Dua tingkat teratas dikategorikan sebagai “non partisipatif”, sasaran dari kedua bentuk adalah untuk mendidik dan mengobati masyarakat yang berperanserta. Tingkat
ketiga, keeempat dan kelima dikategorikan sebagai tingkat “tokenisme” yaitu suatu tingkat partisipasi, dimana masyarakat didengar dan diperkenankan untuk memberi
saran atau berpendapat akan tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pendapat mereka akan dipertimbangkan atau diterima oleh
pemegang keputusan perusahaan. Peran serta masyarakat hanya dibatasi pada tingkat ini, maka kacil kemungkinannya ada upaya perbunahan dalam masyarakat menuju
keadaan yang lebih baik. Tiga tingkatan yang berada terbawah dikategorikan ke dalam tingkat “kekuasaan
masyarakat” citizen power, dimana masyarakat dalam tingkat ini memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan dengan menjalankan kerjasama, kekuasaan dan
pengawasan masyarakat. Pada tingkat kedelapan, masyarakat memiliki mayoritas suara dalam proses pengambilan keputusan bahkan, memiliki kewenangan penuh
melaksanakan suatu program.
2.1.3 Evaluasi Program
Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan efisiensi, efektivitas, dan dampak dari suatu program atau proyek sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
Menurut Musa 2005 evaluasi program adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan suatu objek yang dilakukan secara terencana, sistematik
dengan arah dan tujuan yang jelas. Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai upaya seksama untuk mengumpulkan, menyusun mengolah dan menganalisa fakta, data dan
informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan, kinerja, dan lain-lain mengenai sesuatu yang kemudian dibuat kesimpulan sebagai proses bagi pengambilan keputusan.
Kegiatan evaluasi program merupakan salah satu pilar penting yang tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan program pembelajaran dan pemberdayaan
masyarakat karena berkaitan dengan penyelenggaraan program yang selanjutnya. Klausmeier dan Goodwin sebagaimana dikutip Fauziah 2007 mendefinisikan evaluasi
sebagai suatu proses yang kontinyu di dalam memperoleh dan menginterpretasi informasi untuk menentukan kualitas dan kuantitas kemajuan perserta didik mencapai
tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Deptan 1989 yang dikutip oleh Sasmita 2009 evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektifitas
dan dampak kegiatan-kegiatan proyek atau program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan obyektif. Sedangkan menurut Jabar dan Arikunto 2004
sebagaimana dikutip Sasmita 2009 evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui implementasi dari suatu kebijakan. Dengan demikian, kegiatan evaluasi program
mengacu pada tujuan dan sasaran dengan kata lain bahwa tujuan tersebut dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu program.
Musa 2005 mengemukakan unsur-unsur pokok yang harus ada dalam kegiatan evaluasi adalah: objek yang dinilai, tujuan evaluasi, alat evaluasi, proses evaluasi, hasil
evaluasi, standar yang dijadikan pembanding dan proses perbandingan antara hasil evaluasi dengan standar. Hasil evaluasi adalah sebagai bahan bagi pengambilan
keputusan. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu objek yang sedang diukur dengan ukuran tertentu, yang sifatnya kuantitatif. Sedangkan pemantauan adalah
kegiatan untuk melihat dan mengambarkan suatu keadaan kegiatan yang sedang berlangsung sebagaimana adanya. Dan pengendalian adalah kegiatan untuk menjaga
keajegan dan kesinambungan suatu kegiatan agar berjalan sesuai dengan standar-standar tertentu.
Sedangkan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan saat melakukan evaluasi program adalah:
1. Objektif, bahwa data dan informasi yang diperoleh adalah benar berdasarkan fakta yang ada,
2. Menyeluruh, bahwa data dan informasi itu mencakup aspek-aspek dari program yang bersangkutan,
3. Partisipatif, bahwa data dan informasi yang diperoleh bukan semata-mata dari persepsi pihak evaluator, tetapi juga sumber informasi lain seperti: penyelenggara,
tutor, peserta belajar dan jika mungkin orangtua peserta belajar serta tokoh masyarakat.
