Penelitian Terdahulu 1. Kajian Produksi Bioinsektisida

27 Gambar 16. Struktur dasar SPK Turban 1990 C. Penelitian Terdahulu C.1. Kajian Produksi Bioinsektisida Bacillus thuringiensis subsp. israelensis. Hilwan M.R, Khaswar S, dan Rini P 2006 melakukan penelitian kajian mengenai produksi bioinsektisida Bt subsp israelensis. Penelitian difokuskan pada 5 aspek yaitu: 1. Optimalisasi formulasi media 2. Optimalisasi kondisi pH dan suhu dalam reaksi 3. Optimalisasi agitasi dan aerasi dalam bioreaktor 4. Penggandaan skala produksi 5. Analisis pra kelayakan industri Aspek 1 dan 2 menggunakan tingkat toksisitas yang dihasilkan dari perubahan perlakuan sebagai parameter. Pada aspek 3 dan 4, parameter yang digunakan adalah nilai bobot kering biomassa dan jumlah spora hidup tertinggi. Pada aspek 5, faktor yang digunakan adalah tingkat peluang pasar, ketersediaan bahan baku, penguasaan teknologi, tersedianya infrastruktur, dan nilai- nilai parameter kelayakan investasi Net Present Value, Payback Period, Internal Rate of Return, Net BC, dan Break Event Point. Produk dengan tingkat toksisitas bioinsektisida terbaik ditentukan oleh rasio C:N pada media serta oleh kondisi pH dan suhu pada proses dalam bioreaktor. Pada penggandaan skala, hal yang diperhatikan adalah perbandingan geometrik bioreaktor, komposisi media, suhu proses, pH awal, konsentrasi kelarutan oksigen dan galur mikroorganisme yang sama antara skala laboratorium, skala pilot, dan skala industri. Perbandingan-perbandingan nilai tersebut dapat dimudahkan dengan metode fermentasi media cair. Analisis pra kelayakan pendirian industri yang dihasilkan dari penelitian ini terbatas pada analisis kualitatif. Pada pra kelayakan yang dilakukan, dihasilkan pilihan area industri Bogor, Garut, dan Tasikmalaya. Pilihan ini didasarkan pada kedekatan bahan baku, keamanan lingkungan, ketersediaan infrastruktur dan tenaga kerja. Proses pemilihan lokasi ini tidak menggunakan analisis kuantitatif. Analisis pemasaran yang meliputi segmenting, tergetting, dan positioning dilakukan secara kualitatif. Analisis didasarkan pada asumsi bahwa insektisida kimia memerlukan subtitusi insektisida yang murah dan aman bagi lingkungan. Sistem Pengolahan Dialog Sistem Pengolahan Problematik Sistem Manajemen Basis Data SMBD Sistem Manajemen Basis Model SMBM Data Pengguna Model 28 C.2. Pengembangan Produksi Bioinsektisida oleh Bacillus thuringiensis subsp. israelensis Secara Curah Menggunakan Substrat Onggok. Purnawati 2007 melakukan penelitian lanjutan dari penelitian Hilwan M.R, Khaswar S, dan Rini P 2006. Ruang lingkup penelitian sama dengan penelitian sebelumnya, namun pada penelitian ini terdapat perencanaan finansial yang lebih kompleks. Pada penelitian ini dilakukan penggandaan skala produksi hingga 10.000 liter. Penggandaan skala yang dilakukan menggunakan persamaan sebagai berikut: a. Konsumsi tenaga per satuan volume cairan fermentasi di dalam tangki bioreaktor : PV = N 3 D 2 b. Modifikasi bilangan Reynolds : ND 2 ρ µ = ND 2 C.3. Produksi Bioinsektisida dari Bacillus thuringiensis subsp.aizaway Menggunakan Limbah Industri Tahu Sebagai Substrat. Sarfat 2010 melakukan penelitian mengenai kemungkinan pemanfaatan limbah industri tahu sebagai substrat dalam produksi bioinsektisida Bta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi terbaik penggunaan substrat limbah cair tahu dan ampas tahu, waktu kultivasi terbaik, dan kondisi pH substrat saat fermentasi. Hasil penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2. C.4. Formulasi dan Pendugaan Umur Simpan Bioinsektisida Bacillus thuringiensis subsp.aizaway Dari Limbah Industri Tahu. Susanto 2010 melakukan penelitian lanjutan dari Sarfat 2010 untuk mengetahui formulasi produk jika ditambahkan bahan pengisi berupa lactose. Hasil penelitian ini adalah komposisi terbaik campuran bahan pengisi dan bioinsektisida kering yang dapat disimpan dalam periode tertentu. Hasil penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2. C.5. Kajian Pra Rancang Bangun Industri Intermediate Minyak Pala Industri intermediate minyak pala merupakan jenis industri yang baru di Indonesia. Industri minyak pala di Indonesia masih terbatas pada industri hulu dan hilir. Indonesia mengekspor minyak pala kasar, kemudian mengimpor minyak pala olahan untuk memenuhi kebutuhan industri hilir. Kondisi ini serupa dengan industri bioinsektisida yang akan didirikan. Industri bioinsektisida Bt merupakan industri yang baru di Indonesia Malik 2004 menetapkan bahwa pengembangan industri intermediate industri yang mengolah output indusri hulu menjadi input bagi industri hilir minyak pala ditentukan oleh 7 kriteria yaitu : 1. tingkat permintaan, 2. ketersediaan bahan baku, 3. ketersediaan fasilitas, peralatan, dan sarana produksi, 4. harga yang menguntungkan, 5. penguasaan teknologi, 6. sumber daya manusia, dan 7. transportasi. Kriteria yang paling menentukan adalah harga yang menguntungkan. Penetapan ini dilakukan melalui metode Proses Hierarki Analitik. Pendirian industri yang baru melibatkan aktor yang terdiri dari pemerintah, investor, industri hilir, pelaku industri, lembaga litbang, lembaga keuangan, dan pemasok bahan baku. Aktor-aktor tersebut berperan dalam mencapai tujuan pendirian industri baru yang meliputi pemaksimalan keuntungan, perluasan usaha, dan pembukaan lapangan kerja baru. 29 Malik 2004 membangun model kelembagaan industri intermediate minyak pala dengan 3 alternatif solusi yaitu 1kelembagaan kemitraan dengan industri hilir, 2kelembagaan kemitraan dengan industri hulu, 3kelembagaan kemitraan dengan industri hulu-hilir. Selain model kelembagaan industri, juga dibangun 3 model lain yaitu: 1. Model Penyaringan alternatif, digunakan untuk mereduksi pilihan proses produksi 2. Model Pemilihan alternatif, digunakan untuk menentukan proses produksi terpilih 3. Model Kelayakan finansial, digunakan untuk menilai kelayakan finansial usaha yang diinvestasikan Model kelembagaan, model penyaringan dan pemilihan alternatif dirancang menggunakan metode Proses Hierarki Analitik dengan melakukan survey dan wawancara dengan pakar. Model kelayakan finansial dibangun berdasar input data-data finansial dan asumsi-asumsi ekonomi yang digunakan.

D. Posisi Penelitian