Kemiskinan The Role of Investment towards Poverty Alleviation in Lampung Province

63 Sumber: BPS, 2000-2010 Gambar 23 Jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin Provinsi Lampung tahun 2000-2010. Pendidikan memiliki keterkaitan dengan tingkat kemiskinan. Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan, sebagian besar penduduk miskin hanya tamat SD dan SLTP. Sebanyak 51,81 persen penduduk yang tergolong miskin berpendidikan antara SD dan SLTP, 39,49 persen tidak tamat SD, dan sisanya 8,7 persen tamat SLTA ke atas. Komposisi ini tidak jauh berbeda di tiap kabupatenkota, dimana sebagian besar berpendidikan SD dan SLTP Tabel 8. Tabel 8 Persentase penduduk miskin Provinsi Lampung menurut pendidikan yang ditamatkan tahun 2010 Kabupatenkota Tidak pernah sekolahTidak Tamat SD Tamat SD dan SLTP Tamat SLTA ke atas 1. Kabupaten Lampung Barat 2. Kabupaten Tanggamus 3. Kabupaten Lampung Selatan 4. Kabupaten Lampung Timur 5. Kabupaten Lampung Tengah 6. Kabupaten Lampung Utara 7. Kabupaten Way Kanan 8. Kabupaten Tulang Bawang 9. Kabupaten Pesawaran 10. Kabupaten Pringsewu 11. Kabupaten Mesuji 12. Kabupaten Tulang Bawang Barat 13. Kota Bandar Lampung 14. Kota Metro 39,17 36,23 36,69 40,46 39,59 40,85 44,59 35,04 45,51 36,45 46,96 45,73 37,71 34,09 57,52 57,48 53,70 50,33 50,37 49,99 49,69 59,27 49,35 56,15 50,00 50,45 48,06 48,16 3,31 6,29 9,60 9,21 10,03 9,16 5,72 5,70 5,10 7,40 3,04 3,82 14,23 17,74 Provinsi Lampung 39,49 51,81 8,70 Sumber: BPS, 2011 1776,13 1650,7 1567,9 1567 1572,6 1638 1661,7 1597,8 1496,9 1351,7 26,6 24,06 22,63 22,22 21,42 22,77 22,19 20,93 19,34 17,76 15 17 19 21 23 25 27 29 15 515 1015 1515 2015 2000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin ribu jiwa 64 Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan penduduk miskin memiliki keterbatasan kualitas sumber daya manusia. Modal bagi penduduk miskin untuk mata pencahariannya hanya tenaga sehingga sebagian besar bekerja di sektor informal Gambar 24. Sektor informal tidak menuntut persyaratan pendidikan ataupun modal tertentu, sesuai dengan keadaan penduduk miskin. Menurut Basri dan Munandar 2009 sektor informal perlu dikembangkan menjadi sektor formal. Beberapa alasannya adalah sebagai berikut: pertama, sektor informal memberikan balas jasa yang sedikit, seringkali dibawah upah minimum. Kedua, bekerja di sektor informal tidak memperoleh jaminan sosial apapun seperti pensiun, asuransi kesehatan maupun asuransi keselamatan kerja. Ketiga, peluang pengembangan usahaketerampilan sangat terbatas. Sumber: BPS, diolah Gambar 24 Persentase penduduk miskin Provinsi Lampung menurut sektor usaha tahun 2003-2010 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 81,91 72,03 70,41 66,74 73,05 78,53 77,76 76,43 12,9 15,83 17,93 18,26 24,42 19,98 19,8 20,44 Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Formal 65 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Analisis Parsial 5.1.1. Pengaruh Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Investasi dapat dilakukan oleh pihak swasta maupun pemerintah. Pihak swasta dapat melakukan investasi pada berbagai sektor baik primer, sekunder maupun tersier sedangkan investasi pemerintah banyak dilakukan pada barang- barang publik yang menyangkut kepentingan segenap masyarakat. Investasi pemerintah menggunakan pendekatan banyaknya modal pemerintah dalam bentuk infrastruktur jalan, keterjangkauan masyarakat terhadap pendidikan dasar dan fasilitas kesehatan. Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari koefisien slope investasi swasta dan modal pemerintah yang signifikan dalam model. Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel terlihat bahwa faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan pendapatan per kapita Provinsi Lampung adalah investasi swasta, infrastruktur jalan pada tingkat kepercayaan 15 persen, ketersediaan guru pada pendidikan dasar, fasilitas kesehatan, dan tenaga kerja tidak terdidik Tabel 9. Tabel 9 Hasil estimasi model pertumbuhan pendapatan perkapita Variabel Koefisien p-value Variabel Bebas: Pertumbuhan Ekonomi TUMBUHKAP Const. Investasi Swasta LogINVEST Jalan LogJLN Fasilitas Kesehatan LogSEHAT Pendidikan Dasar LogDIKSAR Tenaga Kerja a. Terdidik LogSKILL b. Tidak Terdidik LogUNSKILL -80,2384 0,1865 1,2261 17,4437 5,2194 0,0486 3,7867 0,0052 0,0061 0,1121 0,0001 0,0952 0,4845 0,0400 Sumber: Hasil pengolahan. Keterangan: nilai p-value berdasarkan uji statistik-t satu arah. Jika ditinjau dari koefisiennya, maka variabel yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah fasilitas kesehatan. Masyarakat yang sehat, mampu bekerja lebih produktif dan pada akhirnya akan mendorong perekonomian serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini selaras dengan hasil penelitian Li dan Liang 2010 yang membandingkan dampak antara investasi 66 pada pendidikan dan kesehatan dan menemukan bahwa dampak investasi pada kesehatan lebih besar jika dibandingkan dengan investasi pada pendidikan.

5.1.1.1. Investasi Swasta

Investasi swasta di Provinsi Lampung terbuka bagi penanam modal dalam negeri PMDN maupun asing PMA. Investasi merupakan pendorong bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi dan dibukanya lapangan kerja. Investasi swasta yang selalu diminati baik oleh PMDN maupun PMA di Lampung adalah sektor pertanian. Selama periode 2009-2010 terdapat 13 proyek investasi yang disetujui pemerintah dimana 8 diantaranya berasal dari luar negeri Tabel 10. Dari segi nilai investasi, terjadi peningkatan di sektor pertanian PMDN meningkat dari 233 milyar Rupiah menjadi 704 milyar Rupiah sedangkan PMA meningkat dari 23 juta US menjadi 112 juta US. Tabel 10 Proyek penanaman modal yang disetujui pemerintah Provinsi Lampung tahun 2009-2010 Lapangan Usaha 2009 2010 PMDN Juta Rp. PMA 000 US PMDN Juta Rp. PMA 000 US 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Telekomunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 233.611 24.500 1.654.700 - - - - - 35.545 23.033 - 17.097 472 - - - - 1.075 704.554 - - 153.000 - - - - - 112.173 1.250 9.275 16.953 - - - - 3.496 Jumlah 1.948.356 40.602 857.554 143.147 Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2011b Investasi yang ditanamkan di Lampung menyerap tenaga kerja. Sebagian besar tenaga kerja yang terserap adalah pada sektor primer pertanian dan pertambangan dan penggalian. Jika membandingkan antara nilai investasi dengan jumlah tenaga kerja yang terserap bandingkan Tabel 10 dengan Tabel 11, sektor primer merupakan sektor yang padat karya sedangkan sektor sekunder dan tersier adalah sektor yang padat modal. Sebagai contoh investasi PMA tahun 2010 pada sektor pertanian dibandingkan dengan sektor industri pengolahan. Investasi