Analisis Kebijakan Pengembangan Cabai Merah dari Aspek Risiko Produktivitas dan Harga

303

7.1.3. Analisis Kebijakan Pengembangan Cabai Merah dari Aspek Risiko Produktivitas dan Harga

Akibat adanya risiko produktivitas dan harga mempengaruhi petani cabai merah dalam keputusan alokasi penggunaan input produksi. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor produksi yang bersifat meningkatkan dan menurunkan risiko produktivitas. Faktor produksi yang bersifat meningkatkan risiko produktivitas pada usahatani cabai merah besar adalah : penggunaan benih, pupuk N, pupuk K 2 O, PPCZPT, serta TKLK. Dengan demikian, pada usahatani cabai merah besar penggunaan benih, pupuk N, pupuk K 2 O, PPCZPT, serta TKLK merupakan faktor yang dapat menimbulkan risiko produktivitas. Sementara itu, faktor produksi yang bersifat meningkatkan risiko produktivitas pada usahatani cabai merah keriting adalah : benih, pupuk N, pupuk P 2 O 5 , pupuk K 2 O, PPCZPT, pupuk organik, kapur, serta TKDK dan TKLK. Faktor-faktor produksi tersebut merupakan faktor yang dapat menimbulkan risiko produktivitas cabai merah keriting. Faktor produksi yang bersifat menurunkan risiko produktivitas pada usahatani cabai merah besar adalah : pupuk P 2 O 5 , pupuk organik, kapur, pestisidafungisida dan TKDK. Dengan demikian, faktor-faktor produksi tersebut merupakan faktor yang mengurangi risiko produktivitas cabai merah besar. Sementara itu, faktor produksi yang bersifat menurunkan produktivitas pada usahatani cabai merah keriting adalah pestisidafungisida. Dengan demikian faktor pestisidafungisida berdampak mengurangi risiko produktivitas usahatani cabai merah keriting. 304 Dalam mengurangi dampak risiko produktivitas pada usahatani cabai merah besar dapat dilakukan antara lain, dengan : mengurangi penggunaan benih lokal dan mengganti benih hibrida tersertifikasi, rasionalisasi penggunaan pupuk N, pupuk K 2 O, PPCZPT, menambah penggunaan pupuk P 2 O 5 , pupuk organik, kapur, pestisidafungisida, serta substitusi TKLK dengan TKDK. Untuk mengurangi dampak risiko produktivitas pada usahatani cabai merah keriting dapat dilakukan dengan : mengurangi penggunaan input benih lokal dan mengganti dengan benih hibrida, merasionalisasi penggunaan pupuk N, pupuk K 2 O, pupuk organik, kapur, PPCZPT, penggunaan pestisidafungisida secara tepat dosis, waktu, dan metode, serta menambah penggunaan TKDK dan TKLK. Upaya penanganan risiko produktivitas cabai merah besar dan cabai merah keriting dapat dilakukan dengan diversifikasi usahatani, sistem tanam tumpang sari, rotasi tanaman, serta asuransi pertanian dengan subsidi premi dari pemerintah. Secara rataan petani cabai merah besar dan cabai merah keriting berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral. Namun secara parsial, dalam alokasi penggunaan faktor produksi terdapat petani yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan berani mengambil risiko produktivitas risk taker. Perilaku berani mengambil risiko produktivitas pada petani cabai merah besar hanya ditemukan pada alokasi penggunaan faktor produksi pupuk N dan pupuk organik. Sementara itu, perilaku berani mengambil risiko produktivitas pada petani cabai merah keriting hanya ditemukan pada alokasi penggunaan input P 2 O 5 . 305 Perilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral hingga berani mengambil risiko produktivitas risk taker berpengaruh terhadap lebih tingginya alokasi penggunaan faktor produksi. Selanjutnya berdampak pada tingkat produktivitas, nilai TE, dan tingkat pendapatan usahatani yang lebih tinggi. Untuk mendorong petani cabai merah besar dan cabai merah keriting berperilaku berani mengambil risiko produktivitas risk taker dapat dilakukan dengan : 1 Menggunakan benih hibrida yang tahan terhadap cekaman lingkungan dan serangan OPT; 2 Pemupukan secara lengkap dan berimbang serta penggunaan pupuk organik terstandarisasi; 3 Melakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, 4 Melakukan diversifikasi usahatani dan rotasi tanaman; 5 Pengembangan infrastruktur irigasi spesifik agroekosistem dan komoditas; 6 Konsolidasi kelembagaan kelompok tani dan gabungan kelompok tani Gapoktan; dan 7 Pentingnya pengembangan asuransi pertanian melalui entry point komoditas bernilai ekonomi tinggi. Petani cabai merah besar dan cabai merah keriting menghadapi risiko harga, yang ditunjukkan oleh tingginya koefisien variasi harga bulanan. Bahkan berdasarkan informasi di lapang petani menghadapi risiko harga dalam jangka pendek sekalipun, karena tingginya fluktuasi harga harian. Perilaku petani cabai merah besar adalah bersifat menghindari risiko harga risk averse. Sementara itu, perilaku petani cabai merah keriting adalah bersifat berani mengambil risiko harga risk taker. Upaya untuk mengatasi adanya risiko harga output, maka dapat dilakukan dengan : 1 Pertanian kontrak contrack farming baik melalui kontrak produksi 306 atau hanya sebatas kontrak pemasaran contract marketing; 2 Tergabung dalam kelembagaan kemitraan usaha antara kelompok tani dengan perusahaan industri pengolahan untuk menjaga stabilitas harga dan kontinyuitas pasokan; 3 Memperbaiki sistem kontrak, terutama dalam penentuan harga kontrak yang didasarkan atas biaya produksi dan ekpektasi harga output, adanya sistem reward and punishment : kualitas bagus mendapat bonus, ingkar janji dikeluarkan; 4 Penyediaan sarana dan prasarana penyimpanan berpendingin cold storage, sistem transportasi berpendingin, dan pengembangan agroindustri berbahan baku cabai merah di daerah-daerah sentra produksi; dan 5 Merevitalisasi pendayagunaan pasar induk cabai merah dan Sub Terminal Agribisnis STA yang telah ada di daerah-daerah sentra produksi; 6 Meningkatkan akses petani terhadap informasi pasar; dan 7 Kebijakan perdagangan yang bersifat melindungi petani, seperti tarif impor dan promosi ekspor.

7.2. Persepsi Petani terhadap Risiko Usahatani