Jika kita akan mengevaluasi program perlu disepakati bersama aspek-aspek apa yang akan dievaluasi agar tidak terlalu luas sehingga menyulitkan dalam
mengumpulkan data dan informasinya di lapangan. Jika mengacu pada konsep kesisteman program, aspek-aspek evaluasi program mencakup:
a. Peserta belajar raw input Pada aspek peserta belajar dapat kita kembangkan beberapa variabel, diantaranya
berkenaan dengan jenis kelamin, usia, tempat tinggal, status sosial ekonomi keluarga, dan lain-lain yang disesuaikan dengan karekteristik program yang
dievaluasi. b. Masukan sarana instrumental input
Beberapa contoh aspek yang dievaluasi dari masukan sarana ini seperti tenaga kependidikan pengelola, tutor, narasumber, dan fasilitator diantaranya jumlah,
usia, latar belakang pendidikan, keahilan yang dimiliki, tempat tinggal, kehadiran dan kerjasama. Masukan sarana lain adalah berkenaan dengan program
belajarkurikulum dan media belajar. c. Proses pembelajaran process
Beberapa aspek yang dievaluasi dalam proses pembelajaran ini diantaranya berkenaan dengan jadwal belajar, bimbingan dan latihan, lamanya kegiatan,
metode belajar yang digunakan, aktifitas tutor dan peserta belajar, aktifitas pengelola dalam memberikan dukungan kegiatan belajar, bimbingan dukungan
kegiatan belajar, bimbingan dan latihan serta iklim belajar. d. Masukan lingkungan environmental input
Aspek yang dievaluasi dari masukan lingkungan ini antara lain kondisi prasarana belajar, cuaca, iklim dan keadaan sosio-kultural masyarakat dimana program
dilakukan. e. Keluaran output
Aspek yang dievaluasi diantaranya berkenaan jumlah lulusan, prestasi belajar, kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang telah dimiliki peserta
belajar setelah mengikuti program belajar. f. Masukan lain other input
Adalah aspek-aspek yang berkenaan dengan bantuan, perhatian, dorongan, fasilitas, aturan, kebijakan atau sesuatu yang lain material maupun non material
yang memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung pada saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung maupun secara peserta belajar menyelesaikan
program belajar.
g. Pengaruh impact Aspek yang dievaluasi dari pengaruh ini misalnya perubahan-perubahan yang
terjadi pada diri peserta belajar setelah menyelesaikan program belajar, seperti aspirasinya, fungsionalisasi pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam
kehidupannya, diterima sebagai karyawanbekerja atau usaha sendiri, peningkatan pendapatan dan peningkatan peran sertanya dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan. Indikator digunakan apabila aspek yang akan dinilai perubahannya tidak dapat
secara langsung seperti halnya tinggi badan, berat badan atau harga suatu barang yang secara kuantitatif mudah diukur Subakti, 1996 dalam Suharto, 1997. Indikator sosial
pada dasarnya menunjuk pada definisi konseptual atau bagian dari definisi operasional dari suatu konsep utama yang memberikan gambaran sistem informasi tentang suatu
sistem sosial.
2.2 Kerangka Pemikiran
Implementasi program Corporate Social Responsibility CSR yang dilakukan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berupa keterlibatan pihak perusahaan secara
langsung dalam upaya pengembangan masyarakat sekitar dengan membentuk suatu proyek atau program yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri berkaitan dengan tiga
dasar utama kepentingan Triple Bottom Lines, yakni memelihara lingkungan, memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, dan menjaga pertumbuhan perusahaan.
Dalam pelaksanaan program-program CSR PT. Indocement mengacu pada kegiatan yang terkelompok dalam kerangka Lima Pilar The Five Pilars yaitu pendidikan,
ekonomi, kesehatan, sosial, budaya, agama, dan olahraga, dan keamanan. Suatu tahapan dalam proses pelaksanaan program CSR PT Indocement terkait
langsung pada kebijakan PT Indocement itu sendiri sebagai landasan dan pedoman dalam pelaksanaan program atau proyek pada masyarakat di 12 desa binaan. Dalam
lingkup perusahaan sendiri terdiri dari motivasi dalam melakukan program CSR, aspek pengelolaan dimana akan diukur sejauh mana program tersebut tepat sasaran dan sesuai
dengan tujuan jangka waktu dan SDM yang terlibat dalam implementasi. Pada awalnya Departemen CSR membuat rancangan kerja tahunan yang akan
dilakukan pada satu tahun kedepan. Sebelum pihak Departemen CSR memutuskan