25
2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia
Manusia adalah agen aktif bagi semua proses produksi. Namun manusia bukan hanya berfungsi sebagai barang modal yang digunakan untuk memproduksi
komoditas. Terlebih dari itu, manusia adalah tujuan akhir dan penerima manfaat dari seluruh proses produksi. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi merupakan hal
yang penting bagi pembangunan manusia. Pembangunan manusia membutuhkan investasi di pendidikan, kesehatan dan nutrisi. Hasilnya adalah masyarakat yang
lebih sehat dan terdidik secara ekonomis mampu lebih produktif UNDP, 1996. Menurut Ramirez et al. 2000 keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi
dengan pembangunan manusia tidak terjadi secara langsung. Rantai yang menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia terbagi
menjadi dua rantai yaitu dari pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan manusia dan sebaliknya dari pembangunan manusia terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memengaruhi pembangunan manusia terutama melalui rumah tangga dan pemerintah. Rumah tangga memengaruhi pembangunan
manusia melalui aktivitas dan pengeluarannya pada pembangunan manusia sedangkan pemerintah melalui berbagai kebijakan dan pengeluarannya. Pelaku
ekonomi lainnya yang dianggap cukup berperan adalah civil society seperti organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat.
Peran rumah tangga dalam pembangunan manusia adalah melalui bagaimana rumah tangga tersebut menggunakan pendapatannya. Pendapatan
rumah tangga digunakan untuk membeli makanan, obat-obatan, buku sekolah dan hal lain yang berguna untuk meningkatkan kemampuan. Jika dibandingkan
dengan rumah tangga yang memiliki pendapatan lebih tinggi, rumah tangga miskin membelanjakan proporsi pendapatan yang lebih besar untuk komoditas
pembangunan manusia. Hal serupa juga terjadi jika perempuan memiliki peran yang lebih besar dalam mengelola keuangan rumah tangga tersebut.
Jika pengeluaran dalam rumah tangga dikendalikan perempuan maka pola pengeluaran akan lebih besar dialokasikan pada input yang berhubungan dengan
pembangunan manusia seperti makanan dan pendidikan Ramirez, et al., 2000. Rae 1999 meneliti bahwa pendidikan perempuan berpengaruh kuat terhadap
pola konsumsi makanan dalam rumah tangga. Rumah tangga dengan perempuan
26
spouse berpendidikan lebih tinggi, mengkonsumsi makanan dengan pola gizi yang lebih seimbang. Sedangkan untuk konsumsi pendidikan, jika pengeluaran
dalam rumah tangga dikendalikan oleh perempuan maka tambahan pendapatan yang diperoleh rumah tangga akan dialokasikan untuk pendidikan anak-anak.
Penelitian serupa yang meneliti hubungan timbal balik antara kinerja ekonomi dengan pembangunan manusia juga dilakukan oleh Ali 2006.
Pembangunan manusia dalam penelitian ini hanya diindikasikan oleh variabel pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan simultan antara
pendidikan dengan kinerja ekonomi. Variabel penjelas pada persamaan pembangunan manusia yaitu kinerja perekonomian, belanja sektor pendidikan dan
distribusi pendapatan berpengaruh positif terhadap tingkat pendidikan penduduk. Sedangkan pada persamaan kinerja perekonomian, variabel tingkat pendidikan,
pengeluaran pemerintah, keterbukaan perekonomian dan investasi fisik berpengaruh positif terhadap kinerja perekonomian. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kinerja perekonomian berpengaruh secara positif terhadap tingkat pendidikan dan sebaliknya tingkat pendidikan berpengaruh secara positif terhadap
kinerja perekonomian. Menurut penelitian Priyanto 2011 pada perekonomian provinsi Banten,
faktor-faktor yang memengaruhi pembangunan Sumber Daya Manusia SDM adalah pendapatan PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan
dan kesehatan, pendidikan kepala rumah tangga dan jumlah penduduk yang sakit. Dimana pendidikan kepala rumah tangga merupakan faktor yang paling dominan
dalam meningkatkan pembangunan manusia di Banten. Stok modal manusia yang lebih tinggi, ditunjukkan dengan rasio antara
modal manusia dan modal fisik, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan modal manusia memungkinkan terjadinya penyerapan
teknologi dari negara yang lebih maju. Li dan Liang 2010 meneliti dampak investasi pada pendidikan dan kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi negara-
negara di Asia Timur
10
. Hasil yang diperoleh adalah investasi pada kesehatan memiliki dampak yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi jika
dibandingkan dengan investasi pada pendidikan. Variabel yang digunakan adalah
10
Cina, Hongkong, Indonesia, Korea, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan dan Thailand.
