Tujuan, Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau

RTH kota maupun taman-taman regional nasional. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, memilki beberapa definisi terkait RTH yakni: a. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang Iebih luas baik dalam bentuk area kawasan maupun dalam bentuk area memanjang jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. b. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, didefinisikan bahwa ruang terbuka hijau adalah area memanjang jalur atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

2.1.2 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007, tujuan dialokasikannya RTH Kawasan Perkotaan adalah: • Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan; • Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan; dan • Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman. Sedangkan fungsinya antara lain: • Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; • Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara; • Tempat perlindungan plasma nutfah dan keaneka-ragaman hayati; • Pengendali tata air; dan • Sarana estetika kota. Serta Manfaat RTH antara lain: • Sarana untuk mencerminkan identitas daerah; • Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan; • Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial; • Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan; • Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; • Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula; • Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat; • Memperbaiki iklim mikro; dan • Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan. Secara umum fungsi yang dimiliki RTH dapat dikelompokan menjadi empat fungsi besar, yakni fungsi ekologis, fungsi sosial, fungsi estetis arsitektural, dan fungsi ekonomi. Secara ekologis RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan suhu kota tropis yang panas terik. Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, taman hutan kota, taman botani, jalur sempadan sungai dan lain-lain. Secara sosial-budaya keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai identitas landmark kota yang berbudaya. Bentuk RTH yang berfungsi sosial- budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga, kebun raya, TPU, dan sebagainya. Secara arsitektural RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijau di jalan-jalan kota. Sementara itu RTH juga dapat memiliki fungsi ekonomi, baik secara langsung seperti pengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahan pertanian perkebunan urban agriculture dan pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan. Adapun secara rinci keempat fungsi RTH tersebut dijelaskan seperti berikut ini : 1. Fungsi Ekologis, merupakan fungsi ruang terbuka hijau yang memberikan perlindungan terhadap manusia dan lingkungannya dalam Eckbo 1964, terdiri dari; • Fungsi orologis. Memberikan manfaat orologis yang penting untuk mengurangi tingkat kerusakan tanah, terutama longsor, dan menjaga kestabilan tanah. • Fungsi hidrologis. Fungsi ini berkaitan dengan kemampuan tanaman untuk menyerap kelebihan air. • Fungsi klimatologis. Menekankan bahwa fungsi ruang terbuka hijau dapat mempengaruhi faktor-faktor iklim. • Fungsi edhapis. Fungsi lebih mengarah pada penyediaan habitat satwa perkotaan. • Fungsi hygienis. RTH mampu memberikan lingkungan yang lebih sehat bagi manusia. • Fungsi kesehatan individu. Fungsi kesehatan masih berhubungan erat dengan manfaat hygienis, dimana manfaat ini merupakan manfaat lanjutan yang ditimbulkannya. 2. Fungsi Sosial, merupakan fungsi ruang terbuka hijau sebagai sarana interaksi sosial masyarakat dengan lingkungan sosial sekitarnya, yang terdiri dari: • Fungsi edukatif. Komponen RTH dapat memberikan pendidikan dan pengenalan terhadap mahkluk hidup disekitarnya. • Fungsi interaksi masyarakat. Komponen RTH dapat menjadi tempat berinteraksi antara masyarakat sehingga menambah jalinan sosial diantaranya. • Fungsi protektif. Komponen RTH dapat memberikan perlindungan kepada manusia. • Fungsi spiritual. Fungsi spiritual yang dimaksud lebih ditekankan kepada fungsi suatu kawasan ruang terbuka hijau yang dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan spiritual atau keagamaan atau dapat juga berupa tempat yang dikeramatkan. 