Badan Usaha Tidak Berbadan Hukum 1 Persekutuan 2 Firma 3 Persekutuan Komanditer CV

12 ii. Pemasaran Pemasaran merupakan konsep strategi penjualan produk untuk mencapai tujuan bisnis UNIDO 1991. Strategi ini ditentukan setelah mengetahui kodisi pasar yang akan dimasuki. Analisis pemasaran berada dalam analisis studi kelayakan yang telah disebutkan di atas. Namun, Umar 2003 menjelaskan bahwa pemasaran dapat dilakukan melalui 3 langkah yaitu segmentasi pasar, pentargetan pasar, dan pemposisian pasar. Segmentasi pasar ditentukan dengan basis demografis kependudukan, geografis lokasi, dan psikografis kebiasaan dan tingkah laku. Selanjutnya segmentasi pasar dapat dibagi menjadi 4 yaitu pemasaran segmen, pemasaran ceruk niche, pemasaran lokal, dan pemasaran individual Amir

2005. Berikut penjelasannya :

1. Pemasaran segmen : Pembagian kelompok pasar berdasar keinginan, daya beli, lokasi geografis, sikap, dan kebiasaan yang relatif serupa. Contoh: setiap petani membutuhkan pupuk NPK, setiap petani sayur membutuhkan insektisida. 2. Pemasaran niche : Pembagian kelompok pasar dari sebuah segmen pasar. Contoh: dalam pasar pupuk NPK, terdapat petani yang menggunakan pupuk Kujang, pupuk Pusri, dan pupuk Kaltim dan lain lain. 3. Pemasaran lokal : Pembagian pasar berdasar areal perdagangan tertentu. Contoh: penjualan pestisida akan berbeda untuk areal petani teh, petani sawit, dan petani kelapa pada daerah tertentu. 4. Pemasaran individual : Pemasaran produk langsung pada pengguna akhir. Contoh : penjualan pestisida pada petani-petani pemilik Perkebunan Rakyat. Pentargetan pasar merupakan tindakan lanjut dari segmentasi. Hasil segmentasi pasar adalah adanya informasi jumlah pasar. Pada pentargetan pasar dilakukan pemilihan, pada bagian mana dari sejumlah pasar yang dan akan diambil Amir 2005. Pemposisian pasar merupakan tindakan memperhatikan bagaimana posisi perusahaan terhadap konsumen. Hal yang diperhatikan adalah keberadaan dan daya kompetitif pesaing Umar 2003 B.2.3.2. Aspek Legal dan Yuridis Setiap negara memiliki peraturan tersendiri mengenai pendirian suatu industri baru. Panduan peraturan pendirian industri ditentukan di Indonesia oleh Undang-Undang yang dalam pelaksanaannya diatur oleh Kementrian Perindustrian. Etriya 2010 menjelaskan bahwa bentuk badan usaha terdiri dari dua kelompok yaitu Badan Usaha Tidak berbadan hukum dan Badan Usaha Berbadan hukum. Badan Usaha Tidak berbadan hukum terdiri dari Persekutuan, Firma Fa, dan Persekutuan Komanditer CV. Bentuk Badan Usaha Berbadan Hukum adalah Perseroan Terbatas. Berikut penjelasan masing-masing bentuk badan usaha:

i. Badan Usaha Tidak Berbadan Hukum

i.1 Persekutuan

Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUHPerdata pasal 618-1652 dalam Etriya 2010 mendefinisikan Persekutuan sebagai berikut: Suatu perjanjian dimana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud membagi keuntungan yang terjadi. Bentuk badan usaha ini memiliki ciri-ciri: 1. Setiap anggota bertanggung jawab sendiri-sendiri 2. Tidak mempunyai aset kekayaan 3. Menggunakan nama salah satu anggota dan tidak boleh menggunakan nama bersama 4. Setiap anggota tidak dapat mengikat anggoata lain, kecuali telah memberi kuasa 13 5. Bebas menentukan keuntungan dan kerugian 6. Persekutuan bubar jika waktu perjanjian habis atau salah satu anggota meninggal

i.2 Firma

Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD pasal 16-35 dalam Etriya 2010 mendefinisikan Firma sebagai berikut: Suatu usaha perusahaan yang didirikan untuk menjalankan suatu usaha di bawah nama bersama atau Firma. Firma yaitu nama yang digunakan untuk berusaha bersama-sama. Bentuk badan usaha ini memiiliki ciri-ciri: 1. Setiap anggota bertanggung jawab penuh terhadap perbuatan mitranya 2. Mempunyai aset kekayaan 3. Menggunakan nama bersama untuk firma 4. Anggota saling terikat dan tidak diperlukan surat kuasa 5. Firma dapat bubar jika salah satu anggota meninggal. Firma dapat terus berjalan dengan alternatif berikut: Firma lama bubar dan berganti dengan firma baru. Firma lama dapat tetap berjalan dengan mengganti anggota yang meninggal dengan anggota yang baru

i.3 Persekutuan Komanditer CV

Persekutuan Komanditer CV merupakan badan usaha yang terdiri dari 2 atau lebih orang yang terbagi menjadi 2 pihak yaitu Mitra Aktif dan Mitra Pasif. Mitra aktif merupakan pengurus usaha hingga ke harta pribadinya, sedangkan mitra pasif hanya bertanggung jawab sebesar modal yang diberikan Etriya 2010. Bentuk badan usaha ini memilki ciri-ciri: 1. Mitra aktif bertanggung jawab penuh terhadap badan usaha hingga aset pribadinya sedangkan mitra pasif bertanggung jawab sebesar modal yang diberikan 2. Mempunyai aset kekayaan 3. CV bubar jika anggota meninggal ii. Badan Usaha Berbadan Hukum Bentuk badan usaha ini secara umum adalah Perseroan Terbatas. Badan usaha ini adalah badan usaha yang didirikan oleh 2 orang atau lebih berdasarkan Akta Pendirian yang dibuat oleh pejabat pemerintah atau notaris, telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan HAM, telah melaksanakan Wajib Daftar Perusahaan, dan telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Etriya 2010. Badan usaha ini memiliki ciri-ciri: 1. Kepemilikan badan usaha ditentukan berdasar persentase saham 2. Mempunyai aset pribadi dan terpisah dari aset pribadi pemegang saham 3. Jika salah satu pemegang saham meninggal, perusahaan tetap berjalan 4. Saham dan piutang dapat diwariskan 5. Pembagian keuntungan berdasar proporsi kepemilikan saham 6. Kekuasaan tertinggi berada di Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Perseroan Terbatas memiliki 5 jenis bentuk berdasar pemodalannya yaitu sebagai berikut: 1. PT Tertutup, merupakan PT biasa dengan modal dasar minimal Rp 20.000.000. Ketentuan mengenai jenis PT ini terdapat dalam Undang-undang No 1 tahun 1995. 