1
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kulit adalah produk samping yang paling berharga dari industri pemotongan hewan. Sebagian besar kulit diolah menjadi kulit samak. Salah
satu produk kulit samak yang populer adalah kulit samoa chamois leather. Kulit samoa dapat digunakan sebagai lap pembersih kendaraan bermotor, alat-
alat optik, alat pengering handuk, filtrasi gasoline kualitas tinggi, alat pembungkus perhiasankristal dan masih banyak kegunaan lainnya.
Penyamakan kulit dapat dilakukan dengan berbagai bahan penyamak, bahan penyamak tersebut bisa berupa penyamak nabati, sintetis, mineral, dan
penyamak minyak Anonim,2008. Pada umumnya, penyamakan kulit dibedakan menjadi dua yaitu penyamakan kulit yang menggunakan krom
chrome-based leather tanning dan penyamakan dengan selain krom chrome-free leather tanning.
Krom adalah kontaminan terbesar dalam limbah pada proses penyamakan kulit. Dalam penyamakan kulit menggunakan krom, sejumlah
besar komponen krom dibuang ke lingkungan yang menghasilkan dampak yang signifikan terhadap kerusakan lingkungan biologi dan ekologi Shanker,
2009. Oleh karena itulah, industri secara perlahan mulai mengurangi penggunaan krom sebagai bahan penyamak. Penyamakan kulit yang bebas
krom lebih ramah lingkungan baik dari segi proses produksi maupun produk yang dihasilkannya. Kulit samak yang bebas krom juga dianggap lebih unggul
dipasaran industri otomotif Eropa Liu, 2007.Penggunaan produk kulit samak yang bebas krom mulai digalakkan terutama untuk tujuan-tujuan khusus
seperti produk perawatan kesehatan, produk yang berhubungan dengan anak- anak dan sebagainya Liu, 2007
Salah satu bahan penyamak selain krom yang sering digunakan dalam proses pretanning kulit adalah aldehida seperti misalnya adalah Relugan GT
50. Relugan GT 50 adalah produk BASF. Angka 50 menunjukkan konsentrasi dari glutaraldehida tersebut. Bahan penyamak ini dapat digunakan untuk
segala jenis kulit sebagai bahan penyamak tunggal ataupun kombinasi,
2 mempunyai karakteristik penyebaran lemak yang sangat luas, menghasilkan
kulit samak yang halus, berwarna kekuningan, mempunyai permeabilitas udara dan daya tahan yang baik BASF, 2009, sehingga sangat cocok
digunakan untuk proses pembuatan kulit samoa. Saat ini, kulit samoa banyak diproduksi dengan menggunakan minyak
ikan sebagai bahan baku utama dalam proses penyamakan. Beberapa jenis minyak ikan yang biasa digunakan adalah minyak ikan cod, sardine, herring,
dan hiu Krishnan et al., 2005a. Akan tetapi, penyamakan dengan menggunakan minyak ikan memiliki beberapa kekurangan seperti
ketidakseragaman akibat keragaman dalam distribusi dan bau yang berhubungan dengan minyak ikan, selain itu harga minyak ikan juga cukup
mahal. Minyak biji karet diduga dapat digunakan sebagai bahan penyamak
untuk memproduksi kulit samoa chamois leather, karena minyak biji karet memiliki nilai bilangan iod yang tinggi yaitu lebih dari 120. Bilangan iod ini
merupakan karakteristik utama minyak yang dapat digunakan untuk penyamak kulit Suparno, 2006. Namun demikian biji karet sedikit
terkendala musim, karena tanaman karet hanya berbuah pada musim- musim tertentu.
Dalam industri pemrosesan lateks, biji karet tidak secara intensif dikumpulkan untuk tujuan komersial. Total perkebunan karet di Indonesia
mencapai 3 juta hektar lebih, terluas didunia. Sayangnya lahan karet yang luas tidak
diimbangi dengan
pengolahan yang
memadai akibatnya
prtoduktifitasnya menjadi rendah Zuhra, 2006. Melihat kegunaan serta pemanfaatannya, minyak biji karet mempunyai peluang yang cukup potensial
untuk dikembangkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka menarik untuk dilakukan penelitian terhadap pengaruh persentase bahan pretanning Relugan
GT 50 dalam proses penyamakan kulit samoa.
B. TUJUAN