Ife 2002:200-225 seperti dikutip oleh Nasdian 2006 membagi prinsip-prinsip Community Development dalam tiga bagian penting, yaitu ekologi, keadilan sosial,
nilai-nilai lokal, proses, serta global-lokal, secara rinci dikemukakan sebagai berikut : a. Prinsip ekologis, ada beberapa prinsip dalam kaitannya dengan masalah ekologi,
yaitu: holistik, keberlanjutan, keanekaragaman, pembangunan organis, dan keseimbangan.
b. Prinsip keadilan sosial, yaitu: menghilangkan ketimpangan struktural,
memusatkan perhatian pada wacana yang merugikan Addressing discourses of disadvantage, pemberdayaan, mendefiniskan kebutuhan, dan menjunjung tinggi
hak asasi manusia. c. Menghargai nilai-nilai lokal, yaitu: pengetahuan
lokal, budaya
lokal, sumberdaya lokal, keterampilan lokal, dan menghargai proses lokal.
d. Proses, yaitu: proses, hasil, dan visi, keterpaduan proses, peningkatan kesadaran, partisipasi, kooperasi dan konsensus, tahapan pembangunan, perdamaian dan
anti kekerasan, inklusif, dan membangun komunitas. e. Prinsip global dan lokal, yaitu: hubungan antara global dan lokal dan praktik Anti
Penjajah Anti-colonialist practice,
2.1.2.3 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat
Payne 1979 dalam Nasdian 2006 menjelaskan bahwa pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya kuasa untuk mengambil keputusan
dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal
ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.
Nasdian 2006 menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri,
dengan menggunakan sarana dan proses lembaga dan mekanisme dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Sementara itu, Paul 1987 dalam Nasdian
2006 memberikan pengertian mengenai partisipasi yaitu “.....participation refers to an active process whereby beneficiaries influence the direction and execution of
development projects rather than mercly receive a share of project benefits”.
Pengertian tersebut melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi Cohen dan Uphoff,
1980 sebagaimana dikutip oleh Nasdian, 2006. Melihat berbagai pendapat yang ada mengenai pemberdayaan dan partisipasi, maka pemberdayaan dan partisipasi di tingkat
komunitas dapat dikatakan dua konsep yang erat kaitannya Nasdian, 2006. Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan masyarakat secara aktif dalam setiap
tahapan pembangunan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Masyarakat tidak lagi menjadi obyek dari pembangunan tetapi menjadi subyek pembangunan, dimana
masyarakat berperan
dalam menyampaikan
aspirasi, menentukan
pilihan, memanfaatkan peluang dan menyelesaikan masalahnya. Melalui pendekatan partisipatif
ini masyarakat dapat memiliki pengaruh dan kontrol terhadap berbagai inisiatif pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya yang akan mempengaruhi kehidupannya
maupun lingkungannya. Partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta, keterlibatan, atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis,
merencanakan dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat. Partisipasi masyarakat juga dapat dikatakan sebagai proses yang melibatkan
masyarakat umum dalam pengambilan keputusan, perumusan, pelaksanaan, dan pengawasan kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, serta
pembinaan masyarakat. Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga
faktor pendukungnya yaitu: 1 adanya kemauan, 2 adanya kemampuan, dan 3 adanya kesempatan untuk berpartisipasi. Kemauan dan kemampuan berpartisipasi lebih
berasal dari masyarakat yang dalam hal ini dimaksudkan sebagai badan dunia dan lembaga swadaya masyarakat, sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak
luar yang memberi kesempatan, yang dimaksud ini adalah pihak pemerintah. Apabila ada kemauan tetapi tidak ada kemampuan dari pihak luar yang dalam hal ini masyarakat
telah diberi kesempatan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan, maka partisipasi tidak akan terjadi. Demikian juga, jika ada kemauan dan kemampuan tetapi tidak ada
ruang atau kesempatan yang diberikan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan, maka tidak mungkin juga partisipasi masyarakat itu terjadi.