awalnya adalah dengan melakukan pemberitahuan kepada masyarakat di 12 desa binaan akan diadakannya pelatihan otomotif mekanik sepeda motor. Sosialisasi yang di
berikan oleh staf atau karyawan Departemen CSR PT Indocement merupakan proses penyampaian informasi kepada tokoh masyarakat, aparat pemerintahan, dan kader-keder
di 12 desa mengenai program pelatihan. Proses sosialisasi lain yang dilakukan oleh PT Indocement juga dilakukan
dengan pemberitahuan menggunakan surat undangan kepada pemuda atau remaja di sekitar atau lingkungan pabrik mengenai kesediaan untuk mengikuti pelatihan yang
sebelumnya sudah di beritahukan pada saat BILIKOM Bina Lingkungan Komunikasi yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Surat undangan diberikan kepada pemuda
disetiap desa setelah itu diseleksi di tiap desa dan setelah diseleksi hanya ada satu perwakilan dari tiap desanya yang akan mengikuti pelatihan di SMI Sekolah Magang
Indocement seperti yang dituturkan oleh Hermansyah salah satu montir di Bengkel Sepeda Motor Terpadu angkatan ke-II tahun 2008.
“iya neng, saya waktu itu dapet undangan dari indocement untuk pelatihan jadi montir, sebenernya banyak teman saya yang mau ikut tapi katanya
perwakilan dari desa cuma dua orang aja. Semua itu diputuskan oleh pihak perusahaan.”
Selain itu, bentuk sosialisasi lain yang sudah dilakukan oleh pihak Departemen CSR ialah dengan mengunjugi secara langsung ke masyarakat untuk memberikan
informasi yang rutin diadakan oleh koordinator dari tiap desa. Masyarakat di setiap desa juga melakukan sosialisasi dengan memberitahukan kepada tetangganya mengenai
informasi pelatihan mekanikotomotif.
6.2 Partisipasi Penerima Program 6.2.1 Partisipasi Tahap Perencanaan
Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan adalah keikutsertaan masyarakat dalam merencanakan dan membuat keputusan terhadap program yang akan dijalankan.
Pada tahap perencanaan yang dilihat adalah keterlibatan masyarakat, serta melihat keaktifan dalam rapat BILIKOM dengan aparat desa dan perwakilan dari Departemen
CSR PT Indocement. Keterlibatan partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan ini tidak hanya kehadiran saja akan tetapi kegiatan memberi usul atau pendapat dalam
rapat.
Pada tahap perencanaan ini pihak dari Departemen CSR sebelumnya sudah melakukan social mapping yang dilakukan pada tiap-tiap desa binaannya. Hal ini
dilakukan dalam lingkup kebupaten atau kawasan yang relatif luas melintasi wilayah operasional perusahaan. Selain itu juga, PT Indocement melakukan community mapping
dengan cara penjajagan kepada masyarakat yang berada dalam binaan atau wilayah operasional perusahaan. Menurut Sunim salah satu informan yang saya wawancarai
yang bekerja sebagai montir di bengkel mengatakan bahwa:
“duh neng, saya mah enggak tau masalah rencana tau sebelum bengkel ini ada, saya cuma tinggal terima dan ikut saja. Saya cuma tau bengkel ini dari
tetangga, banyak juga masyarakat sini yang enggak ikut rapat dan pertemuan dengan pihak indocement, yang datang mah cuma dari kantor
desa aja”.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan selah satu dari pengurus bengkel yang tidak mengetahui perencanaan dan alasan berdirinya bengkel yaitu Maya
selaku pengurus Bengkel Sepeda Motor Terpadu pada bidang administrasi
.
“neng, waktu saya tau ada bengkel ini juga dari para tetangga katanya indocement sedang membutuhkan karyawan kontrak yang ingin bekerja dan
ditempatkan di bengkel ini, jadi saya mah cuma tau kalau bengkel ini bantuan untuk masyarakat. saya tinggal bikin lamaran aja, eh ternyata diterima,
Alhamdulillah. Saya kurang paham masalah perencanaan dan sosialisasi yang dilakukan indocement”.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan untuk proyek bengkel terpadu ini masih rendah. Hal ini terlihat dari
pernyataan informan yang saya wawancarai, mereka menyatakan bahwa hanya segelintir orang yang turut serta dalam pelaksanaan BILIKOM untuk merumuskan dan
menentukan program atau proyek yang sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang terjadi di desa. Sebagian besar pihak yang mengukuti BILIKOM adalah pihak dari
Kantor Desa dan tokoh agama saja, hal ini terlihat dari informan yang saya temui tidak tahu dan tidak mengerti dalam perencanaan dan perumusan dalam proses Proyek
Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Masyarakat di Desa Bantarjati hanya menunggu saja keputusan program yang akan direalisasikan di Desa Bantarjati. Sebagian besar
masyarakat Desa Bantarjati sudah percaya dan setuju dengan perwalikan dari desa dalam rapat, seperti Kades, tokoh masyarakat dan tokoh agama.
