagi industri baru. Pengembangan produk bioinsektisida masih
terbatas pada formulasi dan teknologi proses. Strategi pengembangan produk belum pada tahap keputusan-keputusan kelayakan proyek industri. Industri yang diteliti Malik 2004 merupakan
industri yang memiliki posisi sama dengan industri bioinsektisida. Keduanya merupakan industri yang baru akan dibangun di Indonesia. Berdasarkan hal ini, pendekatan-pendekatan strategi yang digunakan
dapat dimanfaatkan kembali untuk analisis kelayakan industri bioinsektisida Bta.
30
III. METODOLOGI
A. Kerangka Pemikiran
Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisda Bta di Bogor merupakan analisis yang dilakukan sebagai bagian dari tahap pra invetasi pada proyek pembangunan industri tersebut. Dasar
analisis adalah pengembangan produk bioinsektisida menggunakan substrat limbah industri tahu oleh Sarfat 2010 dan Susanto 2010. Sebagai bagian dari tahap pra invetasi, penelitian analisis kelayakan
ini memiliki tahapan pemikiran seperti dalam diagram alir pada Gambar 17.
Gambar 17. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian
Selesai Pematangan konsep produk
Mulai
Laporan Analisis Kelayakan Industri Bta
Studi pustaka dan pengumpulan data
Analisis Pra Kelayakan Aspek Pasar
Aspek Teknis Aspek Finanasial
survey
Berhentitinjau ulang
Analisis Kelayakan Pasar Identifikasi potensi pasar
Segmentation , targetting,
positioning , dan marketing mix
Analisis Legal dan Yuridis Identifikasi perizinan dn
peraturan pemerintah Analisis Teknis dan Teknologis
Scale up kapasitas produksi
Penentuan peralatan Penentuan layout
Penentuan lokasi Analisis Lingkungan
Identifikasi limbah dan penanganan
Analisis Manajemen Penyusunan lingkup pekerjaan
Penentuan struktur organisasi Pembagian tanggung jawab dan
wewenang Pembuatan diagaram pengendalian
Analisis Finansial Perhitungan alokasi biaya
Perhitungan parameter kelayakan NPV,IRR,PbP,BC, BEP
Analisis Sensitivitas Analisis Strategi Pengembangan
Pemodelan penentuan lokasi Pemodelan Perlakuan proses
Pemodelan penentuan pasar Pemodelan Kelembagaan
Pemodelan Strategi Pemodelan Finansial
Implikasi Manajerial ya
tidak cukup
ya tidak
layak
Berhenti layak
tidak ya
31
Kegiatan analisis kelayakan terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yang saling berkaitan. Studi mengenai proyek memiliki tiga pendekatan kegiatan yaitu Event, Predecessor, dan Successor. Event
merupakan peristiwa atau kejadian yang sedang dilakukan saat ini. Predecessor merupakan kegiatan sebelum Event. Successor merupakan kegiatan setelah Event. Kegiatan saat ini akan dimulai jika
kegiatan sebelumnya telah selesai dan kegiatan setelahnya akan dimulai jika kegiatan saat ini telah selesai Soeharto 2002.
Keterkaitan kegiatan aspek dapat direpresentasikan menggunakan tiga pendekatan yaitu CPM, PERT, atau Bagan Gantt. Ketiga pendekatan tersebut menjelaskan bahwa suatu kegiatan dapat ditulis
dalam bentuk node lingkaran yang disebut Activity on Node AON. Lingkaran-lingkaran AON dihubungkan dengan anak-anak panah. Hasil dari relasi tersebut akan diperoleh jalur-jalur yang
disebut Jaringan Kerja. Berdasar pada Jaringa kerja, pihak manajerial dapat menentukan urutan kerja, alokasi waktu, alokasi sumber daya manusia, dan alokasi biaya dari proyek Soeharto 2002.
B. Tata Laksana