3. Fungsi Estetis, merupakan fungsi ruang terbuka hijau sebagai komponen keindahan kota atau lingkungan hidup manusia. Fungsi ini terdiri dari; • Fungsi visualvista. Fungsi visual lebih menekankan kepada visualitas, estetis ruang terbuka. • Fungsi tabirscreening. Fungsi ini terkait dengan kemampuan ruang terbuka hijau untuk menyaring partikel-partikel yang dapat mengganggu kehidupan manusia, seperti partikel debu, bau, angin yang terlalu kencang, dan lainnya. • Fungsi identitas kota. Suatu taman kota, atau ruang terbuka hijau mampu menjadi identitas landmark suatu kota wilayah. 4. Fungsi Ekonomi, keberadaan ruang terbuka hijau tidak selalu memiliki nilai ekonomi yang selalu rendah, namun keberadaan RTH juga mampu meningkatkan nilai lahan karena suasana lingkungan yang tercipta akibat keberadaannya yaitu 1 meningkatkan harga lahan, 2 mengurangi biaya penanganan bencana, 3 mampu menjadi ruang untuk mata pencaharian kota. Manfaat dari tumbuhan yang merupakan komponen utama Ruang Terbuka Hijau dalam Simond 1983 adalah: • Produsen utama dalam rantai makanan karena tumbuhan melalui proses fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari bisa merubah CO 2 dan air ke karbohidrat dan O 2 ; • Melalui proses transpirasi tumbuhan melakukan menyejukkan udara dengan dikeluarkannya uap air melalui daun-daun; • Menjaga iklim mikro khususnya suhu dan kelembaban udara kawasan perkotaan; • Menjaga peyimpanan air tanah, mengurangi aliran permukaan, dan mencegah erosi; • Menjaga kesuburan tanah dan memperbaiki struktur hara tanah. Manfaat RTH kota dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung, sebagian besar dihasilkan dari adanya fungsi ekologis, atau kondisi alami ini dapat dipertimbangkan sebagai pembentuk berbagai faktor. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehat dan manusiawi. Selanjutnya dalam Hakim 2006, manfaat RTH tersebut diatas diuraikan secara rinci, sebagai berikut: 1. Pelestarian Plasma Nutfah Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri. Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. RTH dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan RTH dapat dipandang sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna. 2. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya RTH, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap menempel pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang, dan ranting. Daun yang berbulu dan berlekuk seperti halnya daun bunga matahari Helianthus annuus L. dan kersen Muntingia calabura L. mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel dari pada daun yang mempunyai permukaan yang halus Wedding dkk. dalam Smith, 1981. Manfaat dari adanya tajuk RTH ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari RTH. 3. Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal. Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di daerah perkotaan Goldmisth dan Hexter, 1967. Diperkirakan sekitar 60- 70 dari partikel timbal di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor Krishnayya dan Bedi, 1986. Dahlan 1989; Fakuara, Dahlan, Husin, Ekarelawan, Danur, Pringgodigdo dan Sigit 1990 menyatakan damar Agathis alba, mahoni Swietenia mahagoni , jamuju Dacrycarpus imbricatus dan pala Mirystica fragrans, asam landi Pithecellobium dulce, johar Cassia siamea, mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara. Untuk beberapa tanaman berikut ini: glodogan Polyalthea longifolia, keben Barringtonia asiatica , dan tanjung Mimusops elengi, walaupun kemampuan serapannya terhadap timbal rendah, namun tanaman tersebut tidak peka terhadap pencemar udara. Sedangkan untuk tanaman daun kupu-kupu Bauhinia purpurea dan kesumba Bixa orellana mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat tidak tahan terhadap pencemar yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. 4. Penyerap dan Penjerap Debu Semen Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya. Studi ketahanan dan kemampuan dari 11 jenis pohon yaitu: mahoni Swietenia mahagoni, bisbul Diospyros discolor, tanjung Mimusops elengi, kenari Canarium commune, meranti merah Shorea leprosula, kiara payung Filicium decipiens, kayu hitam Diospyros elebica, duwet Eugenia cuminii, medang lilin Litsca roxburghii dan sempur Dillenia ovata telah diteliti oleh Irawati tahun 1990. Tanaman tersebut dipergunakan dalam program pengembangan RTH dikawasan pabrik semen, karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan yang tinggi dalam menjerap adsorpsi dan menyerap absorpsi debu semen adalah mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kiara payung dan kayu hitam. Sedangkan duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanaman untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini selain agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai kemampuan yang rendah dalam menjerap dan menyerap partikel semen Irawati, 1990. 