2. PT Penanaman Modal Dalam Negeri, merupakan PT yang telah mendaftarkan dan memperoleh persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM untuk mendapat fasilitas penanaman modal. Ketentuan mengenai jenis PT ini terdapat dalam Undang-undang No 6 tahun 1968 dan Undang-undang No 12 tahun 1970 tentang Penanaman Modal dalam Negeri. 14 3. PT Penanaman Modal Asing, merupakan PT yang telah mendaftarkan dan memperoleh persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM untuk mendapat fasilitas penanaman modal asing luar negeri. Ketentuan mengenai jenis PT ini terdapat dalam Undang- undang No 1 tahun 1967 dan Undang-undang No 11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing. 4. PT Terbuka, merupakan PT yang membuka dirinya untuk publik di Pasar Modal. Saham PT harus dimiliki minimal 300 pemegang saham, serta memiliki modal pada pasar Modal sebesar 3 milyar rupiah. Ketentuan mengenai jenis PT ini terdapat dalam Undang-undang No 1 tahun 1995 dan Undang-undang No 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. 5. PT Perseroan, merupakan PT yang dimiliki 100 oleh negara dengan berbentuk Perusahaan Negara PN. Ketentuan mengenai jenis PT ini terdapat dalam Undang-undang No 9 tahun 1969 dan Undang-undang No 12 tahun 1998 tentang PT Persero. B.2.3.3. Aspek Teknis dan Teknologis Nurmalina 2009 menyebutkan bahwa aspek teknis merupakan perencanaan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah pembangunan fisik selesai. Pada industri manufaktur, Umar 2003 mengelompokkan permasalahan teknis dan teknologis menjadi 3 yaitu: a. Kelompok masalah Posisi Perusahaan, yaitu masalah sesuai tidaknya keberadaan perusahaan dengan kebutuhan masyarakat. Persoalan-persoalan utamanya adalah: • Pemilihan strategi produksi • Pemilihan dan perencanaan produk • Perencanaan kualitas b. Kelompok masalah Desain, yaitu masalah desain operasi yang meliputi letak pabrik, tata letak ruangan, lingkungan kerja, proses operasi, teknologi yang digunakan, dan rencana kapasitas mesin yang digunakan. Persoalan-persoalan utamanya adalah: • Pemilihan teknologi • Perencanaan lokasi pabrik • Perencanaan kapasitas pabrik • Perencanaan tata letak pabrik c. Kelompok Masalah Operasional, yaitu masalah yang timbul saat industri sudah beroperasi. Persoalan-persoalan utamanya adalah : • Perencanaan jumlah produksi • Materials Requirement Planning • Manajemen persediaan • Pengawasan kualitas produk Permasalahan teknis dan teknologis dalam Nurmalina et al 2009 lebih ditekankan pada permasalahan desain. Hal yang dikaji adalah lokasi industri, luas produksi, proses produksi, layout industri, serta pemilihan jenis teknologi dan peralatan. Variabel utama untuk menentukan lokasi industri adalah ketersediaan bahan baku, lokasi pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Variabel lainnya yang patut diperhatikan adalah iklim daerah, sikap masayarakat sekitar, dan rencana masa depan perusahaan. Luas produksi merupakan jumlah produk yang harus diproduksi untuk mencapai keuntungan optimal. Variabel yang diperhatikan adalah ukuran pasar yang telah ditentukan, kapasitas ekonomis mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan manajemen dan finansial perusahaan, dan kemungkinan adanya perubahan teknologi yang lebih baik Nurmalina et al 2009. Proses produksi dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu batch, kontinu, dan semi kontinu. Pemilihan tipe proses disesuaikan dengan karakteristik produk. Secara umum untuk tipe proses kontinu membutuhkan peralatan dengan teknologi handal Ahmad 2003 dalam Nurmalina et al 2009. Pemilihan teknologi yang digunakan 15 dapat mengikuti tipe proses yang dipakai dan karakteristik bahan baku. Layout industri merupakan gambaran penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan untuk evaluasi layout pabrik adalah adanya konsistensi dengan teknologi produksi, adanya kelancaran arus produksi, penggunaan ruang yang optimal, terdapat kemungkinan kemudahan melakukan penyesuaian, minimasi biaya produksi dan adanya jaminan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Apple 1990 menjelaskan bahwa, pola aliran barang atau alur arus barang secara umum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk yaitu : 1. Pola aliran lurus, digunakan untuk proses produksi yang pendek, relatif sederhana, dan hanya menggunakan komponen atau peralatan yang sedikit Gambar 11. 2. Pola aliran ular atau zig-zag, digunakan untuk proses yang lintasannya lebih panjang dibanding ruangan yang digunakan. Lintasan yang berkelok-kelok memberikan total lintasan yang lebih panjang Gambar 12. 3. Pola aliran U, digunakan untuk proses yang produk akhirnya ditujukan berdekatan dengan tempat awal proses karena alasan pemakaian mesin bersama, desain tata ruang, atau seperti alasan pada pola aliran ular Gambar 12. 4. Pola aliran melingkar, digunakan pada proses yang terdapat 2 atau 3 titik proses yang menggunakan mesin yang sama Gambar 12. 