Kekuatan Tarik Tensile Strength

34 5 10 15 20 25 30 K e k ua ta n T a ri k N m m 2 1.5 3 4.5 Konsentrasi Relugan GT 50 kons entra s i Mi nya k 10 kons entra s i Mi nya k 20 kons entra s i Mi nya k 30 mudah sesuai dengan keinginan pada waktu pembuatan kulit samoa. Pada proses shaving selain bertujuan untuk menghilangkan bagian rajah grain kulit serta daging flash, kegiatan ini juga dapat mengatur ketebalan kulit sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu pada proses buffing selain bertujuan untuk menghaluskan kulit samak, pada proses ini juga dapat mengatur ketebalan kulit. Ketebalan kulit awal dapat berbeda-beda menurut umur, jenis kelamin, dan tebal tipisnya bulu hewan. Semakin tua hewannya, makin tebal bulunya dan makin tipis, lapisan papilarisnya Purnomo, 1985.

2. Kekuatan Tarik Tensile Strength

Berdasarkan data hasil penelitian, nilai kekuatan tarik sampel perpendicular berkisar antara 22,63-28,13 Nmm 2 . Nilai kekuatan tarik tertinggi terdapat pada perlak uan dengan persentase Relugan GT 50 sebesar 3,0 dan persentase minyak sebesar 30, sedangkan nilai kekuatan tarik terendah terdapat pada perlakuan persentase Relugan GT 50 sebesar 4,5 dan persentase minyak sebesar 10 Gambar 9a Gambar 9a. Histogram hubungan antara persentase Relugan GT 50, persentase minyak dan kekuatan tarik perpendicular. Pada sampel paralel, nilai kekuatan tarik berada pada kisaran 13,11-16,71 Nmm 2 . Nilai kekuatan tarik tertinggi terdapat pada perlakuan dengan persentase Relugan GT 50 sebesar 1,5 dan 35 5 10 15 20 25 30 K e k ua ta n T a ri k N m m 2 1.5 3 4.5 Konsentrasi Relugan GT 50 kons entra s i Mi nya k 10 kons entra s i Mi nya k 20 kons entra s i Mi nya k 30 5 10 15 20 25 30 K e k ua ta n T a ri k N m m 2 1.5 3 4.5 Konsentrasi Relugan GT 50 kons entra s i Mi nya k 10 kons entra s i Mi nya k 20 kons entra s i Mi nya k 30 persentase minyak sebesar 10, sedangkan nilai kekuatan terendah terdapat pada perlakuan dengan persentase Relugan GT 50 sebesar 3,0 dan persentase minyak sebesar 10.Gambar 9b. Gambar 9b. Histogram hubungan antara persentase Relugan GT 50, persentase minyak dan kekuatan tarik paralel. Jika dirata-ratakan nilai kekuatan tarik pada sampel perpendicular dan paralel berkisar antara 18,90-22,84 Nmm 2 Gambar 9c. Nilai kekuatan tarik tertinggi terdapat pada perlakuan dengan persentase Relugan GT 50 sebesar 3,0 dan persentase minyak sebesar 30, sedangkan nilai kekuatan tarik terendah terdapat pada perlakuan dengan persentase Relugan GT 50 sebesar 3,0 dan persentase minyak sebesar 10. Keterangan : : Kulit samoa minyak ikan : Standar Nasional Indonesia SNI 06-1752-1990 Gambar 9c. Histogram hubungan antara persentase Relugan GT 50, persentase minyak dan kekuatan tarik rata-rata perpendicular dan paralel. 36 Secara keseluruhan nilai kekuatan tarik tersebut sudah memenuhi SNI BSN, 1990 yaitu minimal 7,5 Nmm. Namun, nilai kekuatan tarik tersebut sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai kekuatan tarik kulit samoa minyak ikan yang bernilai sekitar 23,1 Nmm 2 Suparno et al., 2009. Hasil analisis ragam pada pengujian kekuatan tarik rata-rata perpendicular dan paralel seluruh perlakuan menujukkan bahwa faktor bahan pretanning Relugan GT 50 dan persentase minyak biji karet tidak berpengaruh terhadap kekuatan tarik kulit samoa yang dihasilkan, begitu juga dengan interaksi keduanya. Besar kecilnya kekuatan tarik dipengaruhi oleh berbagai faktor, menurut Haines 1975 sudut yang kecil antara jalinan serat- serat kolagen terhadap permukaan grain kulit memungkinkan gaya tarik dapat didistribusikan lebih menyebar ke seluruh sumbu jalinan serat, sehingga kekuatan tarik kulit menjadi lebih besar. Sudut yang kecil juga memungkinkan adanya lebih banyak jalinan serat-serat kolagen jika dibandingkan dengan sudut yang lebih besar pada kulit samak dengan ketebalan yang sama. Oleh karena itulah nilai kekuatan tarik menjadi semakin besar. Tingginya nilai kekuatan tarik kulit juga dipengaruhi oleh tingginya komposisi protein serat di dalam kulit Kanagy, 1977 Sebaliknya, m enurut O’Flaherty dan Lollar 1960 bahwa kulit yang tipis mempunyai serat kolagen yang longgar sehingga mempunyai daya regang dan kekuatan tarik yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kulit yang lebih tebal. Pada industri nilai kekuatan tarik yang ini bisa di antisipasi dengan mengatur ketebalan kulit, jika diinginkan kekuatan tarik yang lebih besar maka bisa dengan memotong kulit yang lebih tebal, begitu juga sebaliknya. 37 Gambaran yang lebih jelas tentang serat kolagen dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Penampang kulit samak secara vertikal Dempsey, 1974. Jika dilihat pada grafik, secara garis besar nilai kekuatan tarik pada sampel perpendicular memiliki nilai yang lebih besar jika dibandingkan pada arah paralel. Menurut Haines 1975, kekuatan tarik sangat dipengaruhi oleh arah jalinan serat. Kekuatan tarik yang lebih besar diberikan oleh jalinan serat yang sejajar dengan arah tarikan dan begitu pula sebaliknya. Arah jalinan serat kolagen tidak hanya dipengaruhi oleh ketebalan kulit, tetapi juga dipengaruhi olah lokasinya pada kulit tersebut. Gambar 11. Arah jaringan serat kolagen pada kulit Haines, 1975. Lokasi pengambilan sampel 38 50 100 150 200 E long a si put us 1.5 3 4.5 Konsentrasi Relugan GT 50 kons entra s i Mi nya k 10 kons entra s i Mi nya k 20 kons entra s i Mi nya k 30 Seperti terlihat pada Gambar 11 di atas, pada lokasi pengambilan sampel arah jaringan serat kolagen menuju ke arah perpendicularke arah perut sehingga sejajar dengan arah pengukuran kekuatan tarik. Akan lebih susah memutuskan serat kolagen, jika dibandingkan dengan memutuskan ikatan antar serat kolagen, sehingga nilai kekuatan tarik pada arah perpendicular lebih besar jika dibandingkan dengan arah paralel.

3. Kemuluran Putus Elongation at Break

Dokumen yang terkait

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Pada Komposisi Media Dan Genotipe Berbeda

0 43 86

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Peningkatan Mutu Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) dengan Bahan Pengawet Alami dari Beberapa Jenis Kulit Kayu

2 55 78

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muall, Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora casiicola Berk & Curt.) di Lapangan

0 34 64

Respon Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Dan Pemberian Air Kelapa

2 37 54

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muel. Arg.) Terhadap 3 Isolat Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Sacc.) Di Laboratorium

0 48 59

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Laboratorium

0 30 53