292 kasus petani cabai merah besar, kemitraan terjalin antara kelompok petani dengan
perusahaan industri pengolahan, sedangkan pada cabai merah keriting antara petani individu dengan pedagang langganan.
6.7.2. Perilaku Petani Cabai Merah Keriting terhadap Risiko Harga
Dengan cara yang sama dilakukan regresi dengan fungsi kuadratik untuk melihat perilaku petani cabai merah keriting terhadap risiko harga output.
Sebagian besar tanda sign dari parameter yang diestimasi adalah sesuai dengan yang diharapkan. Terdapat 1 satu variabel yang berpengaruh secara signifikan
pada selang kepercayaan 99 , yaitu variabel produksi yang diharapkan Y
e
. Apabila selang kepercayaan diperlonggar hingga 90-95 , maka variabel harga
cabai merah keriting yang diharapkan P
cm e
, harga pupuk SP-36 yang diharapkan P
sp-36 e
, harga ZPT yang diharapkan P
zpt e
, dan variasi beda harga cabai merah keriting yang diharapkan terhadap harga cabai merah keriting aktual V
cm e
juga berpengaruh secara nyata.
Secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 53 dan Lampiran 16.
Terdapat 1 satu variabel yang berpengaruh secara positif dan nyata, yaitu produksi cabai merah keriting yang diharapkan Y
e
dengan koefisien parameter 0.5953. Artinya peningkatan produksi cabai merah keriting yang diharapkan
sebesar 1 akan meningkatkan produksi cabai merah keriting aktual sebesar 0.5953 . Tanda dari hasil estimasi ini sesuai dengan yang dihipotesakan.
Harapan produksi yang lebih baik dengan dukungan faktor internal yang terkelola
293 dengan baik dan faktor ekternal yang kondusif akan berdampak meningkatkan
produksi cabai merah keriting aktual.
Tabel 53. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Harga Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Parameter Koefisien
Standar Error
T value P|t|
Fungsi Produksi
Intersep 11224.0000 3724.2732
3.014 0.0035
Y
e
Produksi yang diharapkan 0.5953
0.0430 13.838 0.0001
P
cm e
Harga CMB yang diharapkan -0.4914
0.2696 -1.822
0.0725 P
cm e2
Kuadrat harga CMB yg diharapkan
0.0000 0.0000
1.770 0.0809
P
benih e
Harga benih yang diharapkan 0.0002
0.1391 0.001
0.9989 P
urea e
Harga Urea yang diharapkan -2.5308
1.6277 -1.555
0.1243 P
za e
Harga ZA yang diharapkan 0.5698
0.9839 0.579
0.5642 P
sp-36 e
Harga SP-36 yang diharapkan -2.4970
1.5079 -1.656
0.1020 P
kcl e
Harga KCL yang diharapkan 0.0277
0.3183 0.087
0.9310 P
kno3 e
Harga KNO
3
yg diharapkan -0.0819
0.1343 -0.610
0.5439 P
npk e
Harga NPK yang diharapkan -0.0778
0.0690 -1.127
0.2634 P
ponska e
Harga Ponskayg diharapkan 0.3682
0.8502 0.433
0.6662 P
ppc e
Harga PPC yang diharapkan 0.0029
0.0086 0.341
0.7343 P
zpt e
Harga ZPT yang diharapkan -0.0326
0.0161 -2.031
0.0459 P
organik e
Harga pupuk kandang yg diharapkan
-1.1553 0.8870
-1.302 0.1968
P
kapur e
Harga kapur yang diharapkan 0.5810
0.8209 0.708
0.4813 P
pestc e
Harga pestisida yg diharapkan 0.0002
0.0006 0.397
0.6924 P
fungp e
Harga fungisida yg diharapkan 0.0020
0.0067 0.304
0.7622 W
tkdk e
Upak TKDK yang diharapkan 0.0005
0.0805 0.007
0.9948 W
tklk e
Upah TKLK yang diharapkan -0.0202
0.0708 -0.285
0.7763 V
cm e
Variasi beda harga yg diharapkan dg aktual
-0.0003 0.0002
-1.691 0.0950
Root MSE 1012.90696 R-square 0.8067 Dep Mean 1966.53684 Adj R-sq 0.7544
C.V. 51.50714 : nyata pada
01 .
♣
: nyata pada
05 .
♣
: nyata pada 10
.
q
294 Hasil analisis perilaku petani cabai merah keriting terhadap risiko harga
dapat diformulasikan sebagai berikut :
e cm
e e
tklk e
tkdk e
zpt e
ppc e
fungi e
pest e
kapur e
organik e
ponska e
npk e
kno e
kcl e
sp e
za e
urea e
benihcm e
cm e
cm
V Y
W W
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
Y
0003 .
5953 .
0202 .
0005 .
0326 .
0029 .
0819 .
0277 .
5810 .
1553 .
1 3682
. 0778
. 0819
. 0277
. 4970
. 2
5698 .
5308 .
