Perumusan Masalah The Role of Investment towards Poverty Alleviation in Lampung Province

9 menjadi bahan baku bagi berbagai produk industri pengolahan. Hal ini mendorong majunya sektor industri di Lampung, terutama yang berbasis pada pertanian, sehingga berbagai produk industri Lampung mampu bersaing di pasar dunia dalam era globalisasi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mengarah pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan upah, sedangkan produksi pertanian yang lebih besar menciptakan harga pangan yang lebih rendah, keduanya menguntungkan bagi masyarakat miskin Fan dan Hazell, 2001. Pada sisi lain ternyata tingginya kinerja ekonomi yang berdasarkan pada sektor pertanian di Provinsi Lampung, tidak diikuti oleh peningkatan kualitas manusia dan pengurangan kemiskinan yang sepadan. Keterbatasan lahan serta ketidakpastian iklim menyebabkan sektor pertanian terlalu rapuh untuk diandalkan dalam pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas manusia. Ikawati 2008 menemukan bukti bahwa kemiskinan di Provinsi Lampung terjadi akibat terlalu bergantung pada sektor pertanian. Konversi lahan pertanian dan semakin kecilnya kepemilikan lahan menyebabkan produksi pertanian tidak dapat mensejahterakan petaninya. Ketidakpastian iklim akibat pemanasan global menyebabkan kekeringan dan banjir bandang yang rutin terjadi di Indonesia mengancam produksi pertanian terutama tanaman pangan. Bencana kekeringan dan banjir bandang diduga akan terjadi pada wilayah-wilayah yang hutannya tandus dan salah satunya adalah Provinsi Lampung 9 . Ikawati 2008 menyatakan bahwa krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 diikuti dengan bencana alam El Nino meruntuhkan kinerja sektor pertanian Lampung. Masyarakat jatuh ke dalam kemiskinan dan jumlahnya terus bertambah hingga tiga tahun setelah krisis ekonomi tahun 1998, baik di kota maupun di desa. Keterbatasan lahan menyebabkan pertanian tidak dapat mensejahterakan masyarakatnya. Peningkatan jumlah petani tidak diimbangi dengan perluasan areal pertanian. Kepemilikan lahan secara nasional menurun dari rata-rata 0,86 haRumah Tangga Petani RTP pada tahun 1993 menjadi 0,73 haRTP pada tahun 2002 Abdurachman et al., 2009. Jumlah petani gurem di Indonesia pada 9 www.litbang.deptan.go.id , “Produksi Pertanian dan Ketidakpastian Iklim”, Viktor Siagian, diterbitkan dalam harian Suara Pembaruan 29 Januari 2008. 10 tahun 1993 mencapai 10,8 juta RTP meningkat menjadi 13,7 juta RTP pada tahun 2003. Petani gurem dengan luas lahan kurang dari 0,5 hektar, tidak dapat mengandalkan hasil panen tanaman pangan untuk mencukupi kebutuhan pokok keluarga, apalagi jika lahan yang dimiliki berupa lahan kering. Sebagai contoh dari pertanian padi, pendapatan dari usaha tani padi dinilai cukup layak bagi penghidupan keluarga petani apabila petani memiliki lahan sawah 2 hektar, atau minimal 1 hektar Sumarno dan Kartasasmita, 2009. Tingginya andil sektor pertanian namun diikuti oleh tingginya tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung menyebabkan terjadinya perdebatan mengenai pola relasi antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan. Pertanyaan yang kerap kali muncul adalah apakah pertumbuhan ekonomi mampu mengentaskan kemiskinan. Pada sisi lain, investasi merupakan pendorong terciptanya pertumbuhan yang lebih tinggi sekaligus sebagai salah satu alat dalam mengentaskan kemiskinan. Hal ini dikarenakan investasi juga membuka lapangan pekerjaan sehingga pengangguran berkurang, pendapatan rumah tangga bertambah dan kemiskinan dapat dientaskan. Penelitian mengenai peranan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk mengevaluasi berbagai kebijakan pemerintah yang mendorong atau justru menghambat terjadinya pengentasan kemiskinan. Peranan investasi ini secara tidak langsung dapat menggambarkan bagaimana kemiskinan dapat dikurangi dan kualitas manusia dapat dibangun. Dengan demikian permasalahan yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah mengapa pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh investasi tidak dapat mengentaskan kemiskinan di Provinsi Lampung. Permasalahan berikutnya adalah bagaimana mengatasi tingkat kemiskinan yang tinggi tersebut.

1.3. Tujuan Penelitian

Selaras dengan permasalahan yang telah dipaparkan maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengevaluasi pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Mengevaluasi pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan manusia, distribusi pendapatan dan tingkat pengangguran. 11 3. Mengevaluasi pengaruh pembangunan manusia, distribusi pendapatan dan tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan. 4. Mengkaji alternatif kebijakan bagi pengentasan kemiskinan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada pembaca mengenai peran investasi dalam mengentaskan kemiskinan melalui channel pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah Provinsi Lampung dalam mengambil kebijakan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya terkait dengan masalah pada penelitian ini.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian dibatasi pada cakupan wilayah Provinsi Lampung selama periode 2004-2010. Provinsi Lampung terdiri atas 12 kabupaten dan 2 kota, dimana empat kabupaten diantaranya merupakan kabupaten pemekaran yang berdiri setelah tahun 2008. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah Pesawaran, Pringsewu, Tulang Bawang Barat dan Mesuji. Untuk menjaga konsistensi data maka berbagai data dari empat kabupaten pemekaran ditampilkan tergabung dengan data kabupaten induknya.