5. Pola aliran sudut ganjil, pola ini merupakan pola sembarang yang digunakan jika pola yang lain tidak memungkinkan digunakan Gambar 12. Gambar 11. Pola aliran barang industri bioinsektisida Apple 1990 dengan penyesuaian a. Pola Zig-zag b. Pola U c. Pola Melingkar d Pola Sembarang Gambar 12. Pola-pola aliran barang Apple 1990 dengan penyesuaian Pola aliran barang merupakan dasar penataan ruang. Tata letak ruang dipengaruhi oleh diagram alir produksi. Terdapat ruang yang mutlak berdekatan atau sebaliknya. Muther 1973 dalam Apple 1990 menjelaskan bahwa pola tata ruang dapat ditentukan dengan metode Total Closeness Rate. Metode Total Closeness Rate merupakan metode yang menghitung tingkat kepentingan kedekatan ruang dengan keterangan sebagai berikut : 1. A = Absolutely necessary, mutlak harus berdekatan, nilai V r ij = A = 3 4 = 81 2. E = Especially important, membutuhkan kedekatan khusus, nilai V r ij = E = 3 3 = 27 3. I = Important, penting berdekatan, nilai V r ij = I = 3 2 = 9 4. O = Ordinary, bisa berdekatan atau tidak, nilai V r ij = O = 3 1 = 3 5. U = Unimportant, tidak penting berdekatan, nilai V r ij = U = 3 o = 1 6. X = Not desirable, mutlak harus berjauhan, nilai V r ij = X = -243 1 2 6 3 4 5 5 3 4 2 1 6 7 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 6 5 4 3 2 7 7 2 3 4 5 1 6 16 Metode ini digunakan untuk industri yang memiliki kegiatan kompleks dimana setiap kegiatan dalam industri memiliki keterkaitan dan saling mempengaruhi kuat. Metode ini umum digunakan pada industri manufaktur Apple 1990. B.2.3.4. Aspek Lingkungan Aspek lingkungan dapat dibagi menjadi dua bagian analisis yaitu lingkungan industri dan lingkungan hidup. Lingkungan industri merupakan komponen-komponen diluar perusahaan yang masih bersinggungan langsung dengan operasional perusahaan. Komponen-komponen tersebut diantaranya pesaing, pemasok bahan baku, dan pembeli. Lingkungan hidup merupakan ekosistem dimana industri tersebut berada Umar 2003. Lingkungan industri akan dibahas pada aspek pasar dan pemasaran. Pada aspek ini, analisis akan lebih ditekankan pada aspek lingkungan hidup. Secara umum untuk pendirian suatu industri, suatu perusahaan harus memenuhi persyaratan AMDAL. Hal tersebut merupakan konsep yang dikembangkan oleh negara-negara maju sejak tahun 1970 dengan nama Environmental Impact Analysis atau Environmental Imppact Assesment EIA. AMDAL harus dilakukan karena ini merupakan peraturan pemerintah dan agar dapat dialakukan tindakan antisipatif untuk tetap menjaga kualitas lingkungan melalui beroperasinya proyek industri. Salah satu aspek AMDAL yang diperhatikan adalah penanganan limbah Umar 2003. Metode penanganan limbah terdiri dari tiga tingkatan yaitu pengolahan primer, sekunder, dan tersier advance. Pengolahan primer merupakan pengolahan untuk mengurangi nilai variasi limbah, menetralkan nilai pH, dan membentuk flokulan-flokulan limbah agar mudah dipisahkan. Pengolahan sekunder dilakukan jika pengolahan primer tidak cukup. Fungsi pengolahan ini adalah untuk mengurangi nilai BOD Biological Oxygen Demand dan untuk mempersiapkan efluent yang akan diolah pada pengolahan tersier. Pengolahan Tersier dilakukan pada jenis limbah berbahaya yang mengandung nitrit dan amonium dalam konsentrasi tinggi. Pengolahan tersier juga dilakukan untuk mengurangi karbon yang terikat Santi 2004 . B.2.3.5. Aspek Manajemen i. Manajemen Manajemen dalam bisnis berfungsi dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Kegiatan pelaksanaan dan pengendalian akan dikerjakan sesuai hierarki perusahaan yang terbentuk. Hal penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan manajemen adalah perencanaan. Perencanaan secara manajemen dapat dibagi menjadi 2 yaitu perencanaan strategis dan perencanaan operasional Umar 2003. Perencanaan strategis merupakan perencanaan yang berfokus pada bagaimana manajemen puncak menentukan visi, misi, falsafah, dan strategi perusahaan untuk pencapaian jangka panjang. Perencanaan operasional merupakan perencanaan-perencanaan jangka pendek yang diimplementasikan dalam kegiatan industri sehari-hari. Suratman 2002 menjelaskan bahwa perencanaan operasional yang dilakukan pada aspek manajemen mencakup perencanaan alokasi waktu dan sumberdaya manusia. Perencanaan ini meliputi lima parameter yang telah disebutkan pada Gambar 10. Cakupan kegiatan diperoleh berdasarkan hasil analisis pasar dan pemasaran, analisis teknis dan teknologis, aspek legal dan yuridis, serta aspek lingkungan. Hasil kegiatan tersebut dirinci menggunakan metode Work Breakdown Structure, yaitu metode untuk menguraikan kegiatan yang harus dilakukan selama proyek berjalan. WBS dapat diinisiasikan dari tiga pendekatan yaitu WBS berdasar fase, berdasar hasil, atau berdasar peran. WBS yang dibuat bermanfaat untuk menentukan struktur organisasi. Bagi proyek dengan tujuan industri, umumnya WBS dilakukan berdasarkan peran. Hal ini dilakukan guna memudahkan penentuan wewenang dan tanggung jawab masing-masing sumber daya manusia yang ada. Hal tersebut juga 17 membantu dalam mengalokasikan jumlah SDM Mingus 2006. Selanjutnya, kegiatan yang telah dirinci disusun dalam bagan pengendalian. Bagan tersebut adalah bagan yang berisi perencanaan waktu pelaksanaan proyek. Terdapat beberapa metode dalam membuat bagan pengendalian. Berikut metode yang digunakan saat ini: 1. Crtical Path Method Metode Jalur Kritis Soeharto 1999 Jalur kritis merupakan jalur yang memiliki rangkaian komponen kegiatan dengan total waktu terlama namun merupakan jalur yang memerlukan waktu