Latar Belakang The Role of Investment towards Poverty Alleviation in Lampung Province
2
Sumber: BPS, 2012 Gambar 1 Pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan Indonesia tahun 2002-
2011 Berdasarkan data BPS melalui situs resminya, sebagian besar kemiskinan
terjadi di wilayah perdesaan. Pada tahun 2011, sebanyak 63,20 persen penduduk miskin di Indonesia tinggal di perdesaan lihat Gambar 2. Menurut penelitian
Warr 2006 terhadap perekonomian negara-negara ASEAN dan salah satunya Indonesia, besarnya jumlah penduduk miskin di perdesaan menyebabkan
pengurangan kemiskinan pada wilayah ini menjadi kontributor terbesar dalam pengurangan kemiskinan tingkat nasional. Dao 2009 menyatakan bahwa 75
persen penduduk miskin di negara berkembang, tinggal di perdesaan dan mata pencaharian mereka secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan
pertanian. Dengan sebagian besar masyarakat perdesaan mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian utama, maka pengurangan kemiskinan dapat dilakukan
dengan menciptakan pertumbuhan output pada sektor pertanian. Menurut Timmer 2002 mekanisme yang menghubungkan pertumbuhan
sektor pertanian terhadap pengentasan kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Pertumbuhan pertanian akan meningkatkan secara langsung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi diharapkan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 2011
Pertumbuhan Ekonomi Tingkat Kemiskinan
3
2. Pertanian menciptakan pertumbuhan ekonomi yang pro poor jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi yang diakibatkan sektor lain seperti
industri dan jasa. 3. Pertumbuhan sektor pertanian secara langsung mengentaskan kemiskinan.
Pertumbuhan sektor pertanian akan menjamin tersedianya bahan makanan yang murah. Harga yang murah akan membuat bahan makanan lebih
mudah diakses dan dikonsumsi oleh masyarakat miskin. Masyarakat miskin yang tercukupi gizinya dapat bekerja dan meningkatkan
kesejahteraan keluarganya.
Sumber: BPS, 2012 Gambar 2 Jumlah penduduk miskin Indonesia menurut di wilayah desa dan kota
tahun 2007-2011 Provinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki potensi besar dalam
perekonomian terutama pada sektor pertanian. Kontribusi Lampung dalam perekonomian nasional dan internasional sudah terbukti. Untuk sektor pertanian
pada sub sektor tanaman pangan, komoditi padi, jagung dan ubi kayu produksi Lampung selalu menjadi unggulan. Berdasarkan Angka Tetap ATAP
2
produksi padi dan palawija nasional, pada tahun 2010 produksi ubi kayu Lampung
merupakan yang terbesar di Indonesia mencapai 8,6 juta ton. Produksi padi Lampung mencapai 2,8 juta ton yang merupakan produksi terbanyak ke tiga se-
Sumatera. Sedangkan produksi jagung sebanyak 2,1 juta ton merupakan nilai
2
Angka Tetap padi dan palawija didasari oleh hasil Survei Pertanian SP yang diselenggarakan bersama-sama oleh Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan BPS BPS Provinsi
Lampung, 2011c, 2011d. 5.000
10.000 15.000
20.000 25.000
30.000 35.000
40.000
2007 2008
2009 2010
2011 Kota
Desa ribu orang
4
produksi terbanyak se-Sumatera dan secara nasional berada pada urutan ke tiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah lihat Lampiran 1. Pada subsektor
perkebunan, Lampung mampu menghasilkan kopi robusta, lada hitam, dan kelapa terbanyak di Indonesia. Pada subsektor perikanan, Lampung adalah pengekspor
utama udang dari Indonesia dengan negara tujuan Amerika dan Jepang
3
. Salah satu sektor yang juga menjadi unggulan adalah sektor industri terutama
yang berhubungan dengan pertanian. Provinsi Lampung diketahui sebagai salah satu penyedia gula secara nasional. Produksi gula Lampung mampu memasok 35
persen produksi gula nasional.
4
Selain gula, komoditi yang menjadi andalan adalah nanas kaleng dan tepung jagung. Produksi nanas kaleng asal Lampung
telah mampu memenuhi 26 persen kebutuhan dunia dengan wilayah tujuan ekspor utama adalah Amerika dan Eropa
5
, sedangkan 60 persen produksi tepung jagung Indonesia berasal dari Lampung.