5. Peredam Kebisingan Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang Grey dan Deneke, 1978. Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke 1978, dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95. 6. Mengurangi Bahaya Hujan Asam Menurut Smith 1984, pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses dan translokasi. Proses translokasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah: Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan gula Smith, 1984. Menurut Henderson et al., 1977 bahan anorganik yang diturunkan ke lantai RTH dari tajuk melalui proses troughfall dengan urutan KCa MgNa baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum. Hujan yang mengandung H 2 SO 4 atau HNO 3 apabila tiba di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H 2 SO 4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO 4 yang bersitat netral. Dengan demikian adanya proses translokasi dan gutasi oleh permukaan daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. Hasil penelitian dari Hoffman et al. 1980 menunjukkan bahwa pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon. 7. Penyerap Karbon Monoksida Bidwell dan Fraser dalam Smith 1981 mengemukakan, kacang merah Phascolus vulgaris dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kgkm 2 hari. Mikroorganisme serta tanah pada lantai RTH mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas ini Bennet dan Hill, 1975. Smith 1981 mengemukakan, tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm 13,8 x 104 µgm 3 menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja. 8. Penyerap Karbon dioksida dan Penghasil Oksigen RTH merupakan penyerap gas CO 2 yang cukup penting, selain dari fito- plankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan berkurangnya kemampuan RTH dalam menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan RTH akibat peladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun RTH untuk membantu mengatasi penurunan fungsi RTH tersebut. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik RTH kota, RTH alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO 2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan. Widyastama 1991 mengemukakan, tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO 2 dan penghasil oksigen adalah : damar Agathis alba, daun kupu-kupu Bauhinia purpurca, lamtoro gung Leucaena leucocephala, akasia Acacia auriculiformis dan beringin Ficus benjamina. 9. Penyerap dan Penapis Bau Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau Grey dan Deneke, 1978. Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat menghasilkan bau harum antara lain: cempaka Michelia campaka dan tanjung Mimusops elengi. 10. Mengatasi Penggenangan Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga mempunyai stomata mulut daun yang banyak pula. Menurut Manan 1976 tanaman penguap air yang tinggi diantaranya adalah : nangka Artocarpus integra, sengon Paraserianthes falcataria, akasia Acacia auriculiformis, sonokeling Dalbergia latifolia, mahoni Swietenia mahagoni , jati Tectona grandis, kihujan Samanea saman dan lamtoro Leucaena glauca. 11. Ameliorasi Iklim. Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di perkotaan. RTH dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antena pemancar radio, televisi, dan lain-lain, sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik reradiasi dari bumi Grey dan Deneke, 1978 dan Robinette, 1983. Robinette 1983 lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi surya suatu RTH sangat dipengaruhi oleh: panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada daerah mempunyai RTH lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman. Wenda 1991 telah melakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lahan yang bervegetasi dengan berbagai kerapatan, tinggi dan luasan dari RTH kota di Bogor yang dibandingkan dengan lahan pemukiman yang didominasi oleh tembok dan jalan aspal, diperoleh hasil bahwa: • Pada areal bervegetasi komponen utama RTH, suhu hanya berkisar 25,5- 31,0°C dengan kelembaban 66-92. • Pada areal yang kurang bervegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan aspal suhu yang terjadi 27,7-33,1°C dengan kelembaban 62-78. • Areal padang rumput mempunyai suhu 27,3-32,1°C dengan kelembaban 62-78. Koto 1991 juga telah melakukan penelitian di beberapa tipe vegetasi di sekitar Gedung Manggala Wanabakti. Dari penelitian ini dapat dinyatakan, daerah disekitar pohon memiliki suhu udara yang paling rendah, jika dibandingkan dengan suhu udara di taman parkir, padang rumput dan beton. 