6.2.2 Partisipasi Tahap Pelaksanaan
Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan adalah keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan Proyek Bengkel Terpadu sebagai upaya pengembangan masyarakat.
Partisipasi pada tahap pelaksanaan melihat keikutsertaan masyarakat dan peserta pelatihan dalam kegiatan training atau pelatihan sampai dengan terpilihnya menjadi
mekanik di Bengkel Sepeda Motor Terpadu sebagai salah satu proyek Bengkel Terpadu percontohan. Pada masa pelatihan peserta pelatihan dididik dalam membongkar dan
memasang kembali mesin motor, memperbaiki mesin yang rusak, dan melakukan perbaikan motor yang dilakukan pada tahun 2008 dan 2009 masing-masing selama satu
bulan. Jumlah peserta pelatihan pada tahun 2008 angkatan II diikuti sebanyak 12
peserta yang berasal dari 12 desa binaan yang bekerjasama dengan Sekolah Magang Indonesia SMI. Sedangkan pada tahun 2009 angkatan III diikuti oleh 22 peserta dan
termasuk 3 peserta angkatan ke-II untuk praktek langsung dan pemantapan keterampilan mengenai mesin motor. Dalam tahap pelaksanaan didukung oleh
penuturan Sunim sebagai salah satu montirdi bengkel: “oh iya neng saya senang sekali dipilih untuk ikut pelatihan motor dari
Indocement, apalagi setelah selesai ikut pelatihan saya dibolehkan untuk kerja di bengkel ini. Selain itu, saya juga diberi gaji walaupun
masih kontak. Saya yakin jika ada pelatihan lagi masih banyak teman saya di desa yang ingin ikut. Pengalaman saya selama di bengkel mah
asik asik aja soalnya pak Agus Kepala bengkel baik dan suka bercanda jadi kami semua juga kerjanya enak.”.
Partisipasi masyarakat akan pelatihan mesin sepeda motor sudah cukup baik, hal ini terlihat dari masih adanya peserta pelatihan mekanik yang tetap bekerja di bengkel
sampai saat ini dan melihat apresiasi masyarakat yang ikutserta dalam pelatihan dan pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Berdasarkan hasil wawancara
dengan peserta pelatihan montir bengkel memperkuat pernyataan tersebut, mereka mengaku senang dan termotivasi dengan diadakannya pelatihan montir dan didirikannya
bengkel. Setiap informan yang saya temui memiliki motivasi tertentu dalam mengikuti pelatihan. Jadi, pada tahap pelaksanaan bengkel ini sudah baik. Rencana jangka panjang
PT Indocement yaitu mendirikan bengkel motor plasma baru di desa binaan lainnya. Masyarakat sekitar juga banyak yang berpartisipasi dengan memperbaiki motornya dan
percaya dengan Bengkel Sepeda Motor terpadu. Hal ini dapat terlihat dari Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 terlihat pemasukan bengkel berasal dari masyarakat sekitar dan PT
Indocement yang menservice motornya. Hal ini senada dengan pengakuan dari Empuy selaku montir dari Bengkel Sepeda Motor Terpadu.
“
iya neng, motor yang datang kesini kebanyakan dari Indocement, tapi banyak juga seh yang datang dari masyarakat sini. Sebenarnya kenapa masyarakat
jarang perbaiki motornya disini karena onderdil yang dijual disini enggak sesuai sama motor masyarakat sini. Jadi, mereka banyak yang rela melakukan
perbaikan motornya di bengkel lain yang letaknya lebih jauh lagi dari sini.
