Pertumbuhan Ekonomi The Role of Investment towards Poverty Alleviation in Lampung Province

56 Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah. Gambar 13 Pertumbuhan ekonomi dengan migas dan tanpa migas Provinsi Lampung tahun 2001-2011. Salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah investasi. Nilai realisasi investasi asing Provinsi Lampung terus mengalami peningkatan sejak tahun 2003, namun peningkatan ini berbalik arah menjadi penurunan di tahun 2007. Nilai realisasi investasi asing terus menurun hingga 2010. Jika di tahun 2007 investasi yang terealisasi sebesar 124 juta US, tahun 2010 hanya seperempatnya 30,71 juta US. Penurunan investasi tersebut diduga diakibatkan oleh terjadinya krisis ekonomi global, hal ini juga terjadi pada Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Lampung Gambar 14. Selama periode 2000-2010 investasi dalam negeri mengalami puncaknya pada tahun 2005 yaitu senilai lebih dari 1 triliun Rupiah. Namun nilai investasi ini terus menurun hingga hanya mencapai 163 Milyar Rupiah di tahun 2007. Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Gambar 14 Realisasi investasi PMA dan PMDN Provinsi Lampung tahun 2000- 2010. 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pertumbuhan ekonomi dengan Migas Pertumbuhan ekonomi tanpa Migas 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 PMDN PMA PMA ribu US PMDN Juta Rp. 57

4.3. Pembangunan Manusia

Secara umum pembangunan manusia di Provinsi Lampung mengalami peningkatan selama periode 1996-2010 Gambar 15. Perkecualian terjadi pada periode 1996-1999 dimana terjadi penurunan capaian pembangunan manusia. Pada periode 1996-1999 penurunan capaian IPM sebagai dampak dari memburuknya kondisi perekonomian Indonesia akibat krisis. Sebelum krisis, pada tahun 1996 IPM Provinsi Lampung mencapai 67,6 namun sejak krisis ekonomi pertengahan tahun 1997, IPM Lampung menurun hingga menjadi 63,0 pada tahun 1999. Setelah krisis ekonomi, capaian IPM Lampung meningkat kembali hingga menjadi 65,8 pada tahun 2002. Walau demikian, peningkatan ini belum dapat menyamai capaian IPM pada saat keadaan sebelum krisis ekonomi. Capaian yang lebih tinggi baru diperoleh di tahun 2004 ketika IPM mencapai 68,4. Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2011a Gambar 15 IPM Provinsi Lampung Tahun 1996-2010. Pola perkembangan IPM selama periode 1996-2010 menunjukkan adanya pengurangan jarak IPM terhadap nilai idealnya 100 yang direpresentasikan dengan ukuran reduksi shortfall BPS, 2008. Pada Gambar 16 reduksi shortfall pada tahun 1996-1999 bernilai minus 4,7. Hal ini berarti capaian IPM semakin menjauh dari nilai idealnya dan menunjukkan kualitas hidup penduduk pada periode tersebut memburuk. Kemudian pada periode 1999-2002 reduksi shortfall meningkat menjadi 2,52 namun kembali menurun hingga periode 2004-2005. Hal 60,00 62,00 64,00 66,00 68,00 70,00 72,00 1996 1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 67,60 63,00 65,80 68,40 68,85 69,38 69,78 70,30 70,93 71,42 58 ini menunjukkan bahwa meskipun kualitas hidup manusia semakin baik namun peningkatan kualitasnya melambat. Sumber: BPS, diolah Gambar 16 Perkembangan shortfall IPM Provinsi Lampung tahun 1996-2010. Secara umum, perkembangan IPM dari tahun ke tahun merupakan indikasi kinerja pembangunan manusia di suatu wilayah. Jika melihat capaian IPM menurut kabupatenkota, terlihat perbedaan yang signifikan antara wilayah kabupaten dengan kota. Kota Metro merupakan wilayah yang memiliki peringkat IPM tertinggi secara umum. IPM Kota Metro di tahun 2010 mencapai 76,25 dan diikuti oleh Kota Bandar Lampung yaitu 75,70. Sedangkan capaian IPM terendah berada di kabupaten Mesuji yang merupakan kabupaten pecahan dari Kabupaten Tulang Bawang yaitu sebesar 67,49. Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2011a Gambar 17 Indeks Pembangunan Manusia menurut kabupatenkota di Provinsi