Kemuluran Putus Elongation at Break

38 50 100 150 200 E long a si put us 1.5 3 4.5 Konsentrasi Relugan GT 50 kons entra s i Mi nya k 10 kons entra s i Mi nya k 20 kons entra s i Mi nya k 30 Seperti terlihat pada Gambar 11 di atas, pada lokasi pengambilan sampel arah jaringan serat kolagen menuju ke arah perpendicularke arah perut sehingga sejajar dengan arah pengukuran kekuatan tarik. Akan lebih susah memutuskan serat kolagen, jika dibandingkan dengan memutuskan ikatan antar serat kolagen, sehingga nilai kekuatan tarik pada arah perpendicular lebih besar jika dibandingkan dengan arah paralel.

3. Kemuluran Putus Elongation at Break

Tingkat kemuluran putus merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan mutu kulit samoa. Tingkat kemuluran putus menunjukkan nilai elastisitas kulit samoa. Kulit samak yang mempunyai tingkat kemuluran putus tinggi memungkinkan kulit tersebut untuk tidak mudah sobek pada saat digunakan, dibersihkan dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan nilai elongasi putus kulit samoa untuk sampel kulit perpendicular berada pada kisaran 140- 210. Nilai kemuluran putus tertinggi terdapat pada perlakuan dengan persentase Relugan GT 50 sebesar 3,0 dan persentase minyak 30, sedangkan nilai kemuluran putus yang paling rendah terdapat pada perlakuan persentase Relugan GT 50 sebesar 1,5 dan persentase minyak 20 Gambar12a. Gambar 12a. Histogram hubungan antara persentase Relugan GT 50, persentase minyak dan elongasi putus sampel perpendicular. 39 50 100 150 200 E long a si put us 1.5 3 4.5 Konsentrasi Relugan GT 50 kons entra s i Mi nya k 10 kons entra s i Mi nya k 20 kons entra s i Mi nya k 30 Pada sampel arah paralel, nilai kemuluran putus berkisar antara 64-94 Gambar12b. Kemuluran putus sampel paralel, nilai tertinggi terdapat pada perlakuan persentase Relugan GT 50 sebesar 3,0 dan persentase minyak 20, sedangkan nilai kemuluran putus yang paling rendah terdapat pada perlakuan persentase Relugan GT 50 sebesar 4,5 dan persentase minyak 10. Gambar 12b. Histogram hubungan antara persentase Relugan GT 50, persentase minyak dan elongasi putus sampel paralel. Secara keseluruhan nilai kemuluran putus pada sampel perpendicular dan paralel bila dirata-ratakan berada pada kisaran 103-148 Gambar12c. Nilai kekuatan tarik tertinggi terdapat pada perlakuan dengan persentase Relugan GT 50 sebesar 3,0 dan persentase minyak 30, sedangkan nilai kemuluran putus terendah terdapat pada perlakuan dengan persentase Relugan GT 50 sebesar 1,5 dan persentase minyak 20. 40 50 100 150 200 E long a si put us 1.5 3 4.5 Konsentrasi Relugan GT 50 kons entra s i Mi nya k 10 kons entra s i Mi nya k 20 kons entra s i Mi nya k 30 Bila dilihat secara keseluruhan, nilai kemuluran putus berada di atas batas minimal SNI BSN, 1990 yaitu diatas 50, dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai kemuluran putus kulit samoa minyak ikan yang bernilai sekitar 91 Suparno et al., 2009. Keterangan : : Kulit samoa minyak ikan : Standar Nasional Indonesia SNI 06-1752-1990 Gambar 12c. Histogram hubungan antara persentase Relugan GT 50, persentase minyak dan elongasi putus sampel rata-rata perpendicular dan paralel Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor persentase Relugan GT 50 dan persentase minyak biji karet tidak berpengaruh terhadap elogasi rata-rata sampel perpendicular dan parallel. Begitu juga dengan interaksi keduanya. Besar kecilnya kemuluran putus kulit samak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kulit yang tersamak dengan baik akan memiliki nilai elastisitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kulit yang kurang tersamak. Proses penyamakan minyak terjadi ketika minyak berpenetrasi ke dalam kulit dan mengalami proses oksidasi yang mengakibatkan terjadinya ikatan antara minyak dan protein kolagen pada kulit. Secara keseluruhan nilai kemuluran putus pada arah perpendicular juga lebih besar jika dibandingkan dengan dengan arah paralel. Kemuluran putus kulit samak sangat dipengaruhi oleh serat kolagen seperti factor- faktor yang mempengaruhi kekuatan tarik dan sobek. 41 25 50 75 100 K e k ua ta n S obe k N m m 1.5 3 4.5 Konsentrasi Relugan GT 50 kons entra s i Mi nya k 10 kons entra s i Mi nya k 20 kons entra s i Mi nya k 30

4. Kekuatan Sobek Tear Strength

Dokumen yang terkait

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Pada Komposisi Media Dan Genotipe Berbeda

0 43 86

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Peningkatan Mutu Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) dengan Bahan Pengawet Alami dari Beberapa Jenis Kulit Kayu

2 55 78

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muall, Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora casiicola Berk & Curt.) di Lapangan

0 34 64

Respon Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Dan Pemberian Air Kelapa

2 37 54

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muel. Arg.) Terhadap 3 Isolat Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Sacc.) Di Laboratorium

0 48 59

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Laboratorium

0 30 53