” Kegitan lain yang dilakukan oleh para mekanik dan penjaga di bengkel adalah
setiap hari jumat melakukan pembersihan dan perapihan seluruh peralatan bengkel. Pengurus bengkel juga melakukan promosi kepada masyarakat sekitar dengan
memberikan brosur, pamflet, dan pemberian discon 10-20 untuk jasa perbaikan motor. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan bengkel dan melakukan
pendekatan dengan masyarakat sekitar dengan ebrdirinya bengkel ini. Pada pemilihan mekanik yang akan ditempatkan di Bengkel Sepeda Motor
Terpadu ditentukan dan dipilih dengan beberapa kriteria, yaitu berdasarkan kehadiran dalam kegiatan pelatihan, melihat minat dan motivasi peserta dalam pelatihan, dan
kemampuan atau keahlian dalam mengoperasikan sepeda motor. Semua itu, dilakukan oleh pihak pelatih dan pihak Departemen CSR Indocement. Secara keseluruhan pada
tahap pelaksanaan Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu, partisipasi masyarakat dan peserta pelatihan mekanik cukup tinggi. Hal ini terlihat dari antusias mereka
mengikuti pelatihan dan pastisipasi masyarakat sekitar dengan memperbaiki motornya. Tabel 3. Data Pelayanan Motor Sepeda Motor BMT Indocement, November 2009
Minggu Jumlah Pelayanan Berdasarkan Tipe Pelanggan
Indocement Umum
Total I
13 9
22
II 6
13 19
III
12 12
24
IV 2
7 9
V
1 2
3
Total 34
43 77
Sumber: Data Bengkel Sepeda Motor Terpadu Desa Bantarjati tahun 2009
6.2.3 Partisipasi Tahap Menikmati Hasil
Partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil adalah keikutsertaan masyarakat dalam menikmati hasil proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang
dilakukan oleh PT Indocement dan pihak masyarakat. Pada tahap menikmati hasil, peserta pelatihan, pihak perusahaan dan masyarakat lingkungan sekitar merasakan
manfaat dan kegunaan setelah dilakukannya pelatihan dan didirikannya bengkel sepeda motor di Desa Bantarjati.
Tingkat partisipasi masyarakat dan peserta pelatihan pada tahap menikmati hasil dilihat dari keterampilan yang didapat oleh peserta pelatihan Bengkel Sepeda Motor
Tepadu dan penerapan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar informan mekanik bengkel mengaku setelah mengikuti pelatihan atau training
mengenai otomotifmesin motor dan bekerja di bengkel, mereka mendapatkan banyak ilmu dan kemampuan dalam mengoperasikan dan memperbaikin mesin dan spare part
motor, kemudian mereka mendapatkan upah atau gaji tetap dengan bekerja di bengkel walupun masih pekerja kontakan. Hal senada juga diutarakan Empuy yang merupakan
salah satu montir di Bengkel Sepeda Motor Terpadu berasal dari Desa Hambalang yang letaknya cukup jauh dari Desa Bantarjati.
“neng, saya senang dapat diterima manjadi montir di bengkel ini, karena saya jadi memiliki perkerjaan. Saya juga senag bisa menginap disini
walaupun tidur cuma pakai tikar saja, karena jauh jika pulang kerumah yang berada di Desa Hambalang. Saya bisa merasakan manfaat dari adanya
bengkel ini”
Sedangkan menurut masyarakat setempat mengaku dengan berdirinya bengkel ini dapat menjadi lapangan pekerjaan yang baru, dan sebagai tempat pelatihan untuk
pemuda yang ingin belajar mengenai mesin motor. Selain itu, dengan adanya bengkel dapat menjadi alternative tempat perbaikan motor dengan letak yang berdekatan dengan
masyarakat. Menurut Bapak Yasin salah satu Masyarakat Desa Lulut mengatakan:
“Saya terbantu dengan adanya bengkel ini, karena saya tidak usah pergi jauh- jauh ke bengkel yang berada di pos 1 dekat gerbang indocement, karena letak
bengkel yang lumayan dekat dan saya juga menyayangkan biaya service yang cukup mahal di bengkel ini”
Pada tahap pelaksanaan bengkel ini pihak pengurus juga mengeluhkan jenis spare part yang dikirim oleh Indocement tiap dua bulan sekali tidak sesuai dengan
kebutuhan di bengkel kerena jenis dan merk motor yang berbeda. Oleh karena itu, untuk mengcukupi kebutuhan di bengkel pengurus bengkel harus membeli spare part yang
sesuai dengan jenis motor dan merk yang dibutuhkan. Secara keseluruhan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu memberikan
manfaat tidak hanya bagi mekanik dan pengurus bengkel, akan tetapi para masyarakat sekitar yang berada di sekitar bengkel juga merasakan manfaatnya. Tidak hanya
masyarakat sekitar, akan tetapi masyarakat dari desa lain juga dapat menikmati hasil dari diadakannya pelatihan dan didirikannya bengkel, seperti dari pernyataan Empuy
yang berasaldari Hambalang.