penyelesaian tercepat. Metode ini digunakan untuk mengetahui alokasi waktu dan sumber daya terpenting pada suatu proyek yang memiliki tingkat komplektisitas tinggi. Jalur kritis menentukan ketepatan waktu proyek berjalan. Terdapat beberapa terminologi perhitungan sebagai berikut: • TE = E; waktu paling awal peristiwa dapat terjadi earliest time of occurance. Semua kegiatan dimulai dari node yang memiliki waktu tersebut. • TL = L; waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi latest allowable eventoccurance time. Merupakan waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa untuk terjadi. • ES; waktu paling awal suatu kegiatan earliest start time. • EF; waktu selesai paling awal earliest finish time. • LS; waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai latest allowable start time. • LF; waktu paling akhir kegiatan boleh selesai latest allowable finish time. • D; kurun waktu suatu kegiatan. Dalam menentukan jalur kritis, diperlukan informasi dari hasil penentuan cakupan kegiatan. Hasil akhir dari metode ini adalah berupa angka dengan satuan waktu jam haribulan. 2. Program Evaluation and Review Technique Teknik Evaluasi dan Review Proyek Soeharto 1999 PERT merupakan metode untuk menentukan jalur yang memiliki rentang waktu pelaksanaan paling cepat dilaksanakan. Berbeda dengan CPM yang memberikan angka pasti pada jalur kritisnya, pada metode ini nilai yang dihasilkan adalah rentang nilai. Terdapat beberapa terminologi perhitungan sebagai berikut: • a = kurun waktu optimistik optimistic duration time, merupakan waktu tersingkat untuk menyelesaikan kegiatan bila segala sesuatunya berjalan mulus. • m = kurun waktu paling mungkin most likely time, merupakan kurun waktu yang paling sering terjadi dibanding yang lain. • b = kurun waktu pesimistik pessimistic duration time, merupakan waktu paling lama untuk menyelesaikan kegiatan. 3. Diagram Gantt Mingus 2006 Diagram Gantt merupakan metode pengendalian yang banyak digunakan oleh pelaku proyek. Berbeda dengan metode CPM dan PERT, diagram Gantt merupakan bagan diagram yang menunjukkan urutan kegiatan dari awal proyek hingga akhir. Langkah dalam membuat diagram Gantt adalah sebagai berikut: • Meninjau hasil hubungan kegiatan; memastikan bahwa kegiatan yang ada memiliki hubungan yang jelas antara waktu dimulai dan waktu diakhiri kegiatan. • Meninjau penugasan SDM; memeriksa kembali pengalokasian tenaga kerja yang ada, apakah dapat sesuai dengan keahlian. • Meninjau kalender jadwal; membuat diagram memanjang pada hasil alokasi waktu hari kerja. • Meninjau jadwal proyek; memeriksa kembali pengalokasian waktu yang ada. 18 Aspek manajemen merupakan aspek yang mencakup perencanaan, pengorganisian, pembagian tugas dan wewenang, serta pengendalian. Aktivitas tersebut dilakukan untuk mengalokasikan sumber daya dan merencanakan kegiatan dengan tepat. ii. Organisasi Umar 2003 menjelaskan bahwa dalam melakukan pengorganisasian harus diawali dengan penentuan tujuan organisasi. Tujuan yang jelas akan mempermudah penetapan bentuk organisasi pembentukan struktur organisasi, dan kebutuhan sumber daya manusia. Penetapan bentuk organissi berkaitan dengan aspek legal dan yuridis. Pembentukan struktur merupakan langkah untuk memperjelas tugas dan wewenang setiap bagian pekerja dalam bentuk suatu struktur. Terdapat 4 jenis basis dalam menentukan struktur organisasi yaitu Umar 2003: 1. Berdasar strategi; strategi organisasi merupakan tindak lanjut dari tujuan proyek. Strategi akan mempengaruhi aliran informasi serta mekanisme pengambilan keputusan. 2. Berdasar teknologi; teknologi produksi yang kompleks menuntut spesifikasi kerja yang lebih detail. Hal ini akan berpengaruh pada pengaturan organisasi. 3. Berdasar manusia; sumber daya manusia SDM merupakan sumber daya yang menentukan struktur tersebut. Kecakapan masing-masing SDM menentukan tipe struktur yang dibuat. 4. Berdasar ukuran industri; industri yang besar akan berpengaruh pada spesialisasi yang lebih rinci. Bentuk organisasi juga dapat dibagi menjadi 5 jenis yaitu Umar 2003: 1. Garis; bentuk organisasi dengan jumlah karyawan sedikit, organisasi relatif kecil, dan spesialisasi yang rendah. 2. Fungsional; bentuk organisasi dimana pimpinan berhak memberikan perintah pada bawahan, sepanjang perintah tersebut masih berhubungan dengan fungsi pimpinan tersebut. Terkadang terdapat kerancuan bagi pegawai yang diperintah. Pegawai dapat memperoleh perintah dari dua atau lebih pimpinan. 3. Garis dan staff; bentuk organisasi yang dikembangkan dari bentuk organisasi garis, karena organisasi bertambah besar. Pada setiap pimpinan terdapat staff tambahan selain pegawai yang dibawahinya. Staff ini bertugas untuk membantu tugas pimpinan yang mulai kompleks. 4. Gabungan; bentuk organisasi kombinasi dari bentuk yang telah ada. Bentuk ini disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. 