27
investasi pada pendidikan dasar dengan proksi rasio murid terhadap guru pada pendidikan dasar, stok pendidikan dengan proksi rata-rata lama sekolah, modal
kesehatan dengan proksi angka harapan hidup dan tingkat mortalitas dan variabel rasio investasi dengan proksi pangsa investasi terhadap PDB.
Pemerintah berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi, selain itu aktivitas pemerintah juga dapat menambah sumber daya bagi pembangunan manusia.
Kebijakan-kebijakan pemerintah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berpola pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan upah riil dan peningkatan
permintaan pasar pada modal manusia. Alokasi sumber daya untuk meningkatkan kualitas manusia merupakan fungsi dari pengeluaran pemerintah untuk sektor
publik dan bagaimana pengeluaran ini disalurkan. Indikator yang dapat digunakan adalah: rasio pengeluaran sektor publik proporsi pengeluaran pemerintah
terhadap PDRB, rasio alokasi pembangunan manusia proporsi pengeluaran pemerintah untuk pembangunan manusia terhadap pengeluaran pemerintah dan
rasio prioritas pembangunan manusia proporsi pengeluaran pemerintah untuk sektor pembangunan manusia yang prioritas terhadap pengeluaran untuk
pembangunan manusia. Sektor yang dianggap prioritas bervariasi antar negara tergantung pada tahap pembangunannya. Bagi negara berkembang seperti
Indonesia, sektor yang dianggap prioritas adalah pendidikan dasar dan pelayanan kesehatan dasar.
2.2.3. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran umumnya terjadi karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya BPS Provinsi
Lampung, 2011e.
Pengangguran seringkali
menjadi masalah
dalam perekonomian karena menyebabkan produktivitas dan pendapatan masyarakat
berkurang dan dapat menimbulkan masalah kemiskinan. Penduduk yang menganggur tidak memperoleh pendapatan sehingga harus mengurangi
konsumsinya yang pada akhirnya menurunnya kualitas hidup. Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang memengaruhi manusia
secara langsung Mankiw, 2006. Pengangguran yang berkepanjangan secara
28
pribadi akan menimbulkan efek psikologis dan secara nasional jika terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap kestabilan politik, keamanan dan sosial. Secara jangka
panjang, tingkat pengangguran yang terlalu tinggi pada akhirnya akan mengurangi pertumbuhan ekonomi. Masyarakat secara keseluruhan akan menderita kerugian
akibat pengangguran karena output riil di bawah tingkat potensialnya. Secara umum pertumbuhan ekonomi akan melambat seiring dengan
meningkatnya tingkat pengangguran. Hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat pengangguran dikenal dengan nama Hukum Okun
berdasarkan nama Artur Okun, ekonom yang pertama kali memperkenalkan relasi ini Knotek, 2007. Hubungan antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi
didasari fakta bahwa dibutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak untuk memproduksi barang dan jasa yang lebih banyak dalam perekonomian. Tenaga
kerja yang lebih banyak dapat berupa menggunakan tenaga kerja yang lebih banyak atau menambah jam kerja dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Okun
mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran dapat menggambarkan berapa banyak tenaga kerja yang terpakai dalam suatu perekonomian.
Masalah pengangguran juga menjadi beban pemerintah yang menjamin kesejahteraan rakyatnya berdasarkan UUD 1945. Pemerintah wajib mengatasi
pengangguran dengan mengadakan berbagai program untuk menguranginya. Fan dan Hazell 2001 menyatakan bahwa peran pemerintah dapat berupa
pemberdayaan masyarakat di Indonesia dalam bentuk Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat yang
dapat secara
langsung mengurangi
pengangguran dan secara tidak langsung mengentaskan kemiskinan.
2.2.4. Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan
Pada era 1950-1960an pembangunan ekonomi dikuasai oleh konsep trickle down effect.
Konsep ini menyatakan bahwa akan terjadi aliran pertumbuhan ekonomi tidak langsung dari kelompok masyarakat kaya ke kelompok masyarakat
miskin. Awalnya pertumbuhan ekonomi akan menyentuh kelompok kaya, dan kemudian kelompok miskin akan memperoleh manfaat dari kelompok kaya ketika
mereka membelanjakan uangnya. Hal ini berarti masyarakat miskin akan selalu mendapatkan lebih sedikit dari masyarakat kaya. Asumsi yang digunakan dalam
29
konsep ini adalah meskipun masyarakat miskin hanya mendapatkan sedikit manfaat dari pertumbuhan ekonomi namun pengurangan kemiskinan tetap ada.