Jika memperhitungkan andil per sektor dalam pertumbuhan ekonomi, maka andil sektor pertanian dan industri pengolahan adalah yang paling besar di
Provinsi Lampung. Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Provinsi Lampung tahun 2010, andil sektor pertanian sebesar 36,98 persen
sedangkan sektor industri 16,00 persen BPS Provinsi Lampung, 2012a. Nilai sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Lampung sebesar 39.671,28 milyar
Rupiah dan sektor industri 17.166,73 milyar Rupiah. Seiring dengan besarnya andil sektor pertanian dalam perekonomian, banyaknya tenaga kerja yang terserap
pada sektor pertanian adalah yang terbesar yaitu 56,48 persen
6
. Dengan jumlah penduduk terbanyak ke dua di pulau Sumatera, PDRB atas
dasar harga berlaku Provinsi Lampung pada tahun 2010 sebesar 107.277,26 milyar Rupiah. Jika dibandingkan dengan nilai konstannya, Lampung mengalami
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,75 persen dari tahun 2009 BPS Provinsi Lampung, 2012a. Secara rata-rata, pertumbuhan ekonomi Lampung selama tahun
2006-2010 sebesar 5,44 persen berada lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan
3
www.antaranews.com , 8 Juni 2007, “Peluang Investasi di Tengah Kemiskinan Lampung”
4
www.radarLampung.co.id ., 2 Februari
2011, “Gula Lampung Tuai Pujian”
5
www.pemprovLampung.go.id . 10 September 2011, “Pembangunan Jangka Panjang”.
6
Hasil pengolahan Survei Angkatan Kerja Nasional SAKERNAS tahun 2010.
5
ekonomi Sumatera yaitu 4,84 persen dan berada pada urutan ke enam dari sepuluh provinsi yang terdapat di pulau Sumatera Gambar 3.
Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2011b Gambar 3 Pertumbuhan ekonomi dan persentase penduduk miskin provinsi-
provinsi di Sumatera Tahun 2010 Namun di balik gemilangnya prestasi perekonomian Lampung pada
berbagai sektor tersebut, Lampung selalu menjadi salah satu provinsi miskin di Indonesia. Lampung menjadi provinsi termiskin ke sembilan se-Indonesia dan
termiskin ke tiga se-Sumatera di tahun 2011 Tabel 1. Peringkat kemiskinan ini telah mengalami penurunan karena pada tahun sebelumnya Lampung berada pada
posisi ke delapan se-Indonesia dan pada peringkat ke dua se-Sumatera, satu peringkat di bawah Nangroe Aceh Darussalam. Pertanian yang menjadi andalan
utama pendapatan Provinsi Lampung ternyata tidak mampu mengangkat masyarakatnya dari jebakan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah multidimensional yang menjadi sebab dan akibat bagi berbagai masalah lain. Salah satu sebab sekaligus akibat dari
kemiskinan adalah rendahnya kualitas manusia. Dengan kualitas manusia yang rendah, masyarakat miskin tidak dapat berkompetisi untuk memasuki lapangan
kerja yang semakin terbatas dan membutuhkan kualifikasi tinggi. Mereka terpaksa menganggur atau bekerja dengan upah yang rendah sehingga pendapatannya tidak
dapat mencukupi kebutuhan dasarnya. Pendapatan yang terbatas pada akhirnya
2,64 6,35
5,93 4,17
7,31 5,43
6,02 5,75
5,85 7,21
20,98
11,31 9,50
8,65 8,34
15,47 18,30
18,94
6,51 8,05
5 10
15 20
25
Pertumbuhan Ekonomi Persentase Penduduk Miskin
6
akan membawa dampak buruknya kesehatan dan gizi yang kemudian berpengaruh pada rendahnya daya tahan fisik dan daya pikir sehingga dapat mengurangi
prakarsa dan insiatif. Masyarakat miskin akan sulit mengubah keadaannya menjadi lebih baik tanpa adanya bantuan dari pihak lain.