2 0002
. 000022
. 4914
. 11244
3 2
36
r s
r s
r s
r s
s r
s r
r s
r s
r s
s r
t
Terdapat 4 empat variabel yang berpengaruh secara negatif dan nyata, yaitu : variabel harga cabai merah keriting yang diharapkan P
cm e
, harga pupuk SP-36 yang diharapkan P
sp-36 e
, harga ZPT yang diharapkan P
zpt e
, dan variasi beda harga cabai merah keriting yang diharapkan terhadap harga cabai merah
keriting aktual V
cm e
masing-masing dengan koefisien parameter -0.4914, -2.4970, -0.0326, dan -0.0003. Tanda dari hasil estimasi sesuai dengan yang
dihipotesakan, kecuali harga cabai merah keriting yang diharapkan. Secara
umum penurunan harga-harga input yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan penggunaan input-input produksi, sehingga berdampak pada
peningkatan produktivitas cabai merah keriting. Harga cabai merah keriting yang diharapkan ternyata bertanda negatif dan
nyata. Artinya adanya ekspektasi terhadap penurunan harga cabai merah keriting sebesar 1 tidak menyurutkan petani dalam berproduksi, di mana produksi
petani tetap meningkatkan produksinya sebesar 0.4914 . Nampaknya petani cabai merah keriting menyadari betul bahwa faktor harga benar-benar di luar
kendalinya, sehingga untuk mempertahankan tingkat pendapatan yang diperoleh dapat dilakukan adalah dengan tetap meningkatkan produksi. Sebenarnya faktor
harga dapat dikategorikan sebagai faktor eksternal yang bersifat quasi external
295 karena dengan suatu aksi kolektif, intens dan waktu yang cukup dengan dibantu
kebijakan pemerintah yang kondussif petani mempunyai kesempatan untuk mengubahnya, misalnya melalui pemasaran bersama atau melalui kemitraan usaha
dengan industri pengolahan dan didukung oleh kebijakan pengembangan infrastruktur pasar cabai merah.
Beberapa variabel harga input produksi seperti SP-36 dan ZPT bertanda negatif dan nyata. Hasil estimasi ini sesuai dengan yang dihipotesakan. Artinya
peningkatan harga input-input tersebut sebesar 1 secara nyata akan menurunkan produksi cabai merah keriting masing-masing sebesar -2.4970
dan -0.0326 . Secara teoritis penurunan harga-harga input produksi yang diharapkan tersebut akan meningkatkan permintaan terhadap input-input tersebut,
selanjutnya akan meningkatkan alokasi penggunaan input-input tersebut, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan produksi cabai merah keriting.
Perilaku petani cabai merah keriting adalah bersifat berani mengambil risiko harga risk taker. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien parameter variasi
beda harga antara harga cabai merah keriting yang diharapkan dengan harga cabai merah keriting aktualnya bernilai negatif -0.0003 dan bersifat nyata pada selang
kepercayaan 90 . Bagi petani, selama usahatani cabai merah keriting yang diusahakan masih memberikan keuntungan secara relatif lebih baik dibandingkan
komoditas alternatifnya maka petani akan terus mengusahakan usahatani tersebut. Petani menyadari bahwa faktor harga benar-benar di luar kendalinya, sehingga
untuk mengejar keuntungan petani melakukannya dengan peningkatan produktivitas usahatani cabai merah keriting.
296 Hasil kajian kualitatif mendukung temuan ini, bahwa usahatani cabai
merah keriting dipersepsikan rentan terhadap risiko baik risiko produksi maupun harga. Persepsi petani terhadap kegagalan usahatani disebabkan oleh produktivitas
yang rendah dan kerugian finansial akibat jatuhnya harga. Persepsi petani terhadap risiko menentukan tingkat intensifitas dalam mengelola usahatani cabai
merah keriting, semakin tinggi persepsi petani terhadap risiko semakin tinggi alokasi penggunaan input-input produksi dan semakin tinggi dorongan petani
untuk bergabung dalam kelembagaan kelompok tani dan kelembagaan kemitraan usaha. Pada kasus petani cabai merah keriting terjadi kemitraan antara petani
individu dengan pedagang secara langganan baik tanpa maupun dengan ikatan modal. Dampak selanjutnya adalah terjadinya peningkatan produktivitas, TE, dan
tingkat pendapatan petani cabai merah keriting.
VII. ANALISIS PENGEMBANGAN CABAI MERAH DAN STRATEGI MANAJEMEN RISIKO
7.1. Analisis Kebijakan Pengembangan Cabai Merah
Analisis kebijakan ialah proses atau kegiatan mensintesa informasi, termasuk hasil-hasil penelitian, untuk menghasilkan rekomendasi opsi desain
kebijakan publik Williams, 1971; Weimer and Vining, 1989. Analisis kebijakan pengembangan cabai merah dalam hal ini adalah proses mensintesa informasi
yang telah dihasilkan dari analisis kuantitatif pada bab sebelumnya, untuk merumuskan sintesa atau rekomendasi kebijakan dalam pengembangan cabai
merah di Provinsi Jawa Tengah. Terdapat tiga aspek utama yang dianalisis, yaitu : 1 Aspek produktivitas, 2 Aspek efisiensi produksi, dan 3 Aspek risiko
produktivitas.
7.1.1. Analisis Kebijakan Pengembangan Cabai Merah dari Aspek Produktivitas
Produktivitas pada hakekatnya adalah seberapa besar keluaran dapat dihasilkan per unit masukan tertentu. Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan
produksi cabai merah besar dan cabai merah keriting dalam beberapa tahun terakhir di Provinsi Jawa Tengah diperkirakan masih akan berlanjut dalam
beberapa tahun mendatang. Setidaknya ada tiga argumen pokok yang melandasi perkiraan tersebut. Pertama, lambatnya pertambahan luas areal tanam baru akibat
terbatasnya pengusaan lahan garapan, penguasaan keterampilan teknis petani, permodalan petani, serta kapabilitas manajerial petani. Kedua, berdasarkan
perkembangan data produktivitas dan kajian empiris di lapang gejala