TUJUAN Tanaman Karet Pengaruh Jumlah Bahan Pretanning dan Minyak Biji Karet (Hevea brasiliensis) Terhadap Mutu Kulit Samoa. Di
2 mempunyai karakteristik penyebaran lemak yang sangat luas, menghasilkan
kulit samak yang halus, berwarna kekuningan, mempunyai permeabilitas udara dan daya tahan yang baik BASF, 2009, sehingga sangat cocok
digunakan untuk proses pembuatan kulit samoa. Saat ini, kulit samoa banyak diproduksi dengan menggunakan minyak
ikan sebagai bahan baku utama dalam proses penyamakan. Beberapa jenis minyak ikan yang biasa digunakan adalah minyak ikan cod, sardine, herring,
dan hiu Krishnan et al., 2005a. Akan tetapi, penyamakan dengan menggunakan minyak ikan memiliki beberapa kekurangan seperti
ketidakseragaman akibat keragaman dalam distribusi dan bau yang berhubungan dengan minyak ikan, selain itu harga minyak ikan juga cukup
mahal. Minyak biji karet diduga dapat digunakan sebagai bahan penyamak
untuk memproduksi kulit samoa chamois leather, karena minyak biji karet memiliki nilai bilangan iod yang tinggi yaitu lebih dari 120. Bilangan iod ini
merupakan karakteristik utama minyak yang dapat digunakan untuk penyamak kulit Suparno, 2006. Namun demikian biji karet sedikit
terkendala musim, karena tanaman karet hanya berbuah pada musim- musim tertentu.
Dalam industri pemrosesan lateks, biji karet tidak secara intensif dikumpulkan untuk tujuan komersial. Total perkebunan karet di Indonesia
mencapai 3 juta hektar lebih, terluas didunia. Sayangnya lahan karet yang luas tidak
diimbangi dengan
pengolahan yang
memadai akibatnya
prtoduktifitasnya menjadi rendah Zuhra, 2006. Melihat kegunaan serta pemanfaatannya, minyak biji karet mempunyai peluang yang cukup potensial
untuk dikembangkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka menarik untuk dilakukan penelitian terhadap pengaruh persentase bahan pretanning Relugan
GT 50 dalam proses penyamakan kulit samoa.