Salah satu ukuran ketimpangan pendapatan adalah indeks gini. Indeks gini memiliki nilai antara nol dan satu. Nilai indeks Gini nol berarti tidak terdapat
ketimpangan pemerataan sempurna sedangkan nilai satu artinya ketimpangan sempurna. Indeks Gini dapat dihitung dengan kurva Lorenz, sebagai rasio antara
luas bidang yang terletak antara kurva Lorenz dan garis diagonal dengan luas separuh segi empat dimana kurva Lorenz berada lihat Gambar 5.
=
� �
� �
2.12
Sumber: Todaro dan Smith, 2006 Gambar 5 Kurva Lorenz
Menurut Todaro dan Smith 2006 nilai indeks Gini pada negara-negara dengan ketimpangan yang tinggi berkisar antara 0,5-0,7 sedangkan untuk negara
yang distribusinya pendapatannya relatif merata nilainya antara 0,2 hingga 0,35. Interpretasi melalui kurva Lorenz relatif lebih mudah. Jika kurva Lorenz terletak
menjauhi garis diagonal berarti ketimpangan besar dan sebaliknya jika mendekati garis diagonal maka distribusi pendapatannya relatif merata ketimpangan
semakin kecil. Todaro dan Smith 2006 menyatakan bahwa distribusi pendapatan yang
timpang terutama yang ekstrim akan menyebabkan inefisiensi ekonomi, melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas dan umumnya dianggap tidak adil.
Kuznets 1955 seperti dikutip dalam Suhartini 2011 meneliti hubungan antara
30
pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan membentuk kurva U terbalik
inverted U curve. Asumsi yang digunakan adalah hanya terdapat dua sektor ekonomi dalam suatu negara, yaitu sektor pertanian tradisional di perdesaan
dengan pendapatan per kapita dan ketidakmerataan pendapatan yang rendah, dan sektor moderen sektor industri dan jasa di perkotaan dengan pendapatan per
kapita dan ketidakmerataan pendapatan yang tinggi. Berdasarkan hipotesis Kuznets ketimpangan pendapatan dalam suatu negara
akan meningkat pada tahap awal pertumbuhan ekonominya, kemudian pada tahap menengah cenderung tidak berubah dan akhirnya ketimpangan pendapatan
menurun ketika negara tersebut sejahtera. Ketimpangan pendapatan yang besar pada tahap awal pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh perubahan dari
masyarakat pertanian tradisional menjadi masyarakat industri.
Sumber : Todaro dan Smith 2006 Gambar 6 Kurva U terbalik Kuznets
2.2.5. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan
Berdasarkan berbagai studi literatur terdapat berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan. Beberapa yang diteliti dalam studi
ini adalah pembangunan manusia, pengangguran, distribusi pendapatan dan tingkat harga.
2.2.5.1. Pembangunan Manusia
Manfaat secara ekonomis dari pembangunan manusia adalah menciptakan tenaga kerja, terutama yang miskin, menjadi lebih produktif terutama dengan
31
meningkatkan nutrisi, kesehatan dan pendidikannya. Pendidikan dan kesehatan menentukan kemampuan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi.
Tenaga kerja dengan kualitas manusia yang baik akan lebih produktif dan mampu memperoleh pendapatan bagi keluarganya, meningkatkan kesejahteraan dan
mengurangi kemiskinan. Lanjouw et al. 2001 meneliti peran pembangunan manusia bagi
pengentasan kemiskinan. Pembangunan manusia yang diindikasikan oleh pengeluaran pemerintah bagi pendidikan dan kesehatan memberikan manfaat
terbesar bagi penduduk miskin jika dibandingkan dengan manfaatnya bagi penduduk yang tidak miskin. Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dasar dan
pelayanan kesehatan dasar bersifat pro poor sementara pengeluaran pemerintah bagi pendidikan tinggi dan rumah sakit pelayanan kesehatan yang bersifat
kuratif tidak terlalu memberi manfaat bagi penduduk miskin.