5. Matriks; merupakan bentuk organisasi kompleks yang umum diaplikasikan pada industri atau proyek besar. Terdapat hubungan wewenang antar pimpinan. Pegawai juga memiliki garis komando lebih dari satu. Pembagian ini berdasar tingkat kompleksitas organisasi. Bentuk garis merupakan bentuk organisasi paling sederhana, sedangkan bentuk matriks merupakan bentuk organisasi paling kompleks. Siswanto 2009 menyatakan bahwa pembagian tugas dan wewenang dalam struktur organisasi pada dasarnya terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Kombinasi keempat tugas tersebutlah yang menjadi dasar pembagian tugas. Berikut penjelasan masing-masing komponen : a. Perencanaan Planning, perencanaan dalam tugas organisasi adalah: • Menetapkan, mendeskripsikan, dan menjelaskan tujuan • Memperkirakan kinerja dan menetapkan syarat • Menetapkan dan menjelaskan tugas untuk mencapai tujuan • Menetapkan rencana penyelesaian • Menetapkan kebijakan • Merencanakan standar-standar dan metode penyelesaian • Mengetahui lebih dahulu permasalahan yang akan datang dan mungkin terjadi 19 b. Pengorganisasian Organizing, pengorganisasian dalam organisasi adalah: • Mendeskripsikan pekerjaan dalam tugas pelaksanaan • Mengklasifikasikan tugas pelaksanaan dalam pekerjaan operasional • Mengumpulkan pekerjaan operasional dalam kesatuan yang berhubungan dan dapat dikelola • Menetapkan syarat pekerjaan • Mengkaji dan menempatkan individu pada pekerjaan yang tepat • Mendelegasikan otoritas yang tepat kepada masing-masing manajemen • Memberikan fasilitas ketenagakerjaan dan sumberdaya lainnya • Menyesuaikan organisasi ditinjau dari sudut hasil pengendalian c. Penggerakan Actuating, penggerakkan dalam organisasi adalah: • Memberitahu dan menjelaskan tujuan kepada para bawahan • Mengelola dan mengajak para bawahan untuk bekerja semaksimal mungkin • Membimbing bawahan untuk mencapai standar operasional pelaksanaan • Mengembangkan bawahan untuk merealisasikan kemungkinan sepenuhnya • Memuji dan memberikan sanksi secara adil • Memberi hadiah melalui penghargaan dan pembayaran untuk pekerjaan yang diselesaikan dengan baik • Memperbaiki usaha penggerakan dipandang dari sudut hasil pengendalian d. Pengendalian Controlling , pengendalian dalam organisasi adalah: • Membandingkan hasil dengan rencana pada umumnya • Menilai hasil dengan standar hasil pelaksanaan • Memberitahukan alat pengukur • Memudahkan data yang detail dalam bentuk yang menunjukkan perbandingan dan pertentangan • Menganjurkan tindakan perbaikan apabila diperlukan • Memberitahukan anggota tentang interpretasi yang bertanggung jawab • Menyesuaikan pengendalian dengan hasil Keempat cirri tersebut dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan pada proyek industri yang dijalankan. B.2.3.6. Aspek Finansial Studi kelayakan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan oleh para investor, promotor, dan penyumbang dana sebagai informasi untuk memutuskan apakah akan melakukan investasi. Pada cakupan definisi ini, analisis finansial merupakan pendekatan yang praktis, dimana ada tidaknya keuntungan yang diperoleh dari pemberian investasi UNIDO 1991. Investasi yang dilakukan untuk industri baru secara umum berupa dana. Dana tersebut diklasifikasikan dalam aktiva tetap berwujud, aktiva tetap tak berwujud, dan modal kerja. Aktiva tetap berwujud diantaranya tanah, bangunan, gedung pabrik, dan mesin-mesin. Aktiva tetap tak berwujud diantaranya paten, lisensi, biaya pendahuluan studi pendahuluan dan survey pasar, biaya pelatihan, dan biaya produk percobaan. Modal kerja atau modal kerja kotor merupakan dana lancar yang dibutuhkan untuk pengadaan persediaan bahan baku, barang setengah jadi, piutang dagang, dan sejumlah cadangan uang tunai Umar 2003. Sumber investasi dapat diperoleh dari modal pribadi dan modal pinjaman. Pinjaman dapat diperoleh dari perusahaan ventura, bank, dan dari perusahaan mitra. Selain itu modal juga dapat diperoleh dari penjualan saham dan obligasi Nurmalina et al 2009. 20 UNIDO 1991 menjelaskan bahwa dalam aspek finansial studi kelayakan, pendekatan yang digunakan untuk menilai adalah Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, dan Payback Period PbP. Sedangkan menurut Umar 2003, secara umum investor menilai kelayakan investasi tidak hanya dari tiga pendekatan tersebut tetapi juga dari Profitability Index PI. Menurut Nurmalina et al 2009 masih terdapat 2 pendekatan lagi untuk menilai yaitu Gross Benefit-Cost Ratio dan Net Benefit-Cost Ratio. Berikut penjelasan masing-masing pendekatan yang digunakan : a. Net Present Value Nurmalina et al 2002 NPV merupakan total nilai selisih nilai total manfaat dan total biaya sepanjang tahun yang ditentukan dengan tingkat suku bunga MARR minimum attractive rate of return tetap. Berikut persamaan yang umum dipakai : NPV= ∑ Bt-Ct1+i t ; untuk t=o hingga t= n; dengan Bt = Pendapatan proyek pada tahun tertentu Rp Ct = Biaya proyek pada tahun tertentu Rp n = umur proyek tahun i = tingkat suku bunga MARR 11+i t = discount factor pada tahun ke-t Dengan kriteria penilaian : - jika NPV 0, maka usulan investasi diterima. - jika NPV 0, maka usulan investasi ditolak. - jika NPV = 0, maka usulan dipertimbangkan. b. Internal Rate of Return Nurmalina et al 2002 IRR merupakan nilai tingkat suku bunga yang menjadikan NPV = 0. Persamaan yang digunakan secara umum adalah sebagai berikut : IRR = i + + [NPV + NPV + + NPV - ] x i - – i +, dengan i + = suku bunga yang menghasilkan nilai NPV positif i - = suku bunga yang menghasilkan nilai NPV negatif NPV + = NPV positif NPV - = NPV negatif dengan kriteria penilaian, jika IRR tingkat suku bunga MARR i, maka investasi dapat diterima. c. Payback Period Nurmalina et al 2002 PbP merupakan periode yang dibutuhkan untuk menutup kembali pengeluaran investasi. Secara umum persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : PbP = nilai investasi kas masuk bersihtahun tahun, dengan kriteria penilaian -jika nilai PbP kurang dari nilai PbP yang diinginkan investor maka investasi layak diterima, secara umum semakin pendek PbP-nya maka investor semakin menyukai. Metode ini umumnya hanya dijadikan pendekatan pendukung, karena konsep ini tidak memperhatikan nilai waktu dari uang. d. Profitability Index Nurmalina et al 2002 PI merupakan perbandingan antara nilai proyek saat ini dengan nilai proyek yang telah diinvestasikan. Secara umum persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : PI = PV kas masuk PV kas keluar, dengan PV =Present Value dan kriteria penilaiannya sebagai berikut; jika PI 1, maka usulan investasi menguntungkan. 