12. Pengelolaan Sampah RTH dapat diarahkan untuk pengelolaan sampah dalam hal : 1 sebagai penyerap bau, 2 sebagai pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi dari sampah, 3 sebagai penyerap zat yang berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya lainnya. 13. Pelestarian Air Tanah Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan kemampuan menyerap air yang besar Bernatzky, 1978. Maka kadar air tanah RTH akan meningkat. Pada daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air, hendaknya ditanami dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Di samping itu sistem perakaran dan serasahnya dapat memperbesar porositas tanah, sehingga air hujan banyak yang masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi dan hanya sedikit yang menjadi air limpasan. Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan demikian RTH yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik. Menurut Manan 1976 tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah antara lain : cemara laut Casuarina equisetifolia, beringin Ficus elastica , karet Hevea brasiliensis, manggis Garcinia mangostana, bungur Lagerstromia speciosa, trembesi Fragraea fragrans, dan kelapa Coccos nucifera . 14. Penapis Cahaya Silau Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara. Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut perlu untuk dikurangi. Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun kerimbunan tajuknya. 15. Meningkatkan Keindahan Manusia dalam hidupnya tidak saja membutuhkan tersedianya makanan, minuman, namun juga membutuhkan keindahan. Keindahan merupakan pelengkap kebutuhan rohani. Benda-benda di sekeliling manusia dapat ditata dengan indah memuat garis, bentuk, warna, ukuran dan teksturnya Grey dan Deneke, 1978, sehingga dapat diperoleh suatu bentuk komposisi yang menarik. Benda-benda buatan manusia, walaupun mempunyai bentuk, warna dan tekstur yang sudah dirancang sedemikian rupa tetap masih mempunyai kekurangan yaitu tidak alami, sehingga boleh jadi tidak segar tampaknya di depan mata. Akan tetapi dengan menghadirkan pohon ke dalam sistem tersebut, maka keindahan yang telah ada akan lebih sempurna, karena lebih bersifat alami yang sangat disukai oleh setiap manusia.Tanaman dalam bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan benda-benda buatan seperti gedung, jalan dan sebagainya untuk mendapatkan komposisi yang baik. Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih sedemikian rupa, sehingga pada saat pohon tersebut telah dewasa akan sesuai dengan kondisi yang ada. Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih sebagai komponen yang kontras atau untuk memenuhi rancangan yang harmonis bergradasi lembut. Komposisi tanaman dapat diatur dan diletakkan sedemikian rupa, sehingga pemandangan yang kurang enak dilihat seperti: tempat pembuangan sampah, pemukiman kumuh, rumah susun dengan jemuran yang beraneka bentuk dan warna, pabrik dengan kesan yang kaku dapat sedikit ditingkatkan citranya menjadi lebih indah, sopan, manusiawi dan akrab dengan hadirnya RTH sebagai tabir penyekat di sana. 16. Sebagai Habitat Burung Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam back to nature. Desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan. Menurut Hernowo dan Prasetyo 1989 salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi masyarakat, antara lain: • Membantu mengendalikan serangga hama, • Membantu proses penyerbukan bunga, • Mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, • Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan, • Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi, • Sebagai sumber plasma nutfah, • Objek untuk pendidikan dan penelitian. Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra Calliandra calothyrsus di antaranya disenangi burung pengisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh burung, karena berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya. Menurut Ballen, beberapa jenis tumbuhan yang banyak didatangi burung antara lain: • Ficus benjamina, Ficus variegata, dan Ficus glabarima buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai Tecron sp.. • Dadap Erythrina variegata. Bunganya menghasilkan nektar. Beberapa jenis burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap yang tengah berbunga antara lain: betet Psittacula alexandri, serindit Loriculus pusillus , jalak Sturnidae dan beberapa jenis burung madu. • Dangdeur Gossatnpinus taphylla. Bunganya yang berwarna merah menarik burung ungkut-ungkut dan srigunting. • Aren Arenga pinnata. Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan oleh burung sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya. • Bambu Bambusa spp.. Burung blekok Ardeola speciosa dan manyar Plocous sp. bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis burung lainnya seperti: burung cacing Cyornis bamtunas, ceguk Otus bakkamoena, sikatan Rhipiditra javanica, kepala tebal bakau Pachycephala cinerea dan perenjak kuning Abroscopus supereiliaris bertelur pada pangkal cabangnya, di antara dedaunan dan di dalam batangnya. 17. Mengurangi Stress Kehidupan masyarakat di kota besar menuntut aktivitas, mobilitas dan persaingan yang tinggi. Namun di lain pihak lingkungan hidup kota mempunyai kemungkinan yang sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor maupun industri. Oleh sebab itu gejala stress tekanan psikologis dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota masyarakat yang tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi kepergiannya saja di kota. Program pembangunan dari pengembangan RTH dapat membantu mengurangi sifat yang negatif tersebut. Kesejukan dan kesegaran yang diberikannya akan menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO, SOx, NOx dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai RTH. Kicauan dan tarian burung akan menghilangkan kejemuan. RTH juga dapat mengurangi kekakuan dan monotonitas. 18. Meningkatkan Industri Pariwisata Bunga bangkai Amorphophallus titanuni di Kebun Raya Bogor yang berbunga setiap 2-3 tahun dan tingginya dapat mencapai 1,6 m dan bunga Raflesia Arnoldi di Bengkulu merupakan salah satu daya tarik bagi turis domestik maupun mancanegara. Tamu asing pun akan mempunyai kesan tersendiri, jika berkunjung atau singgah pada suatu kota yang dilengkapi dengan RTH yang unik, indah dan menawan. 19. Sebagai Hobi dan Pengisi Waktu Luang Monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi oleh kegiatan lain yang bersifat rekreatif, akan dapat menghilangkan monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kerja. Keberadaan RTH penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan secara proporsional dan berada dalam keseimbangan antara pembangunan dan fungsi-fungsi lingkungan. Kelestarian RTH suatu wilayah perkotaan harus disertai dengan ketersediaan dan seleksi tanaman yang sesuai dengan arah rencana dan rancangannya. Tanpa ruang terbuka, apalagi RTH, maka lingkungan kota akan menjadi hutan beton yang gersang, kota menjadi sebuah pulau panas heat island yang tidak sehat, tidak nyaman, tidak manusiawi, sebab tak layak huni. Pemanfaatan RTH pada kawasan perkotaan Dep. PU, 2008 antara lain: 1. RTH pekarangan terdiri dari: • Pekarangan rumah besar dengan kategori: rumah dengan luasan lahan di atas 500 m 2 , RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat dan jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3 tiga pohon pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput. • Pekarangan rumah sedang dengan kategori: rumah dengan luasan lahan antara 200 m 2 – 500 m 2 , RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat dan jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 2 dua pohon pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput. • Pekarangan rumah kecil dengan kategori: rumah dengan luasan lahan di bawah 200 m 2 , RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat, dan jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 satu pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput. • Halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha dengan kategori: umumnya berupa jalur trotoar dan area parkir terbuka, beberapa lokasi dengan tingkat KDB 70-90 perlu menambahkan tanaman dalam pot, perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB di atas 70, minimal memiliki 2 dua pohon kecil atau sedang, ditanam pada lahan atau pada pot berdiameter diatas 60 cm, dan persyaratan penanaman pohon pada kawasan ini dengan KDB dibawah 70, berlaku seperti persyaratan pada RTH pekarangan rumah, ditanam pada area diluar KDB yang telah ditentukan. • Taman atap bangunan dengan kategori: Kavling dengan KDB di atas 90 seperti pada kawasan pertokoan di pusat kota, atau pada kawasan-kawasan dengan kepadatan tinggi dengan lahan yang sangat terbatas dibuat taman atap bangunan. 