2.2.5.2. Pengangguran
Pengangguran merupakan hal yang buruk. Buruk bagi yang mengalaminya juga bagi keluarga dan komunitas tempat tinggalnya. Penelitian Saunders 2002
menyatakan bahwa pengangguran dapat ditelaah dalam dua arah, pertama sebagai sebab dari berbagai faktor dan kedua sebagai penyebab dari masalah
kesejahteraan lainnya yakni kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat bukti yang kuat bahwa pengangguran
meningkatkan risiko terjadinya kemiskinan. Selain itu pengangguran juga meningkatkan berbagai efek sosial yang melemahkan pribadi penganggur itu
sendiri, keluarganya dan komunitas dimana ia tinggal.
2.2.5.3. Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan merupakan hal yang penting karena menggambarkan bagaimana masyarakat miskin terhubung dengan proses pertumbuhan Timmer,
2002. Pertumbuhan ekonomi disebut sebagai pro poor jika tingkat kemiskinan berkurang Kraay, 2006. Berdasarkan definisi ini maka terdapat tiga sumber
potensial dari pro poor growth, yaitu: Pertumbuhan rata-rata pendapatan yang tinggi.
Tingkat kemiskinan memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap rata-rata
pendapatan.
32 Terdapatnya pola pengurangan kemiskinan akibat pertumbuhan dalam
pendapatan relatif. Perubahan dalam distribusi pendapatan dapat disebabkan oleh efek
pertumbuhan growth effect dan efek distribusi distributional effect Bourguignon, 2004. Efek pertumbuhan adalah efek dari peningkatan pendapatan
secara proposional dengan distribusi relatif pendapatan tidak berubah sedangkan efek distribusi adalah efek dari perubahan dalam distribusi pendapatan relatif.
Perubahan distribusi pendapatan akan memiliki pengaruh terhadap jumlah penduduk miskin.
Distribusi penduduk digambarkan menurut pendapatannya dalam kurva distribusi pendapatan. Penduduk dengan pendapatan dibawah garis kemiskinan
disebut sebagai penduduk miskin, sedangkan yang berada di atas garis kemiskinan disebut penduduk tidak miskin. Jika terjadi peningkatan pendapatan seluruh
lapisan masyarakat dengan distribusi tetap maka bentuk kurva akan tetap namun kurva bergeser ke kanan. Jumlah penduduk miskin berkurang dan besarnya
penurunan jumlah penduduk miskin ditandai dengan area berwarna hijau. Jika distribusi pendapatan berubah menjadi lebih merata dengan tingkat pendapatan
tetap, berarti distribusi pendapatan menjadi menyempit, sehingga penduduk yang termasuk kategori miskin berkurang. Jumlah penduduk miskin yang berkurang
seluas area berwarna biru. Jika peningkatan pendapatan dan perbaikan distribusi pendapatan secara bersama-sama terjadi maka akan menggeser kurva distribusi
pendapatan ke kanan sekaligus menyempit. Hal ini akan mengurangi kemiskinan sebesar daerah hijau dan biru, sehingga penduduk miskin yang tersisa adalah area
yang berwarna merah lihat Gambar 7
33
Sumber: Bourguignon 2004 Gambar 7 Perubahan kemiskinan karena efek distribusi dan efek pendapatan.
Bourguignon 2004 menyatakan bahwa perubahan kemiskinan merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan
perubahan dalam distribusi pendapatan. Pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan melakukan perubahan pada distribusi pendapatan atau dapat juga dengan
meningkatkan level
pendapatan mendorong
pertumbuhan. Strategi
pembangunan sepenuhnya ditentukan oleh tingkat pertumbuhan dan perubahan distribusi pendapatan dalam populasi. Dengan melakukan redistribusi pendapatan
maka kelompok masyarakat dengan pendapatan yang lebih rendah akan mendapatkan tambahan pendapatan sehingga bisa memenuhi kebutuhan dasarnya
dan terbebas dari kemiskinan. Sedangkan dengan meningkatkan tingkat pendapatan, secara rata-rata pendapatan masyarakat naik. Kenaikan pendapatan
akan meningkatkan taraf hidup dan mengentaskan kemiskinan. Hubungan diantara pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan pengentasan kemiskinan
digambarkan Bourguignon seperti pada Gambar 8.