21 e. Gross BC Nurmalina et al 2002 Gross BC merupakan perbandingan dari seluruh nilai manfaat terhadap semua biaya yang dikeluarkan. Secara umum persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Gross BC= ∑ Bt1+i t ∑ Ct1+i t ; untuk t=o hingga t= n, 11+i t = discount factor pada tahun ke-t Dengan kriteria penilaian : - jika Gross BC 1, maka usulan investasi diterima - jika Gross BC 1, maka usulan investasi ditolak f. Net BC Nurmalina et al 2002 Net BC merupakan perbandingan manfaat bersih yang menguntungkan terhadap setiap satu satuan kerugian. Secara umum persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Net BC = ∑ Bt-Ct1+i t ∑ Bt-Ct1+i t ; untuk t=o hingga t= n, dengan Bt = Pendapatan proyek pada tahun tertentu Rp Ct = Biaya proyek pada tahun tertentu Rp n = umur proyek tahun i = tingkat suku bunga MARR 11+i t = discount factor pada tahun ke-t Dengan kriteria penilaian : - jika Net BC 1, maka usulan investasi diterima - jika Net BC 1, maka usulan investasi ditolak Keadaan yang telah dianalisis secara finansial, pada umumnya dapat mengalami perubahan- perubahan. Perubahan harga, keterlambatan waktu pelaksanaan, kenaikan biaya, perubahan nilai suku bunga, dan perubahan nilai uang dapat mengubah nilai yang telah dihitung pada analisis finansial Nurmalina et al 2009. Oleh karena itu perlu dilakukan Analisis Sensitivitas. Analisis ini merupakan analisis untuk menghadapi ketidakpastian dengan cara mengubah-ubah besarnya variabel-variabel yang penting Gittinger 1986 dalam Nurmalina et al 2009. B.2.3.7. Aspek Strategi Pengembangan i. Pengertian Pengembangan Produk Kotler dan Amstrong 2008 menjelaskan bahwa setiap produk memiliki siklus hidup produk product life cycle, yaitu siklus yang akan ditempuh suatu produk dalam masa penjualan dan kuntungan yang diperolehnya. Siklus hidup ini terdiri dari lima tahapan berbeda sebagai berikut: 1. Pengembangan produk , adalah masa dimana ketika suatu perusahaan menemukan dan mengembangkan suatu ide produk baru. Selama pengembangan produk, penjualan masih nol dan biaya investasi perusahaan menumpuk. 2. Pengenalan , adalah masa dimana produk diperkenalkan pada pasar. Pertumbuhan penjualan lambat dan tidak terjadi keuntungan besar pada tahap ini. Terjadi banyak pengeluaran untuk memperkenalkan produk. 3. Pertumbuhan , adalah masa dimana pasar menerima dengan cepat produk yang ditawarkan dan terjadi peningkatan keuntungan . 4. Kedewasaan , adalah masa dimana pertumbuhan penjualan dan keuntungan melambat. Hal ini dikarenakan sebagaian besar pasar potensial sudah menerima produk. Tingkat keuntungan stagnan dan cenderung muncul biaya untuk mempertahankan produk dalam persaingan pasar. 5. Penurunan , adalah masa ketika penjualan mulai menurun dan keuntungan jatuh. 22 Kotler dan Amstrong 2008 menambahkan bahwa tidak semua produk mengalami keseluruhan tahapan siklus hidup. Terdapat produk yang sudah gugur saat diperkenalkan, terdapat produk yang tidak mengalami penurunan. Produk yang tidak mengalami tahap penurunan merupakan produk yang mengalami dinamika siklus hidup. Secara umum, saat suatu produk berada dalam tahapan kedewasaan , perusahaan kembali mengembangkan produk melalui promosi, inovasi, dan reposisi produk yang kuat. Pada tahap ini, perusahaan akan kembali mengeluarkan biaya yang besar dan keuntungan cenderung kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan mengeluarkan biaya untuk mempertahankan produk dalam persaingan pasar dan biaya untuk melakukan promosi, inovasi, dan reposisi produk. Tahap ini disebut tahap pengembangan bisnis yaitu pengembangan yang dilakukan pada produk yang sudah dikenal baik oleh pasar. Gambaran siklus hidup produk dijelaskan pada Gambar 13. Gambar 13. Siklus hidup produk Sumber : Kotler dan Amstrong 2008 ii. Pengembangan Produk Bioinsektisida Bacillus thuringiensis Jenis bioinsektisida Bt mulai dikomersialkan di Prancis pada tahun 1938 dan hingga kini sudah terdapat 100 jenis spesies yang 90 diantaranya sudah dikomersialkan Glare et al 2000. Produk dijual dalam bentuk konsentrat cair, serbuk, atau granula. Bioinsektisida yang dihasilkan bermacam- macam tipe, bergantung pada strain mikroba yang digunakan. Bioinsektisida bersifat spesifik kepada hama serangga tertentu sehingga dampak pemakaiannya tidak bersifat toksik terhadap mikroba lain yang bermanfaat. Bioinsektisida Bt yang dikembangkan diproduksi dengan teknologi fermentasi Jin et al 2010. Teknologi ini terbagi menjadi 3 tipe yaitu fermentasi padat, semi padat, dan fermentasi terendam. Pada fermentasi semi padat, biakan bakteri Bt ditumbuhkan pada substrat pasta sedangkan pada fermentasi terendam biakan bakteri ditumbuhkan dalam media cair Dulmage dan Rhodes 1971 dalam Hilwan et al 2006. Fermentasi padat merupakan tipe proses yang baru dan belum banyak dikembangkan seperti 2 tipe fermentasi