Tabel 1 Sepuluh provinsi termiskin di Indonesia tahun 2011
Rank Propinsi
Persentase Penduduk Miskin persen Kota
Desa Kota+Desa
1 Papua
4,60 41,58
31,98 2
Papua Barat 6,05
39,56 31,92
3 Maluku
10,24 30,54
23,00 4
Nusa Tenggara Timur 12,50
23,36 21,23
5 Nusa Tenggara Barat
23,67 16,90
19,73 6
Nangroe Aceh Darussalam 13,69
21,87 19,57
7 Gorontalo
5,37 25,65
18,75 8
Bengkulu 17,74
17,39 17,50
9 Lampung
12,27 18,54
16,93
10 DI Yogyakarta
13,16 21,82
16,08
Indonesia 9,23
15,72 12,49
Sumber: BPS, 2012 Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan salah satu ukuran agregat
yang menggambarkan kesejahteraan tidak hanya dari dimensi pendapatan namun juga non pendapatan Ferreira dan Ravallion, 2008. Komponen penyusun IPM
adalah ukuran-ukuran berbagai kondisi kehidupan penduduk, terutama yang menyangkut kebutuhan dasar. IPM menggambarkan tingkat kesehatan penduduk
yang direpresentasikan melalui Angka Harapan Hidup, perkembangan dan kemajuan sosial yang ditunjukkan melalui Angka Melek Huruf dan Rata-rata
Lama Sekolah, serta kemampuan ekonomi penduduk yang diukur dengan Pengeluaran Riil per Kapita BPS Provinsi Lampung, 2010. IPM Provinsi
Lampung adalah yang terendah di Sumatera lihat Tabel 2. IPM Lampung mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 68,80 menjadi 71,42 pada tahun
2010. Meskipun menunjukkan adanya peningkatan nilai indeks dari tahun ke tahun, namun IPM Lampung selalu menjadi yang terendah se-Sumatera. Bahkan
dalam peringkat secara nasional, mengalami penurunan peringkat dari peringkat ke-19 pada tahun 2004 menjadi peringkat ke-21 dari 33 provinsi di Indonesia pada
tahun 2010. Penurunan peringkat bukan berarti pembangunan manusia di
7
Lampung mengalami penurunan, tetapi dapat disebabkan oleh kegiatan pembangunan manusia di provinsi-provinsi lain terjadi dengan tingkat percepatan
yang lebih tinggi daripada di Lampung. Lampung tertinggal dari provinsi lain dalam pembangunan manusia.
Tabel 2 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi di Sumatera
Provinsi 2007
2008 2009
2010
Nangroe Aceh Darussalam 70,35
70,76 71,31
71,70 Sumatera Utara
72,78 73,29
73,80 74,19
Sumatera Barat 72,23
72,96 73,44
73,78 Riau
74,63 75,09
75,60 76,07
Jambi 71,46
71,99 72,45
72,74 Sumatera Selatan
71,40 72,05
72,61 72,95
Bengkulu 71,57
72,14 72,55
72,92
Lampung 69,78
70,30 70,93
71,42
Bangka Belitung 71,62
72,19 72,55
72,86 Kepulauan Riau
73,68 74,18
74,54 75,07
Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2011b Investasi terutama pada modal manusia diperlukan dalam perekonomian
Provinsi Lampung untuk mengejar ketertinggalannya dari provinsi-provinsi lain. Investasi akan menambah stok kapital yang pada akhirnya akan meningkatkan
produktivitas dan kapasitas produksi. Pemerintah Indonesia melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional BAPPENAS menyatakan bahwa
Indonesia membutuhkan investasi dengan pertumbuhan 11,5 persen dari tahun 2011 agar dapat mengentaskan kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja di
tahun 2012.
7
Investasi dalam bentuk Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB
8
memiliki pangsa share yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi Lampung. PMTB memiliki pangsa terbesar ke dua setelah konsumsi rumah tangga
terhadap total output yaitu sebesar 17,31 persen pada tahun 2010 Tabel 3.
7
http:finance.detik.com . 3 Januari 2012, “Tekan Kemiskinan dan Pengangguran, RI Kejar
Investasi tumbuh 11,5 persen”
8
PMTB merupakan bagian dari investasi fisik secara keseluruhan. PMTB didefinisikan sebagai pengadaan, pembuatan, pembelian barang modal dikurangi dengan penjualan neto barang modal
bekas.
8
Selama periode 2007-2011 besaran PMTB mengalami peningkatan dari 5,3 trilliun Rupiah di tahun 2007 menjadi 6,75 trilliun di tahun 2011. Rata-rata laju
pertumbuhan PMTB dalam kurun waktu 2007-2011 adalah 6,07 persen per tahun.Pertumbuhan investasi tersebut masih dibawah target nasional yaitu 11,5
persen, namun jika dilihat melalui rasio antara investasi terhadap outputnya ICOR, nilai ICOR Provinsi Lampung menunjukkan angka yang semakin kecil.
Hal tersebut selain menunjukkan bahwa investasi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi namun juga menunjukkan bahwa investasi Provinsi
Lampung semakin efisien. Provinsi Lampung membutuhkan investasi yang lebih sedikit untuk meningkatkan output. Jika pada tahun 2008 untuk menghasilkan satu
satuan output dibutuhkan 3,18 satuan investasi maka di tahun 2011 hanya membutuhkan 2,75 satuan investasi.
Tabel 3 Pembentukan modal tetap domestik bruto Provinsi Lampung tahun
2007-2011
Rincian 2007
2008 2009
2010 2011
PDRB Trilliun Rp a. adh berlaku
b. adh konstan Laju pertumbuhan
Kontribusi terhadap PDRB ICOR
10,13 5,30
5,32 16,62
2,89 13,55
5,55 4,82
18,38 3,18
16,30 5,77
3,82 18,33
3,18 18,76
6,18 7,08
17,31 2,91
22,13 6,75
9,30 17,23
2,75
Keterangan: angka sementara, angka sangat sementara Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2012b