34
Sumber: Bourguignon 2004 Gambar 8 Segitiga kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
Pendapatan
2.2.5.4. Tingkat Harga
Tingkat harga dan perubahannya memengaruhi tingkat kemiskinan. Tingkat harga yang meningkat akan meningkatkan biaya hidup yang ditanggung
masyarakat miskin. Kenaikan harga menjadi guncangan yang dapat menyebabkan masyarakat yang berada disekitar garis kemiskinan jatuh menjadi masyarakat
miskin. Easterly dan Fischer 2000 meneliti lebih dari 30 ribu penduduk miskin dari 38 negara menemukan fakta bahwa penduduk miskin mengalami penderitaan
lebih dalam akibat kenaikan harga jika dibandingkan dengan penduduk yang tidak miskin. Penduduk miskin yang terdiri atas berbagai dimensi yaitu pekerja kasar
dan pekerja yang tidak terdidik merasakan bahwa peningkatan harga akan memperburuk kesejahteraan mereka. Peningkatan harga inflasi yang tinggi
terbukti secara signifikan menyebabkan peningkatan kemiskinan. Proses kenaikan dalam keseluruhan tingkat harga disebut sebagai inflasi
Mankiw, 2006. Inflasi adalah indikator yang mampu menggambarkan gejolak ekonomi yang terjadi terutama pada tingkat harga. Tingkat harga merupakan
ukuran yang didefinisikan oleh berbagai macam indikator. Dalam makroekonomi terdapat dua macam indikator yang menggambarkan tingkat harga yaitu deflator
PDB dan indeks harga konsumen. PDB output secara nominal dapat mengalami peningkatan akibat
peningkatan output rill atau kenaikan harga. Jika output nominal meningkat lebih cepat dari output riil, maka perbedaan yang terjadi berasal dari perubahan
kenaikan tingkat harga Blanchard, 2006. Tingkat indeks harga tersebut adalah deflator PDB, merupakan rasio antara output nominal dengan output riil
pada tahun yang sama.
35
� =
=
�
2.13 Deflator PDB diinterpretasikan sebagai indeks harga sedangkan tingkat perubahan
indeks harga antar waktu digunakan sebagai salah satu pendekatan tingkat inflasi. � = � =
−
−1 −1
2.14 Penelitian ini menggunakan deflator PDB sebagai pendekatan tingkat
harga. Inflasi di Provinsi Lampung hanya dihitung pada satu kota yakni Bandar Lampung. Keterbatasan data tersebut diatasi dengan menggunakan deflator PDB
sebagai pendekatan tingkat harga dan perubahannya sebagai pendekatan inflasi.
2.3. Kerangka Pemikiran
Produksi barang dan jasa menggunakan input kapital dan tenaga kerja. Kapital dan akumulasi kapital investasi berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Investasi kapital tersebut diharapkan berperan dalam mengurangi kemiskinan melalui channel pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat
mengentaskan kemiskinan secara tidak langsung yaitu melalui pembangunan manusia, pengurangan pengangguran dan pemerataan pendapatan.
Pembangunan manusia dapat terjadi jika pelaku ekonomi mengalokasikan pengeluarannya untuk berbagai investasi pembangunan manusia yaitu pendidikan
dan kesehatan. Rumah tangga melalui konsumsinya sedangkan pemerintah melalui alokasi anggarannya. Pembangunan manusia tersebut pada akhirnya akan
menciptakan tenaga kerja yang lebih produktif dan diharapkan meningkatkan kesejahteraannya dan pada akhirnya mengurangi kemiskinan.
Pengangguran menjadi sebab terjadinya kemiskinan. Penganggur tidak memiliki pendapatan sehingga terpaksa mengurangi pengeluaran dan kualitas
hidupnya sehingga tercipta kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi diharapkan mengurangi pengangguran, karena pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
membutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk memproduksi barang dan jasa sehingga mengurangi pengangguran. Pengurangan pengangguran diduga dapat
mengentaskan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat bila terdistribusi secara merata. Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan pertanian diduga akan membuat pendapatan semakin terdistribusi
36
merata sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan kemiskinan. Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut maka kerangka
pikir dalam penelitian ini seperti ditampilkan dalam Gambar 9.
Gambar 9 Kerangka pemikiran. Keterangan:
= dianalisis dalam penelitian ini = Tidak dianalisis dalam penelitian ini
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah: 1. Investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap pembangunan manusia. 3. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap pemerataan distribusi
pendapatan. 4. Pertumbuhan
ekonomi berpengaruh
positif terhadap
pengurangan pengangguran.
5. Pembangunan manusia, pemerataan distribusi pendapatan dan pengurangan pengangguran berpengaruh positif terhadap pengentasan kemiskinan