sebelumnya. Pada fermentasi padat, biakan bakteri ditumbuhkan pada media padat. Penelitian lokal untuk produk berbasis mikroba umumnya menggunakan teknologi fementasi cair. Fermentasi cair merupakan teknologi fementasi yang memudahkan pemantauan proses Mc Neil dan Harvey 2008. Dalam pengembangan produk tersebut, Pengembangan produk Pengenalan Pertumbuhan Penurunan Kerugian Invesasi Rp Penjualan dan Keuntungan Rp Waktu Penjualan Laba Kedewasaan 23 acuan yang dijadikan dasar pengembangan produk adalah produksi pada skala laboratorium. Secara umum proses produksi pada skala laboratorium adalah seperti pada Gambar 14. Gambar 14. Proses produksi bioinsektisida secara umum Hilwan et al 2006 dengan penyesuaian Keterangan : = Bacillus thuringiensis Peralatan yang digunakan dapat ditentukan berdasarkan proses produksi yang dipilih. Pada proses fermentasi diperlukan bioreaktor yang dapat diatur nilai suhu, pH, rasio karbon-nitrogen, aerasi, dan agitasinya. Kondisi pH menentukan daya hidup bakteri. Pada pH ekstrem terlalu asamterlalu basa bakteri akan mati. Nilai pH harus terjaga pada kisaran normal yaitu 6-8. Aerasi dan agitasi berpengaruh pada tingkat pencampuran dan supply oksigen. Pencampuran yang merata mendukung meratanya biomassa pada substrat, sehingga tidak terdapat koloni mikroba yang berkumpul terlalu banyak. Supply oksigen diperlukan mikroba untuk melakukan akivitasnya Mc Neil dan Harvey 2008. Volume bioreaktor dapat ditentukan berdasar kapasitas produksi yang direncanakan. Pada proses pemanenan produk terdapat beberapa pilihan metode yaitu sentrifugasi, filtrasi, presipitasi, spray drying , atau kombinasi dari metode-metode yang ada Hilwan et al 2006. iii. Kelembagaan Industri Bioinsektisida Mintoro et al 1997 menyatakan bahwa kelembagaan adalah suatu badan yang mengandung kumpulan pola-pola perilaku manusia yang dibentuk oleh peraturan-peraturanadat istiadat sehingga prosedurnya dapat diramalkan dan terdapat kesamaan tujuan tertentu mungkin pula tujuan tersebut diperebutkan yang terjadi secara kontinu. Indaryanti 2002 menyebutkan bahwa kelembagaan lebih 24 bersifat ikatan sosial yang memiliki mekanisme tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Maskorah 2003 menambahkan bahwa kelembagaan selalu terdiri dari anggota-anggota. Ketiga pendapat ini menguatkan definisi kelembagaan dari Polak 1964, yaitu kelembagaan merupakan asosiasi yang memiliki tujuan pokok mengatur hubungan antar manusia guna memenuhi kebutuhan yang paling penting dari manusia itu sendiri. Dari keempat definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kelembagaan merupakan suatu bentuk asosiasi sosial yang memiliki tujuan pokok dan terdapat peraturan dan nilai-nilai yang mengikat anggotanya. Industri bioinsektisida lokal akan bersinggungan dengan petani dan bersaing dengan produsen insektisida kimia dan bioinsektisida asing. Masyarakat petani secara umum memiliki ikatan kelembagaan baik formal maupun non-formal. Berdasar tingkatannya kelembagaan dalam masyarakat petani dibagi dalam 4 kategori, yaitu: 1. Pranata sosial : aturan-aturan yang dibuat oleh masyarakat secara umum dan agak meluas misalnya sistem sewa, bagi hasil, ijon, pinjam-meminjam antar petani. 2. Kelompok tani : Kumpulan petani-petani yang bersifat informal. Ikatan dalam kelompok berpangkal pada keserasian dalam arti mempunyai pandangan-pandangan, kepentingan- kepentingan, dan kesenangan-kesenangan yang sama, misalnya kelompok arisan, kelompok pendengar siaran pedesaan 3. Organisasi Perhimpunan Petani : Organisasi petani yang bersifat formal dimana pengurus dan anggota jelas terdaftar. Memiliki anggaran rumah tangga yang tertulis dimana tercantum tujuan, usaha, syarat keanggotaan dana ketentuan lain. Terdapat Rapat Anggota Tahunan. 4. Lembaga Instansional : lembaga pelayanan yang ada di pedesaan seperti Koperasi Unti Desa, Lembaga Musyawarah Desa. Industri insektisida kimia dan bioinsektisida asing sudah membangun kelembagaan mereka. Produk- produk mereka telah dikenal oleh kalangan petani dan didistribusikan secara luas oleh perusahaan distributor. Kelembagaan mereka dibangun dari jaringan kemitraan yang mendukung berlangsungnya usaha Sutisna et al 2008. Sharudin 2003 menyebutkan bahwa aspek pengembangan jaringan kemitraan merupakan aspek yang krusial dan peka dalam proses pertumbuhan perkembangan lembaga. Konsep mendasar dalam pengembangan jaringan adalah konsep pertukaran. Yang dimaksud konsep pertukaran adalah keberhasilan pengembangan jaringan hanya dapat dicapai jika pihak-pihak yang masuk dalam sistem pertukaran tersebut memperoleh manfaat yang seimbang, memuaskan, dan memiliki prospek jangka panjang bagi pengembangan usaha suatu organisasi jika dibandingkan keadaan sebelumnya. Prinsip pokok pengembangan jaringan adalah sebagai berikut : 1. Adanya kepercayaan di antara pihak-pihak yang terlibat akan kemampuan pihak lain 2. Adanya hubungan saling melindungi diantara pihak-pihak yang membangun proses pertukaran 3. Adanya komitmen kebersamaan diantara stakeholder Pada masyarakat umum, kelembagaan dapat dibagi menjadi 6 kategori berdasarkan fungsi, peranan, dan tujuan pokoknya Mintoro et al 1997, kategori-kategori tersebut adalah: 1. Lembaga penguasaan faktor produksi 2. Lembaga pelayanan faktor produksi, pemasaran, dan pengelolaan hasil 3. Lembaga pelayanan perkreditan dan dan usaha kumpulan modal bersama 4. Lembaga penyuluhan dan kelompok tani 5. Lembaga kepemimpinan