Proses Transpirasi Proses Fisiologis RTH Kota Bogor

kecepatan evapotranspirasi tinggi. Resistensi gerakan air dalam daun dapat bervariasi karena kemampuan tumbuhan mengontrol lobang stomata. Pada saat stres lingkungan, stomata cenderung menutup.

2.3.5 Proses Transpirasi

Transpirasi adalah evaporasi air dari tumbuhan termasuk gerakan air melalui seluruh kesatuan tanah, tumbuhan dan atmosfir. Dengan hilangnya air dari daun melalui evaporasi, tambahan air diserap batang dan lewat akar dalam bentuk kolom yang kontinyu. Batang dan akar kurang lebih pasif dalam proses ini, dan karenanya, sering disebut penyerapan pasif. Sudah barang tentu akar tidak bertindak sederhana seperti sumbu lampu, tetapi harus tumbuh terus untuk menjaga permeabilitas dan mengisap kelembaban tanah. Beberapa hal yang mempengaruhi proses transpirasi adalah kecepatan dan kuantitas, kecepatan transportasi air ke atas pada xilem pohon dipengaruhi oleh kecuraman gradien potensi air dari atmosfir ke larutan tanah. Kecepatan juga bervariasi dengan jenis, tetapi biasanya nilai masing-masing adalah: konifer 1 sampai 2 mjam; daun lebar berpori tersebar, 1 sampai 6 m per jam; dan daun lebar berpori tersusun melingkar, 20 sampai 40 m per jam. Kuantitas air yang ditranspirasikan ditaksir kurang lebih 430 sampai 560 mmtahun 17 sampai 22 in per tahun untuk daun lebar di South Caroline Hoover, 1944 dan sekitar 100 sampai 250 mm per tahun 4 sampai 10 in per tahun untuk pinus di Eropa Ivanov dkk., 1951; Isakov, 1974. Jumlah ini mendekati sepertiga presipitasi. Kemungkinan kesalahan akibat perbedaan prosedur dan kondisi sangat besar sehingga kecepatan dan kuantitas, ini harus dipandang sebagai estimasi yang sangat kasar. Karena jumlah air yang ditranspirasikan, di antara banyak faktor, sangat dipengaruhi jumlah air tersedia, maka tidak terdapat generalisasi yang baik tentang jumlah relatif air yang ditranspirasikan oleh daun lebar dan konifer. Usaha mengurangi penggunaan air oleh pohon adalah dengan penerapan antitranspiran. Dorongan penggunaan antitranspiran datang dari keinginan untuk menaikkan hasil hutan daerah aliran sungai atau memperbesar keberhasilan hidup pohon ketika ditanam di lapangan. Penelitian yang dilakukan pada hutan Pinus resinosa Waggoner dan Turner, 1971 menunjukkan bahwa evapotranspirasi dapat dikurangi sampai 30 persen segera sesudah penyemprotan dengan fenil merkuri asetat. Bagaimanapun, sesudah penyemprotan tiga kali dalam setiap musim pertumbuhan selama tiga tahun berturut-turut pengurangan keseluruhan menjadi 3 sampai 10 persen. Perlakuan ini menyebabkan penutupan sebagian stomata, dan karena juga mengurangi fotosintesis maka beberapa pengurangan pertumbuhan mungkin terjadi. Pengaruh Lingkungan terhadap Transpirasi Cahaya. Transpirasi sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya karena pengaruh cahaya langsung pada lobang stomata. Suhu. Suhu tanah, daun dan atmosfir juga mempengaruhi kecepatan penyerapan air. Tanah yang dingin mengurangi penyerapan karena tanah tersebut mengurangi permeabilitas akar, juga gerakan air, dan memperlambat pertumbuhan akar dan metabolisme. Suhu daun menarik perhatian khusus karena suhu ini berpengaruh langsung terhadap metabolisme daun, fotosintesis, respirasi dan transpirasi. Pada siang hari, daun yang terkena radiasi matahari bisa 1 sampai 10°C lebih tinggi daripada suhu udara sekitarnya, sedangkan daun ternaung bisa bersuhu kira-kira sama dengan atmosfir. Pada malam hari, suhu daun bisa 2 sampai 3°C lebih rendah daripada suhu udara sekitarnya karena radiasi kembali ke atmosfir. Transpirasi berpengaruh terhadap pendinginan daun. Penurunan ini bisa menyebabkan daun sampai 10° C lebih rendah daripada suhu udara sekitarnya, terutama bila beban panas besar pada suhu udara lebih tinggi daripada 30°C Gates, 1968. Defisit tekanan uap air . Istilah ini melukiskan perbedaan antara kandungan uap air udara sekitar daun, dan kandungan uap air rongga stomata. Semakin besar perbedaan, atau defisit, semakin besar kecenderungan pohon kehilangan air atau transpirasi. Karena itu defisit tekanan uap air merupakan faktor utama pengontrolan transpirasi. Ini sangat dipengaruhi oleh suhu, angin dan kelembaban relatif. Ketersediaan air . Transpirasi tergantung pada ketersediaan air dalam tanah, dan kecepatan transpirasi bertambah oleh penyediaan air dalam tanah, dan kecepatan transpirasi bertambah oleh penyediaan lebih banyak air untuk tumbuhan. Pengaruh ini dapat dilihat pada transpirasi kecepatan tinggi vegetasi perairan dan pohon-pohon yang beririgasi. Tetapi, bahkan pada kondisi ketersediaan air tanah tinggi, bila udara panas, berangin, dan kelembaban udara relatif rendah, transpirasi dapat melebihi penyerapan air, dan kelayuan serta penutupan stomata dapat terjadi. Hal ini selanjutnya, biasanya mengurangi hasil fotosintesis dan pertumbuhan. Bila pohon terkena kondisi penurunan ketersediaan air, proses pertama yang terhambat adalah transpirasi, diikuti oleh fotosintesis, dan kemudian respirasi. Sensitivitas pohon terhadap kenaikan kondisi stres sangat dipengaruhi oleh toleransi relatif tumbuhan yang dimaksud. Secara umum, telah ditemukan bahwa dengan potensi air tanah menjadi lebih negatif yaitu air tanah kurang tersedia, pohon yang lebih intoleran pertama kali menunjukkan pengurangan kecepatan transpirasi sebagai akibat kemampuan penutupan stomata yang lebih awal. Karena itu konservasi air melalui pengontrolan stomata secara genetis dan adaptif adalah sangat penting dalam mempengaruhi keseimbangan air internal tumbuhan yang tumbuh pada daerah dengan musim panas atau kering. Stomata merupakan mekanisme yang terutama bertanggung jawab menentukan keberhasilan ekologis berbagai tumbuhan sehingga berkembang memuaskan pada lingkungan relatif kering.

2.3.6 Interaksi Lingkungan dengan Persyaratan Fisiologis