2. Taman lingkungan dan taman kota yang terdiri dari taman RT, taman RW, taman kelurahan, taman kecamatan, taman kota. 3. Hutan kota dengan kategori : • Bergerombol atau menumpuk: hutan kota dengan komunitas vegetasi terkonsentrasi pada satu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat tidak beraturan. • Menyebar: hutan kota yang tidak mempunyai pola bentuk tertentu, dengan luas minimal 2500 m 2 . Komunitas vegetasi tumbuh menyebar terpencar- pencar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil. • Berbentuk jalur: hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainya. • Lebar minimal hutan kota berbentuk jalur adalah 30 meter. 4. RTH pada jalur hijau jalan antara lain: pada jalur tepi jalan, pada median jalan, pada jalur pejalan kaki, pada jalur dibawah jalan layang. 5. RTH sempadan jalur kereta api dengan kategori: jarak maksimal dari sumbu rel adalah 50 m dan pengaturan perletakan posisi tanaman yang akan ditanam harus sesuai gambar rencana atau sesuai petunjuk direksi pekerjaan. 6. RTH jaringan listrik tegangan tinggi dengan kategori: • Jenis tanaman yang ditanam memiliki dahan yang kuat; • Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan kecepatan sedang; • Akarnya menghunjam masuk ke dalam tanah; • Memiliki kerapatan yang cukup 50-60; • Pengaturan perletakan posisi tanaman yang akan ditanam harus sesuai gambar rencana atau sesuai petunjuk direksi pekerjaan. 7. RTH sempadan sungai dengan kategori: • Jalur hijau sungai meliputi sempadan sungai selebar 50 m pada kiri kanan sungai besar dan sungai kecil anak sungai; • Sampel jalur hijau sungai berupa petak-petak berukuran 20 m x 20 m diambil secara sistematis dengan intensitas sampling 10 dari panjang sungai; • Sebelum di lapangan, penempatan petak sampel dilakukan secara awalan acak random start pada peta. Sampel jalur hijau sungai berupa jalur memanjang dari garis sungai ke arah darat dengan lebar 20 m sampai pohon terjauh; • Sekurang-kurangnya 100 m dari kiri kanan sungai besar dan 50 m di kiri kanan anak sungai yang berada diluar pemukiman; • Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 m; • Jarak maksimal dari pantai adalah 100 m; • Pengaturan perletakan posisi tanaman yang akan ditanam harus sesuai gambar rencana atau sesuai petunjuk direksi pekerjaan. 8. Sabuk Hijau dengan kategori: • RTH yang memanjang mengikuti batas-batas area atau penggunaan lahan tertentu, dipenuhi pepohonan, sehingga berperan sebagai pembatas atau pemisah • Kebun campuran, perkebunan, pesawahan, yang telah ada sebelumnya eksisting dan melalui peraturan yang berketetapan hukum, dipertahankan keberadaannya 9. RTH Pemakaman 10. RTH sempadan pantai dengan kategori: • RTH sempadan pantai memiliki fungsi utama sebagai pembatas pertumbuhan pemukiman atau aktivitas lainnya agar tidak menggangu kelestarian pantainya. • Lebar RTH sempadan pantai minimal 100 meter dari batas air pasang tertinggi ke arah darat. • Tidak bertentangan dengan Keppres No.32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung • Tidak menyebabkan gangguan terhadap kelestarian ekosistem pantai, termasuk gangguan terhadap kualitas visual. • Pola tanam vegetasi bertujuan untuk mencegah terjadinya abrasi, erosi, melindungi dari ancaman gelombang pasang, wildlife habitat dan meredam angin kencang. • Pemilihan vegetasi mengutamakan vegetasi yang berasal dari daerah setempat. • Khusus untuk kawasan pantai berhutan bakau harus dipertahankan sesuai ketentuan dalam Keppres No. 32 Tahun 1990. 11. RTH pengamanan sumber air baku atau mata air terdiri dari: • RTH danau atau waduk dengan kategori minimal sempadan 50 meter dari titik muka air tertinggi. • RTH mata air dengan kategori minimal sempadan 200 meter dari titik pusat mata air.

2.1.3 Luas dan Jenis Ruang Terbuka Hijau