desa 6. Lembaga gotong-royong, tolong-menolong atau kegiatan sosial lainnya 25 iv. Penentuan Keputusan Strategi Pengembangan Soeharto 2002 menjelaskan bahwa dalam pembangunan suatu proyek menuntut adanya tingkat keahlian, pengetahuan yang luas mengenai kondisi dari lingkungan eksternal poyek. Kemampuan tersebut diperlukan untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang tepat dalam mempersiapkan proyek. Pemilihan langkah pengembangan dapat diputuskan melalui beberapa pendekatan model keputusan. Berikut pendekatan model yang dapat digunakan: iv.1. Model Keputusan Proses Hierarki Analitik PHA Prinsip kerja Proses Hierarki Analitik adalah menyederhanakan suatu persoalan menjadi terstruktur agar lebih mudah diselesaikan. Proses Hierarki Analitik digambarkan dalam bentuk diagram dengan tujuan utama goal berada pada hierarki teratas untuk kemudian dibreakdown menjadi bagian-bagian penyusunnya. Diagram secara umum terdiri dari 3 level yaitu goal, faktor, dan alternatif solusi, namun terdapat masalah-masalah yang memiliki tingkat kerumitan lebih tinggi dan dapat dibagi menjadi 5 level yaitu goal, faktor, aktor, objektif, dan alternatif solusi ataupun lebih. Goal merupakan masalah yang ingin diselesaikan. Kriteria merupakan faktor yang mempengaruhi penyelesaian goal. Aktor merupakan subyek yang terlibat dalam mekanisme kriteria. Objektif merupakan tujuan-tujuan yang mempengaruhi aktor. Alternatif solusi merupakan pilihan solusi yang dapat dijalankan untuk mencapai goal. Contoh skema PHA dijelaskan pada Gambar 15. Gambar 15. Contoh diagram PHA Metode PHA ini akan digunakan untuk pembuatan model keputusan kelembagaan dan penentuan langkah strategi untuk mencapai industri bionsektisida yang sustainable. iv.2. Model Keputusan Berbasis Indeks Kinerja Marimin 2008 menjelaskan, model keputusan berbasis indeks kinerja merupakan model keputusan yang digunakan untuk suatu permasalahan yang terdiri dari alternatif solusi dengan kriteria- kriteria tertentu Model keputusan yang umum digunakan adalah model dengan metode Bayes dan Perbandingan Eksponensial. Penjelasan kedua metode tersebut adalah sebagai berikut: 1. Metode Bayes Metode Bayes merupakan teknik yang digunakan untuk melakukan analisis pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif. Untuk mencapai optimal, terlebih dahulu ditentukan kriteria yang mempengaruhi alternatif. Alternatif dan kriteria dapat ditentukan melalui studi pustaka atau melalui penentuan oleh pengambil keputusan sendiri. Pembuatan keputusan dilakukan dengan Faktor Faktor Faktor Alternatif Alternatif Alternatif Goal Faktor Faktor Faktor Aktor Aktor Aktor Goal Objektif Objektif Objektif Alternatif Alternatif Alternatif 26 mengkuantifikasikan kemungkinan terjadinya suatu kriteria dengan bilangan 0 hingga 1. Nilai ini disebut bobot kriteria. Persamaan metode Bayes adalah sebagai berikut: Total nilai = j Σ i=1 nilai ij x Krit j ..... Marimin 2008 Dimana : Total nilai = total akhir dari alternatif ke-i Nilai ij = nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j; i= 1,2,3,...,n = jumlah alternatif Krit j = tingkat kepentingan bobot kriteria ke-j; j= 1,2,3,....n = jumlah kriteria 2. Metode Perbandingan Eksponensial MPE Metode perbandingan eksponensial merupakan metode yang hampir sama peggunaannya dengan metode Bayes. Namun metode perbandingan eksponensial akan menghasilkan nilai alternatif yang lebih berbeda nyata. Hal ini disebabkan adanya proses perpangkataneksponensial nilai bobot kriteria. Keuntungan dari metode ini adalah dapat mengurangi bias hasil analisis. Persamaan metode perbandingan eksponensial adalah sebagai berikut : Total nilai = j Σ i=1 Rk ij TKKj ..... Marimin 2008 Dimana : Total nilai = total akhir dari alternatif ke-i RK ij = derajat kepentingan realtif kriteria ke-j pada pilihan keputusan ke-i TKK j = derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj0;bulat i = 1,2,3,...,n = jumlah alternatif j = 1,2,3,....n = jumlah kriteria Model keputusan berbasis indeks kinerja ini dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan penentuan lokasi industri dibangun. iv.3. Sistem Penunjang Keputusan SPK Keputusan-keputusan yang telah dibuat dalam bentuk model bersama data-data yang terkait dapat dikolaborasikan dalam bentuk Sistem Penunjang Keputusan SPK. Sistem ini merupakan sistem yang menggunakan peralatan komputer yang berfungsi untuk mendukung pihak manajerial mengambil keputusan mengenai proyek yang akan dijalankan. Sistem ini terdiri dari 3 komponen utama yaitu manajemen data, manajemen model, dan subsistem dialog Marimin 2008. Manajemen Data merupakan manajemen yang didalamnya terdapat sistem pengaturan database yang berisi data-data yang berhubungan dengan sistem yang diolah dengan perangkat lunak program komputer. Manajemen Model merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data yang tersimpan dalam database. Perangkat lunak ini didesain memiliki kemampuan analitik terhadap suatu masalah. Subsistem Dialog merupakan subsistem yang menghubungkan perintah-perintah dalam manajemen data dan manajemen model dengan pengguna. Subsistem Dialog juga dikenal dengan interface suatu program, yaitu tampilan suatu perangkat lunak saat diaplikasikan pada komputer. Oleh Turban 1990 dalam Marimin 2008, ketiga bagian tersebut dijelaskan seperti pada Gambar 16. 27 Gambar 16. Struktur dasar SPK Turban 1990 C. Penelitian Terdahulu C.1. Kajian Produksi Bioinsektisida