6.2.4 Partisipasi Tahap Evaluasi
Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi adalah keikutsertaan masyarakat dan peserta pelatihan dalam mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan dalam proyek
Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Partisipasi warga dilihat dari keikutsertaan mereka dalam mengikuti rapat dan pertemuan dengan pihak perusahaan dalam mengevaluasi
proyek. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan pihak masyarakat, peserta pelatihan
montir, dan pengurus bengkel mengeluhkan mereka tidak pernah diikutsertakan pada tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini hanya dilakukan oleh pihak karyawan Departemen
CSR dan pihak penanggung jawab atau koordinator bengkel terpadu. Jadi, pihak pengurus hanya membuat laporan bulaan mengenai pemasukan dan pengeluaran yang
terjadi di bengkel, setelah itu di laporkan kepada Bapak Dedi selaku penanggung jawab Bengkel. Kemudian beliau melakukan tahap evaluasi dengan Bapak Ayi, Bapak
Bambang, dan Ibu Via. Pernyataan dari Bapak Dedi selaku koordinator Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu mengatakan
“kegiatan evaluasi memang hanya dilakukan oleh pihak dari Departemen CSR saja. Pihak penanggung jawab proyek dalam hal ini saya meminta
laporan kerja di bengkel kepada Bapak Agus setelah itu saya dan Pa Bambang membuat suatu evaluation sheet mengenai pelaksanaan yang
telah terjadi. Kemudian kami merumuskan jadwal atau perencanaan baru lagi misalnya dengan pembuatan bengkel plasma baru”
Pihak pengurus bengkel juga mengeluhkan mengapa hasil evaluasi tidak diberitahuan kepada mereka, kerana mereka ingin melihat sampai sejauhmana manfaat
dan hasil yang dicapai, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Agus Hikmat selaku Kepala Bengkel:
“saya tidak tahu mengenai proses evaluasi tentang bengkel ini, saya hanya memberi laporan kepada bapak Bambang atau bapak Dedi tiap bulan atau
pada saat mereka mengunjungi bengkel”
Secara keseluruhan, pada tahap evaluasi partisipasi masyarakat, pengurus bengkel, dan para mekanik sangat rendah, terlihat dari proses evaluasi yang hanya
dilakukan oleh karyawan Departemen CSR PT Indocement. Hasil dari evaluasi tersebut juga tidak di publikasikan atau di informasikan kepada pengurus dan mekanik bengkel
yang secara langsung bekerja di bengkel.
6.2.5 Partisipasi Secara Keseluruhan
Desain evaluasi program menurut Carol TF dan Gibbon LM 1987 dalam Tayibnapis 2008 suatu desain adalah rencana yang menunjukan bila evaluasi
dilakukan dan dari siapa evaluasi dan informasi akan dikumpulkan selama proses evaluasi. Desain ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan
menurut organisasi yang teratur dan menurut evaluasi yang baik. Berdasarkan tingkatan partisipasi yang dikemukakan oleh Arsntein 1969
partisipasi masyarakat dalam keseluruhan pelaksanaan Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu ini termasuk pada tingkatan ke 5 yaitu penentraman atau peredaman
Placation, dimana
saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan
. Tangga ketiga, keempat, dan kelima dikategorikan sebagai tingkat “Tokenisme” yaitu tingkat
partisipasi masyarakat yang sarannya didengar dan diberikan kesempatan untuk berpendapat akan tetapi, mereka tidak memiliki kekuasaan untuk menjamin saran atau
pendapatnya akan diterima atau dipertimbangkan oleh PT Indocement sebagai pihak yang mengambil keputusan. Jika, partisipasi masyarakat dibatasi maka kecil
kemungkinannya ada perubahan dalam masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Gambar 9. Gambar Tangga Partisipasi oleh Arnstein 1969
Sumber: Serry R. Arnstein 1969
11
Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dari pihak pemerintah desa dan pihak perusahaan memiliki andil yang besar dalam pelaksanaan proyek bengkel ini.
Pihak masyarakat hanya segelintir orang yang dilibatkan dalam tahap ini. Masyarakat dianggap sebagai objek dalam pelaksanaan program CSR yang hanya melibatkan tokoh-
tokoh penting saja dalam rapat dan diskusi dengan pihak Departemen CSR. Pada tahap pelaksanaan partisipasi masyarakat hanya sekedar pihak yang menjalankan rencana dari
pihak perusahaan, akan tetapi masyarakat juga merasakan manfaat dan keuntungan dengan didirikannya bengkel ini. Alasan juga diperkuat pada tahap evaluasi yang tidak
melibatkan masyarakat dalam perbaikan dan rapat evaluasi hasil yang sudah dicapai bengkel. Secara keseluruhan, penggabungan metode penilaian berdasarkan observasi
partisipatif, data sekunder merupakan proses triangulasi untuk menjamin validitas data yang digunakan dalam penelitian sesuai yang di jelaskan BPMIGAS 2008.
11
Originally published as Arnstein, Sherry R. A Ladder of Citizen Participation, JAIP, Vol. 35, No. 4, July 1969, pp. 216-224. I do not claim any copyrights.
BAB VII PT INDOCEMENT DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT