231 0.0801, -0.8517, dan -0.6970. Artinya peningkatan penggunaan pupuk N, pupuk
K
2
O, dan kapur sebesar 1 akan berdampak pada menurunkan inefisiensi teknis -0.0801 , -0.8517 , dan -0.6970 . Penambahan penggunaan pupuk
N bersumber dari pupuk Urea, ZA, PONSKA dan NPK dan pupuk K
2
O bersumber KCL, KNO
3
, serta PONSKA dan NPK berdampak meningkatkan efisiensi teknis atau menurunkan inefisiensi teknis pada usahatani cabai merah
keriting.
6.4. Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Inefisiensi Teknis Cabai Merah
6.4.1. Faktor-Faktor Mempengaruhi Inefisiensi Teknis Usahatani Cabai Merah Besar
Hasil uji hipotesis memberikan kesimpulan bahwa di dalam model masih ditemukan adanya masalah inefisiensi teknis dalam berproduksi cabai merah,
yaitu sebesar 16 persen pada cabai merah besar dan hanya 7 persen pada cabai merah keriting. Untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang menjadi
penyebab inefisiensi teknis, maka dilakukan analisis regresi yang didasarkan atas besaran parameter inefisiensi teknis tersebut terhadap faktor-faktor sosial ekonomi
yang diduga menjadi penyebab terjadinya inefisiensi teknis pada usahatani cabai merah besar Tabel 39 dan Lampiran 9.
Terdapat 8 delapan variabel sosial ekonomi dan 12 variabel dummy yang dihipotesakan sebagai sumber-sumber penyebab terjadinya inefisiensi teknis
usahatani cabai merah besar. Ke delapan variabel sosial ekonomi tersebut adalah :
232 total luas lahan garapan cabai merah besar z
1
, rasio luas lahan garapan usahatani cabai merah besar terhadap total luas lahan garapan z
2
, total pendapatan rumah tangga petani z
3
, rasio pendapatan rumah tangga petani dari usahatani cabai merah besar terhadap total pendapatan rumah tangga petani z
4
, umur KK rumah tangga petani z
5
, pendidikan formal KK rumah tangga petani z
6
, pengalaman KK rumah tangga petani dalam usahatani cabai merah besar z
7
, dan rasio jumlah anggota rumah tangga usia kerja terhadap total anggota rumah tangga petani z
8
. Terdapat 12 variabel dummy yang diduga mempengaruhi inefisiensi teknis
cabai merah besar. Kedua belas variabel dummy adalah variabel dummy sistem penguasaan lahan d
5
, variabel dummy pengetahuan teknologi pembibitan d
6
, variabel dummy pengetahuan teknologi budidaya
d
7
, variabel dummy pengetahuan teknologi panen dan pasca panen d
8
, variabel dummy rotasi tanaman d
10
, variabel dummy lokasi lahan d
11
, variabel dummy akses ke pasar input d
12
, variabel dummy akses pasar outputpedagang langganan d
13
, variabel dummy akses ke sumber-sumber kredit d
14
, variabel dummy keanggotaan kelompok tani d
15
, variabel dummy keunggotaan kemitraan usaha d
16
, dan variabel dummy perlakuan pasca panen d
17
. Pada fungsi U merupakan fungsi inefisiensi teknis menunjukkan bahwa
dari 8 delapan variabel sosial ekonomi yang dihipotesakan merupakan determinan inefisiensi teknis hanya terdapat 1 satu faktor yang pengaruhnya
negatif dan nyata pada selang kepercayaan 95 yaitu rasio pendapatan RT dari usahatani cabai merah besar terhadap total pendapatan RT dengan koefisien
parameter -0.01032. Peningkatan rasio pendapatan RT usahatani cabai merah
233 besar terhadap total pendapatan RT 1 akan menurunkan tingkat ineisiensi
teknis sebesar -0.01032 . Hasil estmasi ini sesuai dengan yang dihipotesakan. Artinya semakin tinggi rasio pendapatan cabai merah besar terhadap total
pendapatan rumah tangga maka akan semakin rendah inefisiensi teknis.
Tabel 39. Hasil Estimasi Parameter Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis Secara Terpisah pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah,
Tahun 2009
Parameter Koefisien
Standar Error
T value Pr|t|
Intersep
0.19777 0.09820
2.01 0.0455
z
1
Total luas lahan garapan
-0.00133 0.00537
-0.25 0.8053
z
2
Rasio luas lahan usahatani CMB terhadap total lahan
-0.02196 0.01714
-1.28 0.2019
z
3
pendapatan total RT
-0.00101 0.00471
-0.21 0.8311
z
4
rasio pendapatan RT dari usahatani CMB terhadap total pendapatan RT
-0.01032 0.00486
-2.12 0.0351
z
5
umur KK RT
-0.01819 0.01451
-1.25 0.2118
z
6
pendidikan formal KK
0.00271 0.00861
0.31 0.7536
z
7
pengalaman KK
-0.00070 0.00847
-0.83 0.4070
z
8
rasio jumlah ART usia kerja terhadap total ART
0.00343 0.01146
0.30 0.7652
d
5
Variabel dummy sistem penguasaan lahan
0.00007 0.00377
0.02 0.9853
d
6
Variabel dummy pengetahuan teknologi pembibitan anjuran
0.00123 0.00477
0.26 0.7963
d
7
Variabel dummy pengetahuan teknologi budidaya anjuran
-0.01538 0.00576
-2.67 0.0082
d
8
Variabel dummy pengetahuan teknologi panen dan pasca panen
-0.00143 0.00351
-0.41 0.6828
d
10
Variabel dummy rotasi tanaman
-0.00383 0.00415
-0.92 0.3566
d
11
Variabel dummy lokasi
0.00575 0.00515
1.12 0.2657
d
12
Variabel dummy akses ke pasar input
-0.00628 0.00348
-1.80 0.0728
d
13
Variabel dummy akses pasar outputpedagang langgan
0.00735 0.00424
1.74 0.0845
d
14
Variabel dummy ketergantungan modal ke berbagai sumber kredit
0.00158 0.00383
0.41 0.6800
d
15
Variabel dummy keanggotaan kelompok
-0.00522 0.00363
-1.44 0.1544
d
16
Variabel dummy keanggotaan kemitraan usaha
-0.00271 0.00421
-0.65 0.5197
d
17
Variabel dummy perlakuan pasca panen
-0.00886 0.00339
-2.61 0.0098
Root MSE 0.04209 R-Square 0.2845 Dependent Mean 0.16174 Adj R-Sq 0.2032
Coeff Var 26.02390 : nyata pada
01 .
❪
: nyata pada 05
.
❪
: nyata pada 10
.
❫
: nyata pada 20
.
❫
234 Nilai koefisien parameter rasio pendapatan yang berasal dari cabai merah
besar terhadap total pendapatan bernilai negatif merupakan indikasi bahwa tingkat inefisiensi teknis yang lebih rendah pada umumnya terjadi di kalangan petani
yang memiliki pangsa pendapatan dari cabai merah besar lebih tinggi. Fenomena ini merupakan bukti empiris bahwa semakin penting posisi cabai merah besar
dalam struktur pendapatan rumah tangga semakin rendah inefisiensi teknis. Hal ini disebabkan petani akan memberikan perhatian secara lebih baik dari aspek
teknis, manajemen, serta pengelolaan risiko produksi, sehingga berdampak menurunkan inefisiensinya teknis.
Apabila selang kepercayaan diperlonggar 80 maka variabel rasio luas lahan usahatani cabai merah besar terhadap total lahan juga berpengaruh secara
positif dan nyata dengan koefisien parameter -0.02196. Koefisien parameter rasio luas garapan usahatani cabai merah besar terhadap total luas lahan garapan
berpengaruh negatif dan nyata pada selang kepercayaan 80 persen. Artinya semakin tinggi rasio luas lahan garapan cabai merah besar terhadap total lahan
garapan maka akan semakin rendah inefisiensi teknisnya. Hasil analisis ini sesuai dengan yang dihipotesakan. Petani dengan rasio luas lahan penanaman cabai
merah besar relatif besar terhadap total lahan yang dikuasai semakin rendah inefisiensi teknisnya. Hal ini disebabkan semakin penting suatu komoditas dalam
struktur usahatani akan mendorong petani memberikan input secara lebih intensif, curahan tenaga kerja secara lebih intensif, dan mengelola usahatani secara lebih
baik, sehingga berdampak menurunkan inefisiensi teknis.
235 Faktor-faktor sosial ekonomi lain yang berpengaruh secara negatif tetapi
tidak nyata antara lain adalah : variabel total luas lahan garapan z
1
, total pendapatan rumah tangga z
3
, umur KK rumah tangga z
5
, pengalaman kepala keluarga rumah tangga petani dalam usahatani cabai merah besar z
7
. Meskipun tidak nyata, tanda dari hasil estimasi parameter seluruhnya sesuai dengan yang
dihipotesakan kecuali variabel umur KK rumah tangga tani. Peningkatan luas lahan garapan akan meningkatkan skala usaha mendekati
skala optimalnya, sehingga akan menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Secara empiris rata-rata luas garapan usahatani cabai merah besar
0.231 Ha pada lahan sawah dan 0.080 Ha pada lahan kering. Peningkatan skala usaha masih lebih terbuka untuk usahatani cabai merah besar pada lahan kering
dataran tinggi, seperti halnya yang sedang terjadi di Kabupaten Purbalingga. Nilai koefisien parameter umur KK rumah tangga petani cabai merah
besar Z
5
terhadap tingkat inefisiensi teknis ternyata negatif, meskipun tidak nyata. Koefisien variabel umur KK bernilai negatif merupakan indikasi bahwa
tingkat inefisiensi teknis yang lebih rendah pada umumnya terjadi di kalangan petani yang berumur muda. Namun secara empiris rata-rata umur KK rumah
tangga petani cabai merah besar relatif homogen sekitar 40-an tahun dan berada pada kisaran usia produktif. Artinya semakin tua usia petani, namun masih dalam
rentang usia produktif ternyata lebih efisien disebabkan memiliki akumulasi pengetahuan dan adopsi teknologi secara lebih baik, sehingga lebih mampu
menghindari kecenderungan turunnya produktivitas.
236 Nilai koefisien parameter pengalaman KK rumah tangga petani cabai
merah besar Z
7
terhadap tingkat inefisiensi teknis ternyata negatif, tetapi tidak nyata.
Artinya semakin lama pengalaman dalam usahatani cabai merah besar yang dimiliki petani semakin rendah inefisiensi teknisnya. Dari sudut pandang
teori, kesimpulan ini sesuai dengan yang dihipotesakan. Petani yang lebih berpengalaman ternyata lebih efisien disebabkan memiliki pengetahuan dan
kemampuan adopsi teknologi lebih baik, sehingga lebih mampu menghindari kecenderungan turunnya produktivitas akibat degradasi sumberdaya. Petani
berpengalaman pada umumnya memiliki jaringan kerja networking yang lebih luas
sehingga peluang untuk memperoleh informasi dan cenderung mengaplikasikan informasi teknologi yang diperolehnya. Pada akhirnya petani
yang lebih berpengalaman memiliki kapabilitas manajerial yang lebih baik, karena belajar dari pengelolaan pada tahun-tahun sebelumnya.
Faktor yang berpengaruh positif, tetapi tidak nyata adalah : variabel pendidikan formal z
6
dan variabel rasio jumlah ART usia kerja terhadap total ART z
8
. Koefisien parameter pendidikan KK rumah tangga petani cabai merah besar terhadap tingkat inefisiensi teknis ternyata bertanda positif dan tidak nyata.
Artinya pendidikan formal relatif tidak berpengaruh dalam menurunkan tingkat inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Dari sudut pandang teori,
kesimpulan ini tidak sesuai dengan yang dihipotesakan. Hal ini menunjukkan tidak adanya keterkaitan dan kesesuaian link and match antara pendidikan
formal dengan kinerja usahatani cabai merah besar. Faktor penjelas lainnya
adalah konsolidasi kelembagaan kelompok tani yang baik memungkinkan adanya
237 saling belajar di antara petani satu dengan petani yang lain. Secara empiris petani
yang memiliki ketekunan yang tinggi berdasarkan pengalamannya jauh lebih baik kinerjanya dibandingkan petani kurang tekun dengan pendidikan formal yang
lebih tinggi. Variabel rasio jumlah ART usia kerja terhadap total ART ternyata
berpengaruh positif, meskipun tidak nyata. Artinya semakin tinggi rasio anggota rumah tangga usia kerja terhadap total ART cenderung menurunkan inefisiensi
teknis dalam usahatani cabai merah, meskipun bersifat tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan ART usia kerja dapat mensubtitusi terhadap
TKLK tenaga upahan dalam usahatani cabai merah besar. Pada satu sisi peningkatan penggunaan TKDK dapat mengatasi kelangkaan TK dan pada sisi
lain pengurangan TKLK juga dapat menghindarkan perilaku moral hazard dari tenaga kerja upahan.
Dari 12 variabel dummy yang dihipotesakan menjadi sumber-sumber penyebab inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar, ada 3 tiga variabel
dummy yang berpengaruh secara negatif dan nyata pada selang kepercayaan 95, yaitu : variabel dummy pengetahuan teknologi budidaya cabai merah besar
d
7
, variabel dummy keanggotaan kelompok tani d
15
, dan variabel dummy perlakuan pasca panen d
17
masing-masing dengan nilai koefisien parameter - 0.041538, -0.00628, dan -0.00886. Masing-masing tanda dari koefisien parameter
estimasi tersebut sesuai dengan yang dihipotesakan. Artinya makin tinggi pengetahuan petani tentang teknologi budidaya maka semakin rendah tingkat
inefisiensi teknis dalam usahatani cabai merah besar. Pengetahuan petani tentang
238 teknologi budidaya cabai merah besar berpengaruh secara negatif dan nyata
terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Keanggotaan petani dalam kelembagaan kelompok petani berpengaruh
negatif terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Tanda dari
parameter estimasi sesuai dengan yang dihipotesakan. Artinya semakin intensif keterlibatan petani dalam keanggotaan kelompok tani akan semakin menurunkan
inefisiensi teknis. Petani yang tergabung dalam kelompok tani akan memiliki akses yang lebih baik dalam informasi, seperti informasi teknologi, informasi
pasar dan program-program pemerintah. Sehingga keanggotakaan petani dalam kelompok tani berdampak menurunkan inefisiensi teknis.
Petani yang melakukan perlakuan pasca panen ternyata berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis dalam usahatani cabai merah
besar. Perlakuan pasca panen mengikuti saja apa yang dikehendaki pedagang besar dan perusahaan mitra, seperti kegiatan menyortir cabai yang hijau dan cacat,
menghilangkan tangkai, grading, serta pengemasan. Hal ini disebabkan perlakuan penanganan pasca panen akan meningkatkan nilai tambah produk cabai merah
yang dihasilkan. Secara empiris diperoleh informasi bahwa petani yang melakukan penaganan pasca panen pada umumnya adalah petani lahan luas,
petani tersebut juga berprofesi sebagai pedagang pengumpul, atau petani yang tergabung dalam kelembagaan kemitraan usaha.
Beberapa variabel dummy lainnya yang berpengaruh secara negatif terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar, meskipun tidak nyata
adalah : variabel dummy pengetahuan teknologi panen dan pasca panen d
8
,
239 variabel rotasi tanaman d
10
, dan variabel dummy keanggotaan dalam kemitraan usaha d
15
masing-masing dengan koefisien parameter -0.00143, -0.0083, dan -0.00271. Hasil estimasi beberapa variabel dummy tersebut sesuai dengan yang
dihipotesakan. Petani yang memiliki pengetahuan teknologi panen dan pasca panen sesuai
anjuran akan berdampak menurunkan inefisiensi teknis dalam usahatani cabai merah besar. Pengetahuan teknologi yang dimiliki cenderung untuk diaplikasikan
dalam kegiatan panen dan pengananan pasca panen, sehingga akan meningkatkan nilai tambah petani dalam penjualan produk cabai merah besar. Di samping itu,
perlakuan pasca panen sesuai dengan permintaan pasar akan dapat memperluas tujuan pasar dan memenuhi pasar yang semakin tersegmentasi.
Nilai koefisien parameter rotasi tanaman yang bertanda negatif dan nyata menunjukkan bahwa melakukan rotasi tanaman dalam struktur pola tanam dapat
menurunkan inefisiensi teknis. Hasil ini sesuai dengan yang dihipotesakan. Fenomena ini menjelaskan bahwa dengan tidak menanam cabai merah besar
secara terus-menerus ternyata dapat menurunkan inefisiensi teknis. Hal ini disebabkan sistem pola tanam dengan melakukan rotasi tanaman akan dapat
memutus siklus hama dan penyakit, serta dapat menghindari pengurasan unsur hara yang sama dari dalam tanah, sehingga berdampak menurunkan inefisiensi
teknis. Nilai koefisien parameter variabel dummy kemitraan usaha d
16
juga berpengaruh secara negatif, meskipun tidak nyata. Artinya kelembagaan
kemitraan usaha yang dibangun antara kelompok tani dengan perusahaan industri
240 pengolahan dapat menurunkan inefisiensi teknis petani cabai merah besar.
Penyediaan input produksi, bimbingan teknis dan manajemen, serta jaminan pasar dan kepastian harga dapat meningkatkan efisiensi teknis atau menurunkan
inefisiensi teknis. Hanya terdapat satu variabel dummy yang berpengaruh positif dan nyata
pada selang kepercayaan 90 adalah yairu : variabel dummy akses pasar outputpedagang langganan d
13
dengan nilai koefisien parameter 0.00735. Untuk petani yang memiliki akses ke pasar output yang direpresentasikan
memiliki pedagang langganan, ternyata sebagian besar adalah petani yang terikat modal dengan pedagang pengumpul. Petani yang menjual kepada pedagang
pengumpul langganan dengan ikatan modal menjual cabai merah besar dengan harga Rp. 500,-Kg lebih rendah dibandingkan harga yang terjadi di pasar. Secara
empiris, fenomena ini banyak dijumpai di daerah sentra produksi Kabupaten Brebes.
Variabel dummy sistem penguasaan lahan d
5
, variabel dummy pengetahuan teknologi pembibitan d
6
, variabel dummy lokasi d
11
, dan variabel dummy akses terhadap berbagai sumber kredit d
14
berpengaruh secara positif, tetapi tidak nyata, masing-masing dengan nilai koefisien parameter 0.00007,
0.00123, 0.00575, dan 0.00158. Variabel dummy sistem penguasaan lahan ternyata berdampak positif, meskipun tidak nyata. Hal ini mengandung arti
bahwa petani cabai merah besar dengan status lahan garapan sewa, maka petani mengusahakan usahatani secara lebih intensif dibandingkan petani yang
241 mengusahakan di atas lahan miliknya sendiri. Petani penyewa berusaha
memaksimalkan penggunaan lahan dalam periode waktu sewa tersebut. Untuk variabel pengetahuan teknologi pembibitan dapat dijelaskan, bahwa
petani yang memiliki pengetahuan teknologi pembibitan mencoba menyediakan kebutuhan benihnya dari benih dari hasil sekeksi sendiri dan menggunakan untuk
periode tanam berikutnya, sehingga hasilnya jika dibandingkan dengan benih hibrida yang dibeli dari tokokios saprodi hasilnya lebih rendah. Fenomena ini
dijumpai di daerah sentra produksi Kabupaten Brebes yang merupakan daerah sentra produksi utama cabai merah besar di lahan sawah dataran rendah.
Variabel lokasi lahan d
11
yang direpresentasikan akses terhadap jalan ternyata berpengaruh secara positif, meskipun tidak nyata. Hal ini diduga
disebabkan lahan usahatani cabai merah yang tergolong komoditas bernilai ekonomi tinggi rentan terhadap faktor keamanan. Sehingga sebagian besar petani
memilih mengusahakan cabai merah besar pada lahan-lahan yang tidak berada di pinggir-pinggir jalan besar, namun sedikit masuk ke dalam karena dipandang
lebih aman. Variabel dummy akses ke berbagai sumber kredit d
14
berdampak positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Hasil analisis
ini tidak sesuai dengan yang dihipotesakan. Hal ini antara lain disebabkan oleh keterikatan sebagian besar petani cabai merah besar terhadap pedagang saprodi
dan pedagang hasil kasus di Kabupaten Brebes yang merupakan daerah sentra produksi utama cabai merah besar, sebagian besar petani memiliki akses ke
242 sumber-sumber kredit informal dan baru sebagian kecil yang telah akses ke
sumber kredit formal. Sumber-sumber kredit informal yang antara lain bersumber dari pedagang
saprodi dengan tingkat suku bunga 36 tahun, pedagang pengumpul dengan tingkat suku bunga 36 tahun, pedagang besar dengan suku bunga
36tahun, serta money landers dengan tingkat suku bunga 8minggu atau 32bulan. Kondisi tersebut lebih menggambarkan ketergantungan petani
terhadap sumber-sumber kredit informal dan telah berdampak meningkatkan inefisiensi teknsis usahatani cabai merah besar. Implikasinya adalah pentingnya
pemberdayaan kelembagaan keuangan mikro LKM pada daerah-daerah sentra produksi cabai merah besar. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
PUAP perlu diaplikasikan secara lebih luas untuk pengembangan LKM di daerah-daerah sentra produksi cabai merah besar.
6.4.2. Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Inefisiensi Teknis Usahatani Cabai Merah Keriting
Terdapat 12 variabel yang dihipotesakan sebagai sumber-sumber penyebab terjadinya inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting, yang terdiri atas 8
delapan variabel sosial ekonomi dan 4 empat variabel dummy Tabel 40 dan Lampiran 10. Untuk variabel sosial ekonomi yang diduga menjadi sumber
inefisiensi teknis adalah : total luas lahan garapan cabai merah keriting z
1
, rasio luas lahan garapan usahatani cabai merah keriting terhadap total luas lahan
garapan z
2
, total pendapatan rumah tangga petani z
3
, pangsa pendapatan rumah tangga dari usahatani cabai merah keriting terhadap total pendapatan rumah
243 tangga petani z
4
, umur KK rumah tangga petani z
5
, pendidikan formal KK rumah tangga petani z
6
, pengalaman KK rumah tangga petani dalam usahatani cabai merah z
7
, rasio jumlah anggota rumah tangga usia kerja terhadap total anggota rumah tangga petani z
8
. Sementara itu, untuk variabel dummy terdiri atas variabel dummy rotasi tanaman d
10
, variabel dummy akses ke pasar output d
13
, variabel dummy akses ke sumber kredit d
14
, dan variabel dummy keunggotaan kemitraan usaha d
16
. Pada fungsi U merupakan fungsi inefisiensi teknis menunjukkan bahwa
dari 8 delapan variabel sosial ekonomi yang dihipotesakan merupakan mempengaruhi inefisiensi teknis terdapat 5 lima faktor yang pengaruhnya nyata,
yaitu : variabel total luas lahan garapan cabai merah keriting z
1
, rasio luas lahan garapan usahatani cabai merah keriting terhadap total luas lahan garapan z
2
, pangsa pendapatan rumah tangga dari usahatani cabai merah keriting terhadap
total pendapatan rumah tangga petani z
4
, pendidikan formal KK z
6
, dan variabel pengalaman KK dalam usahatani cabai merah keriting z
7
. Terdapat 4 empat variabel sosial ekonomi yang berpengaruh secara
negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis cabai merah keriting, yaitu : variabel total luas lahan garapan cabai merah keriting z
1
, rasio luas lahan garapan usahatani cabai merah terhadap total luas lahan garapan z
2
, pendidikan formal KK z
6
, serta pengalam petani dalam usahatani cabai merah keriting z
7
. Nilai koefisien masing-masing variabel sosial ekonomi tersebut secara berturut-turut
adalah -0.01105, -0.00771, -0.01203, dan -0.00662. Artinya peningkatan variabel sosial ekonomi tersebut masing-masing sebesar 1 akan berdampak
244 menurunkan inefisiensi teknis masing-masing sebesar -0.01105 , -0.00771 , -
0.01203 , dan -0.00662 .
Tabel 40. Hasil Estimasi Parameter Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis Secara Terpisah pada Usahatani Cabai Merah Keriting, di Provinsi
Jawa Tengah, Tahun 2009
Parameter Koefisien
Standar Error
T value Pr|t|
Intersep
-0.03262 0.08047
-0.41 0.6863
z
1
Total luas lahan garapan
-0.01105 0.00461
-2.40 0.0188
z
2
Rasio luas lahan usahatani CMK terhadap total lahan
-0.00771 0.00459
-1.68 0.0970
z
3
pendapatan total RT
0.00730 0.00410
1.78 0.0785
z
4
pangsa pendapatan RT dari usahatani CMK terhadap total
pendapatan RT
-0.00029 0.00441
-0.07 0.9469
z
5
umur KK RT
-0.00218 0.00852
-0.26 0.7988
z
6
pendidikan formal KK
-0.01203 0.00638
-1.89 0.0627
z
7
pengalaman KK
-0.00662 0.00300
-2.21 0.0301
z
8
rasio jumlah ART usia kerja terhadap total ART
-0.00178 0.00718
-0.25 0.8045
d
10
Variabel dummy rotasi tanaman
-0.00269 0.00211
-1.28 0.2056
d
13
Variabel dummy akses pasar outputpedagang langgan
-0.00311 0.00237
-1.31 0.1935
d
14
Variabel dummy ketergantungan modal ke berbagai sumber kredit
0.00165 0.00260
0.63 0.5284
d
16
Variabel dummy keanggotaan kemitraan usaha
-0.00048 0.00359
-0.13 0.8942
Root MSE 0.01962 R-Square 0.1932 Dependent Mean 0.06069 Adj R-Sq 0.0765
Coeff Var 32.32903 : nyata pada
01 .
❴
: nyata pada 05
.
❴
: nyata pada 10
.
❵
: nyata pada 20
.
❵
Variabel total luas lahan garapan cabai merah keriting berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting.
Tanda dari nilai koefisien parameter tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Artinya semakin besar total luas lahan garapan petani akan berdampak
menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Peningkatan
245 ukuran usahatani akan menyebabkan mendekati skala ekonomisnya, sehingga
menurunkan inefisiensi teknis dalam usahatani cabai merah keriting. Variabel rasio luas lahan garapan usahatani cabai merah keriting terhadap
total lahan garapan z
2
berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Tanda dari nilai koefisien parameter
tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Artinya semakin tinggi pangsa lahan yang ditanami cabai merah keriting terhadap total luas lahan garapan akan
berdampak menurunkan inefisiensi teknis. Hal ini disebabkan makin penting peranan suatu komoditas dalam struktur usahatani, maka akan meningkatkan
perhatian petani dan mendorong mengusahakan komoditas tersebut secara lebih intensif.
Variabel pendidikan formal KK rumah tangga petani z
6
ternyata berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai
merah keriting. Dari sudut pandang teori, kesimpulan ini sesuai dengan yang dihipotesakan. Artinya pendidikan formal berpengaruh menurunkan tingkat
inefisiensi teknis dalam usahatani cabai merah keriting. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal berpengaruh terhadap kapabilitas manajerial dan
kualitas pengambilan keputusan petani, sehingga pada akhirnya akan berdampak menurunkan inefisiensi teknis.
Variabel pengalaman KK dalam usahatani cabai merah keriting berpengaruh secara negatif dan nyata. Hal ini menunjukkan variabel pengalaman
berpengaruh penting terhadap penurunan inefisiensi usahatani cabai merah keriting. Dari sudut pandang teori, kesimpulan ini sesuai yang dihotesakan. Rata-
246 rata tingkat pengalaman petani dalam usahatani cabai merah keriting mencapai 6-
7 tahun. Pengalaman petani yang baik dalam usahatani cabai merah keriting akan menentukan keterampilan teknis dan kapabilitas manajerial petani, sehingga akan
menurunkan inefisiensi teknis. Variabel sosial ekonomi yang berpengaruh secara negatif, tetapi tidak
nyata adalah pangsa pendapatan RT dari usahatani cabai merah keriting terhadap total pendapatan rumah tangga tani, umur KK rumah tangga tani dan rasio jumlah
anggota rumah tangga ART usia kerja terhadap total ART. Untuk variabel pangsa pendapatan rumah tangga dari usahatani cabai merah keriting terhadap
total pendapatan rumah tangga berpengaruh secara negatif, meskipun tidak nyata terhadap inefisiensi teknis. Tanda dari parameter estimasi ini sesuai dengan yang
dihipotesakan. Artinya semakin tinggi rasio pendapatan cabai merah keriting
terhadap total pendapatan rumah tangga maka akan menurunkan inefisiensi teknis usahatani. Temuan ini memperkuat bukti empiris bahwa semakin penting posisi
cabai merah keriting dalam struktur pendapatan rumah tangga semakin rendah inefisiensi teknis. Semakin penting posisi suatu komoditas dalam struktur
pendapatan rumah tangga maka petani akan memberikan perhatian secara lebih baik, menggunakan teknologi yang lebih maju, dan mengusahakan secara lebih
intensif, sehingga pada gilirannya akan menurunkan inefisiensi teknis. Untuk umur KK, nilai koefisien parameter umur KK rumah tangga petani
cabai merah keriting terhadap tingkat inefisiensi teknis ternyata negatif, meskipun tidak nyata. Hasil estimasi ini tidak sesuai dengan yang dihipotesakan. Artinya
semakin tua umur petani semakin menurunkan inefisiensi teknis dalam usahatani
247 cabai merah keriting yang diusahakan. Hal ini terjadi karena sebagian besar
petani cabai merah keriting berada pada kelompok usia produktif dengan umur rata-rata 42 tahun dan hampir tidak dijumpai petani yang usianya di atas 55 tahun
yang menanam cabai merah keriting. Di samping itu, terdapat fenomena tenaga kerja muda di perdesaan yang terjun pada bisnis cabai merah keriting, karena
masih baru dan kurang pengalaman maka tingkat efisiensi teknis yang dicapai masih rendah atau inefisiensi teknisnya masih tinggi.
Variabel rasio jumlah ART usia kerja terhadap total ART ternyata berpengaruh secara negatif, tetapi tidak nyata. Artinya semakin tinggi rasio ART
usia kerja terhadap total ART cenderung menurunkan inefisiensi teknis dalam usahatani cabai merah keriting. Tanda yang diperoleh sesuai dengan yang
dihipotesakan. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan ART usia kerja dapat mensubtitusi terhadap TKLK hired labor dan dapat mengindarkan perilaku
moral hazard dari tenaga kerja upahan. Penggunaan TKDK yang disertai dengan upaya peningkatan keterampilan teknis dan kapabilitas manajerial dalam
usahatani cabai merah keriting berpotensi untuk menurunkan inefisiensi teknis. Hanya terdapat satu variabel sosial ekonomi yang berpengaruh secara
positif, tetapi tidak nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting, yaitu pendapatan total rumah tangga. Tanda dari nilai koefisien
parameter ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sangat terkait dengan keterbatasan penguasaan lahan, penguasaan teknologi dan kapabilitas manajerial
petani.
248 Dari 4 empat variabel dummy yang dihipotesakan menjadi sumber-
sumber inefisiensi teknis, hanya ada 2 dua variabel dummy yang berpengaruh secara negatif dan nyata pada selang kepercayaan 90 , yaitu variabel dummy
rotasi tanaman d
10
dan variabel dummy akses ke pasar outputpedagang langganan d
15
. Hasil estimasi ini sesuai dengan yang dihipotesakan. Nilai koefisien parameter rotasi tanaman yang bertanda negatif dan nyata menunjukkan
bahwa melakukan rotasi tanaman dalam struktur pola tanam dapat menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Petani yang tidak melakukan
penanaman cabai merah keriting secara terus-menerus ternyata dapat menurunkan inefisiensi teknis. Pola tanam dengan melakukan sistem rotasi tanaman akan
dapat menghindari pengurasan unsur hara yang sama dari dalam tanah dan pemutusan siklus OPT, sehingga berdampak menurunkan inefisiensi teknis.
Untuk variabel dummy akses ke pasar output atau memiliki pedagang langganan d
15
, bahwa ternyata petani cabai merah keriting memiliki akses terhadap pasar output dengan baik. Hasil ini sesuai dengan yang dihipotesakan.
Sebagian besar petani di daerah sentra produksi cabai merah keriting akses pasar indusk cabai merah, Sub Terminal Agribisnis STA, dan pedagang yang menjadi
langganannya. Infrastruktur pasar yang cukup memadai dengan jumlah pedagang yang cukup banyak mendorong mekanisme pasar bekerja dengan baik, sehingga
berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Terdapat satu variabel yang berpengaruh secara negatif, meskipun tidak
nyata, yaitu variabel keanggotaan dalam kemitraan usaha. Artinya kelembagaan kemitraan usaha yang dibangun antara petani cabai merah keriting dengan
249 pedagang secara langganan dan adanya media transaksi yang kondusif seperti
fasilitas pasar kecamatan dan STA dapat menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Ketersediaan pasar, jumlah pedagang yang cukup banyak,
serta kelembagaan pasar yang cukup kompetitif dapat meningkatkan efisiensi teknis atau menurunkan inefisiensi teknis.
Hanya terdapat satu variabel dummy yang berpengaruh secara positif, tetapi tidak nyata, yaitu variabel akses petani terhadap sumber-sumber kredit.
Ternyata sebagian petani cabai merah keriting akses ke sumber-sumber kredit informal dan baru sebagian kecil petani yang akses ke sumber kredit formal.
Ketergantungan petani terhadap modal khususnya kepada pedagang input dan pedagang hasil mengurangi fleksibilitas petani dalam menjual hasil. Di samping
itu, ketergantungan modal terhadap pedagang juga menyebabkan petani mendapatkan harga jual yang lebih rendah dari harga yang terjadi di pasar, pada
umumnya selisih Rp. 500,-kg.
6.5. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Risiko produktivitas 6.5.1. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Risiko Produktivitas
pada Usahatani Cabai Merah Besar
Hasil estimasi pada fungsi risiko produktivitas menunjukkan terdapat 2 dua faktor produksi yang berpengaruh secara positif dan nyata terhadap risiko
produktivitas usahatani cabai merah besar pada selang kepercayaan 99 persen, yaitu variabel pupuk N dan PPCZPT Tabel 41 dan Lampiran 11. Untuk input
produksi pupuk N dan PPCZPT adalah sesuai dengan yang dihipotesakan.
250 Artinya peningkatan penggunaan pupuk N dan PPCZPT akan meningkatkan
variasi produktivitas, sehingga akan berdampak meningkatkan risiko produktivitas cabai merah besar.
Faktor produksi lain yang berpengaruh secara positif, tetapi tidak nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah besar adalah faktor produksi benih dan
kapur. Artinya penambahan penggunaan benih dan kapur ceteris paribus akan meningkatkan variasi produktivitas dan pada gilirannya akan meningkatkan risiko
produktivitas cabai merah besar. Tanda koefisien parameter ini sesuai dengan yang dihipotesakan, meskipun bersifat tidak nyata.
Hanya terdapat satu faktor produksi yang berpengaruh secara negatif dan nyata pada selang kepercayaan 95 terhadap risiko produktivitas cabai merah
besar, yaitu TKLK. Penambahan TKLK ternyata berdampak menurunkan risiko produktivitas cabai merah besar. Hal ini disebabkan usahatani cabai merah besar
memerlukan keterampilan teknis dan TKLK secara umum memiliki keterampilan teknis yang lebih baik dibandingkan TKDK, sehingga peningkatan TKLK
berpengaruh menurunkan variasi produktivitas, yang pada akhirnya berdampak menurunkan risiko produktivitas cabai merah besar.
Terdapat beberapa faktor produksi yang berpengaruh secara negatif terhadap risiko produktivitas cabai merah besar, meskipun tidak nyata, yaitu : pupuk P
2
O
5
, pupuk K
2
O, pupuk organik, pestisidafungisida dan TKDK. Artinya penambahan penggunaan masing-masing input produksi tersebut ceteris paribus akan
menurunkan risiko produktivitas cabai merah besar. Tanda parameter estimasi dari pupuk P
2
O
5
, pupuk K
2
O, dan pupuk organik tidak sesuai dengan yang
251 dihipotesakan, sedangkan untuk faktor produksi pestisidafungisida dan TKDK
sesuai dengan yang diharapkan.
Tabel 41. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Produktivitas Usahatani Cabai Merah Besar di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Parameter Koefisien
Standar Error T value
P|t| Fungsi Produksi
Intersep 4.4571
0.7986 5.58
.0001 Lnx
1
Benih 0.0761
0.0709 1.07
0.2840 Lnx
2
Pupuk N 0.3074
0.0794 3.87
0.0002 Lnx
3
Pupuk P
2
O5 -0.0105
0.1155 -0.09
0.9276 Lnx
4
Pupuk K
2
O -0.0326
0.1176 -0.28
0.7820 Lnx
5
PPCZPT 0.1552
0.0399 3.89
0.0002 Lnx
6
Pupuk organik -0.1959
0.1302 -1.50
0.1330 Lnx
7
Kapur 0.1083
0.1353 0.80
0.4239 Lnx
8
Pestisidafungisida -0.0060
0.1190 -0.05
0.9598 Lnx
9
Tenaga kerja Dalam Keluarga -0.0563
0.0760 -0.74
0.4597 Ln
10
Tenaga Kerja Luar Keluarga -0.3438
0.1658 -2.07
0.0390 Lnx
1
Lnx
1
Interaksi antara benih dengan benih -0.0357
0.0209 -1.71
0.0892 Lnx
2
Lnx
2
Interaksi pupuk N dengan pupuk N 0.0797
0.0726 1.10
0.2734 Lnx
3
Lnx
3
Interaksi pupuk P
2
O5 dengan P
2
O5 0.0006
0.0372 0.02
0.9868 Lnx
4
Lnx
4
Interaksi pupuk K
2
O dengan K
2
O -0.0305
0.0419 -0.73
0.4677 Lnx
5
Lnx
5
Interaksi PPCZPT dengan PPCZPT -0.0104
0.0649 -0.16
0.8735 Lnx
6
Lnx
6
Interaksi pupuk organik dg ppk organik -0.0047
0.0115 -0.41
0.6850 Lnx
7
Lnx
7
Interaksi kapur dengan kapur -0.0096
0.0266 -0.36
0.7198 Lnx
8
Lnx
8
Interaksi pestisida dengan pestisida -0.0794
0.0654 -1.21
0.2257 Lnx
9
Lnx
9
Interaksi TKDK dengan TKDK 0.0037
0.0073 0.50
0.6154 Lnx
10
Lnx
10
Interaksi TKLK dengan TKLK 0.0251
0.0418 0.60
0.5493 Lnx
1
Lnx
2
Interaksi benih dengan N 0.0252
0.0523 0.48
0.6298 Lnx
1
Lnx
3
Interaksi benih dengan P
2
O5 -0.0140
0.0358 -0.39
0.6958 Lnx
1
Lnx
4
Interaksi benih dengan K
2
O -0.0798
0.0307 -2.60
0.0098 Lnx
1
Lnx
5
Interaksi benih dengan PPCZPT 0.0441
0.0629 0.70
0.4841 Lnx
1
Lnx
6
Interaksi benih dengan pupuk organik 0.0209
0.0412 0.51
0.6119 Lnx
1
Lnx
7
Interaksi benih dengan kapur -0.0466
0.0499 -0.93
0.3514 Lnx
1
Lnx
8
Interaksi benih dengan pestisida -0.0227
0.0454 -0.50
0.6170 Lnx
1
Lnx
9
Interaksi benih dengan TKDK -0.0018
0.0273 -0.07
0.9471 Lnx
1
Lnx
10
Interaksi benih dengan TKLK 0.1140
0.0530 2.15
0.0323 Lnx
2
Lnx
3
Interaksi pupuk N dengan P
2
O5 0.0355
0.0592 0.60
0.5492 Lnx
2
Ln
4
Interaksi pupuk N dengan K
2
O 0.0048
0.0407 0.12
0.9054 Lnx
2
Lnx
5
Interaksi pupuk N dengan PPCZPT 0.1110
0.0923 1.20
0.2301 Lnx
2
Lnx
6
Interaksi pupuk N dg pupuk organik -0.1479
0.0704 -2.10
0.0366 Lnx
2
Lnx
7
Interaksi pupuk N dengan kapur -0.0118
0.0845 -0.14
0.8893 Lnx
2
Lnx
8
Interaksi pupuk N dengan pestisida 0.0946
0.0908 1.04
0.2980 Lnx
2
Lnx
9
Interaksi pupuk N dengan TKDK -0.0345
0.0461 -0.75
0.4558 Lnx
2
Lnx
10
Interaksi pupuk N dengan TKLK -0.0147
0.0729 -0.20
0.8404 Lnx
3
Lnx
4
Interaksi pupuk P
2
O
5
dengan K
2
O 0.0284
0.0506 0.56
0.5756 Lnx
3
Lnx
5
Interaksi pupuk P
2
O
5
dengan PPCZPT -0.0096
0.0745 -0.13
0.8971 Lnx
3
Lnx
3
Interaksi pupuk P
2
O
5
dg pupuk organik 0.1105
0.0517 2.14
0.0334 Lnx
3
Lnx
7
Interaksi pupuk P
2
O
5
dengan kapur 0.0021
0.0699 0.03
0.9765 Lnx
3
Lnx
8
Interaksi pupuk P
2
O
5
dengan pestisida -0.0540
0.0446 -1.21
0.2263 Lnx
3
Lnx
9
Interaksi pupuk P
2
O
5
dengan TKDK -0.0705
0.0415 -1.70
0.0901 Ln
3
Lnx
10
Interaksi pupuk P
2
O
5
dengan TKLK -0.1252
0.0669 -1.87
0.0622 Lnx
4
Lnx
5
Interaksi pupuk K
2
O dengan PPCZPT 0.0271
0.0758 0.36
0.7206 Lnx
4
Lnx
6
Interaksi pupuk K
2
O dg pupuk organik 0.0412
0.0563 0.73
0.4645 Lnx
4
Lnx
7
Interaksi pupuk K
2
O dengan kapur -0.0387
0.0547 -0.71
0.4795 Lnx
4
Lnx
8
Interaksi pupuk K
2
O dengan pestisida 0.0225
0.0521 0.43
0.6659 Lnx
4
Lnx
9
Interaksi pupuk K
2
O dengan TKDK -0.0197
0.0372 -0.53
0.5970
252
Tabel 41. Lanjutan
Parameter Koefisien
Standar Error T value
P|t| Fungsi Produksi
Lnx
4
Lnx
10
Interaksi pupuk K
2
O dengan TKLK 0.0788
0.0539 1.46
0.1444 Lnx
5
Lnx
6
Interaksi PPCZPT dg pupuk organik -0.1428
0.0747 -1.91
0.0569 Lnx
5
Lnx
7
Interaksi PPCZPT dengan kapur 0.0267
0.0706 0.38
0.7052 Lnx
5
Lnx
8
Interaksi PPCZPT dengan pestisida 0.0522
0.0636 0.82
0.4124 Lnx
5
Lnx
9
Interaksi PPCZPT dengan TKDK 0.0507
0.0590 0.86
0.3904 Lnx
5
Lnx
10
Interaksi PPCZPT dengan TKLK -0.0510
0.0748 -0.68
0.4956 Lnx
6
Lnx
7
Interaksi pupuk organik dengan kapur 0.0974
0.0429 2.27
0.0237 Lnx
6
Lnx
8
Interaksi pupuk organik dg pestisida -0.0637
0.0650 -0.98
0.3283 Lnx
6
Lnx
9
Interaksi pupuk organik dengan TKDK 0.0153
0.0357 0.43
0.6695 Lnx
6
Lnx
10
Interaksi pupuk organik dengan TKLK 0.0057
0.0537 0.11
0.9163 Lnx
7
Lnx
8
Interaksi kapur dengan pestisida 0.0589
0.0732 0.80
0.4221 Lnx
7
Lnx
9
Interaksi kapur dengan TKDK -0.0221
0.0284 -0.78
0.4368 Lnx
7
Lnx
10
Interaksi kapur dengan TKLK -0.0863
0.0620 -1.39
0.1649 Lnx
8
Lnx
9
Interaksi pestisida dengan TKDK 0.0437
0.0464 0.94
0.3467 Lnx
8
Lnx
10
Interaksi pestisida dengan TKLK 0.0410
0.0444 0.92
0.3574 Lnx
9
Lnx
10
Interaksi TKDK dengan TKLK 0.0672
0.0543 1.24
0.2168 Root MSE
0.46341 R-Square 0.92411
Dependent Mean 1.17344 Adj R-Sq
0.90619 Coeff Var
39.49201 : nyata pada
01 .
❛
: nyata pada
05 .
❛
: nyata pada
10 .
❜
Sebagian besar petani mengemukakan bahwa usahatani cabai merah besar tanpa penggunaan pupuk organik, P
2
O
5
dan K
2
O yang cukup dapat mengalami kegagalan. Sementara itu, penambahan pengunaan pestisidafungisida dan TKDK
akan menjaga stabilitas produktivitas, sehingga berdampak menurunkan risiko produktivitas. Namun demikian, mengingat fungsi risiko produktivitas yang
digunakan adalah fungsi translog maka untuk melihat pengaruh masing-masing input produksi terhadap risiko produktivitas perlu dilakukan penghitungan
elastisitasnya. Secara keseluruhan terdapat 9 sembilan variabel interaksi antar faktor
produksi yang berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas cabai merah besar, yaitu : interaksi antara benih dengan benih, interaksi benih dengan K
2
O, interaksi benih dengan TKLK, interaksi pupuk N dengan pupuk organik, interaksi pupuk
253 P
2
O
5
dengan pupuk organik, interaksi pupuk P
2
O
5
dengan TKDK, interaksi pupuk P
2
O
5
dengan TKLK, interaksi PPCZPT dengan pupuk organik, dan interaksi pupuk organik dengan kapur.
Terdapat 3 tiga variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara positif dan nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah besar, yaitu:
interaksi benih dengan TKLK, interaksi pupuk P
2
O
5
dengan pupuk organik, dan interaksi pupuk organik dengan kapur. Kombinasi interaksi antara benih dan
TKLK meningkatkan risiko produktivitas cabai merah besar. Pada satu sisi sebagian petani cabai merah besar masih menggunakan benih lokal TIT Randu,
TIT Segitiga, dan TIT Super dan cenderung menggunakan jarak tanam rapat dan pada sisi lain adanya perilaku moral hazard dari sebagian TKLK menyebabkan
interaksi antar keduanya bersifat menurunkan risiko produktivitas. Kombinasi interaksi antara pupuk P
2
O
5
dan pupuk organik bersifat meningkatkan risiko produktivitas. Hal ini disebabkan penambahan penggunaan
pupuk P
2
O
5
dan penambahan pupuk organik berupa pupuk kandang yang belum matang akan meningkatkan variasi produktivitas cabai merah besar. Sehingga
interaksi antar ke duanya akan bersifat menurunkan risiko produktivitas cabai merah besar.
Interaksi antara pupuk organik dan kapur bersifat meningkatkan risiko produktivitas cabai merah besar. Hal ini disebabkan penambahan penggunaan
pupuk organik dalam bentuk pupuk kandang yang belum matang dan penambahan kapur akan meningkatkan variasi produktivitas cabai merah besar. Sehingga
254 interaksi antar ke duanya akan bersifat meningkatkan risiko produktivitas cabai
merah besar. Variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara positif,
tetapi tidak nyata secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 30. Variabel interaksi antar faktor produksi tersebut kurang berpengaruh terhadap risiko produktivitas
cabai merah besar. Terdapat 6 enam variabel interaksi antar faktor produksi yang
berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah besar, yaitu: interaksi antara benih dengan benih, interaksi benih dengan K
2
O, interaksi pupuk N dengan pupuk organik, interaksi pupuk P
2
O
5
dengan TKDK, interaksi pupuk P
2
O
5
dengan TKLK, dan interaksi PPCZPT dengan pupuk organik.
Kombinasi interaksi antara benih dengan benih cabai merah besar berpengaruh negatif terhadap risiko produktivitas. Hal ini disebabkan
penambahan penggunaan benih yang ditujukan untuk kegiatan penyulaman apabila ada tanaman yang mati atau tumbuh kerdil jelas akan menurunkan risiko
produktivitas. Di samping itu, adanya pergeseran penggunaan benih dari benih unggul lokal ke arah benih hibrida juga akan menurunkan risiko produktivitas.
Kombinasi interaksi antara benih dengan pupuk K
2
O berpengaruh negatif terhadap risiko produktivitas cabai merah besar. Pada satu sisi, penambahan
penggunaan benih cabai merah besar yang ditujukan untuk kegiatan penyulaman apabila ada tanaman yang mati atau tumbuh kerdil jelas akan menurunkan risiko
produktivitas. Pada sisi lain, penggunaan pupuk K
2
O yang juga berperan sebagai pupuk awal atau pupuk dasar pada saat awal pertanaman akan berpengaruh positif
255 terhadap pertumbuhan tanaman. Sehingga interaksi antara ke duanya akan
menurunkan risiko produktivitas cabai merah besar. Kombinasi interaksi antara pupuk N dengan pupuk organik berpengaruh
negatif terhadap risiko produktivitas cabai merah besar. Pada satu sisi penambahan penggunaan pupuk N akan berpengaruh meningkatnya variasi
produktivitas, sedangkan pada sisi lain penambahan penggunaan pupuk organik yang bersifat memperbaiki sifat fisik dan biokimia tanah jelas akan menurunkan
variasi produktivitas. Namun kombinasi interaksi antara ke duanya ternyata berdampak menurunkan risiko produktivitas cabai merah besar.
Kombinasi interaksi antara pupuk P
2
O
5
dengan TKDK berpengaruh negatif terhadap risiko produktivitas cabai merah besar. Pupuk P
2
O
5
berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif dan generatif dan adanya fenomena
kelangkaan tenaga kerja di daerah sentra produksi cabai merah. Hal ini menyebabkan penambahan pupuk P
2
O
5
dan TKDK yang dibarengi peningkatan keterampilan teknis dalam usahatani cabai merah besar akan dapat menurunkan
variasi produktivitas. Interaksi ke duanya secara simultan akan berdampak menurunkan risiko produktivitas.
Kombinasi interaksi pupuk P
2
O
5
dengan TKLK berpengaruh secara negatif terhadap risiko produktivitas cabai merah besar. Pupuk P
2
O
5
berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif dan generatif dan TKLK yang pada
umumnya mempunyai keterampilan teknis dalam usahatani cabai merah besar akan dapat menurunkan variasi produktivitas. Interaksi ke duanya secara simultan
akan berdampak menurunkan risiko produktivitas cabai merah besar.
256 Kombinasi interaksi PPCZPT dengan pupuk organik berpengaruh secara
negatif terhadap produktivitas cabai merah besar. Pupuk pelengkap cair PPC dan zat perangsang tumbuh ZPT berfungsi dalam penyedia unsur-unsur mikro
dan sebagai zat perangsang tumbuh dapat menurunkan variasi produktivitas. Pupuk organik yang berfungsi memperbaiki struktur dan terkstur tanah akan
meningkatkan efektivitas dalam penyerapan unsur-unsur hara baik makro maupun mikro. Di samping itu, pupuk organik dalam jumlah yang terbatas juga berperan
sebagai penyedia unsur-unsur hara baik makro maupun mikro. Sehingga interaksi antara keduanya bersifat menurunkan risiko produktivitas cabai merah besar.
Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produktivitas cabai merah besar dengan menggunakan fungsi produksi translog dapat diformulasikan
sebagai berikut:
ln ln
0.067 ln
ln 0.041
ln ln
0.044 ln
ln .086
ln ln
0.022 ln
ln 0.059
ln ln
0.006 ln
ln .015
ln ln
0.064 ln
ln 0.097
ln ln
0.051 ln
ln 0.051
ln ln
0.052 ln
ln 0.027
ln ln
0.143 ln
ln 0.079
ln ln
0.020 ln
ln 0.023
ln ln
0.039 ln
ln 0.041
ln ln
0.027 ln
ln 0.125
ln ln
0.071 ln
ln 0.054
ln ln
0.002 ln
ln 0.111
ln ln
0.010 ln
ln 0.028
ln 0.015ln
ln ln
0.035 ln
ln 0.095
ln ln
0.012 ln
ln .148
ln ln
0.111 ln
ln 0.005
ln ln
0.036 ln
ln 0.114
ln ln
0.002 ln
ln 0.023
ln ln
0.047 ln
ln 0.021
ln ln
0.044 ln
ln 0.080
ln ln
0.014 ln
ln 0.025
ln ln
0.025 ln
ln 0.004
ln ln
0.079 ln
ln 0.010
ln ln
0.005 ln
ln 0.010
ln ln
.031 ln
ln 0.001
ln ln
0.080 ln
ln 0.036
ln 0.344
ln 0.056
ln 0.006
ln 0.108
ln 0.196
ln 0.155
ln 0.033
ln 0.011
ln 0.307
ln 0.076
4.457 ln
ln
10 9
10 8
9 8
10 7
9 7
8 7
10 6
9 6
8 6
7 6
10 5
9 5
8 5
7 5
6 5
10 4
9 4
8 4
7 4
6 4
5 4
10 3
9 3
8 3
7 3
6 3
5 3
4 3
10 2
9 2
8 2
7 2
6 2
5 2
4 2
3 2
10 1
9 1
8 1
7 1
6 1
5 1
4 1
3 1
2 1
10 10
9 9
8 8
7 7
6 6
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
10 9
8 7
6 5
4 3
2 1
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x y
i
❝ ❝
❝ ❞
❞ ❝
❝ ❝
❞ ❝
❞ ❝
❝ ❝
❞ ❝
❞ ❝
❞ ❝
❝ ❞
❞ ❞
❝ ❝
❞ ❝
❞ ❞
❝ ❞
❞ ❝
❝ ❝
❝ ❞
❞ ❞
❝ ❝
❞ ❞
❝ ❝
❝ ❞
❞ ❞
❞ ❞
❝ ❝
❞ ❞
❞ ❞
❝ ❞
❝ ❞
❞ ❝
❝ ❡
257
6.5.2. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Risiko Produktivitas Usahatani Cabai Merah Keriting
Dengan cara yang sama dilakukan analisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting di Provinsi Jawa
Tengah. Hasil estimasi pada fungsi risiko produktivitas menunjukkan terdapat 4 empat faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap risiko produktivitas
Tabel 42 dan Lampiran 12. Dari 4 empat faktor yang berpengaruh nyata, terdapat 3 tiga faktor produksi yang berpengaruh secara positif dan nyata, yaitu
benih, pupuk N, dan PPCZPT. Penambahan penggunaan masing-masing input produksi tersebut dengan asumsi ceteris paribus maka akan menyebabkan
peningkatan risiko produktivitas cabai merah keriting. Hal ini disebabkan penambahan penggunaan input-input produksi tersebut akan menyebabkan
meningkatnya variasi produktivitas cabai merah keriting yang dihasilkan. Tanda dari parameter estimasi yang diperoleh adalah sesuai dengan yang diharapkan.
Faktor input produksi yang berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting pada selang kepercayaan 99 adalah
pupuk P
2
O
5
. Artinya semakin tinggi penggunakan pupuk P
2
O
5
maka akan menurunkan risiko produktivitas usahatani cabai merah keriting. Hasil estimasi
ini tidak sesuai dengan yang dihipotesiskan, penambahahan penggunaan pupuk P
2
O
5
akan meningkatkan variasi produktivitas, sehingga risiko produktivitas meningkat. Namun karena bentuk fungsi adalah fungsi translog maka perlu
dilakukan penghitungan terhadap nilai elastisitasnya.
258 Tabel 42. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Produktivitas Usahatani Cabai Merah
Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Parameter Koefisien
Standar Error T value
P|t| Fungsi Produksi
Intersep 64.3569
43.5506 1.48
0.1499 Lnx
1
Benih 7.8452
4.1444 1.89
0.0680 Lnx
2
Pupuk N 2.1599
0.7267 2.97
0.0039 Lnx
3
Pupuk P
2
O5 -2.5907
1.9852 -1.26
0.0392 Lnx
4
Pupuk K
2
O -0.5693
2.9283 -0.19
0.8472 Lnx
5
PPCZPT 0.4674
0.2010 2.33
0.0225 Lnx
6
Pupuk organik -2.8944
2.5856 -1.12
0.2718 Lnx
7
Kapur -6.0361
6.4518 -0.94
0.3570 Lnx
8
Pestisidafungisida -1.9950
3.3465 -0.60
0.5556 Lnx
9
Tenaga kerja Dalam Keluarga -5.0415
4.2763 -1.18
0.2477 Ln
10
Tenaga Kerja Luar Keluarga -5.8838
5.3106 -1.11
0.2767 Lnx
1
Lnx
1
Interaksi antara benih dengan benih -0.2695
0.2783 -0.97
0.3406 Lnx
2
Lnx
2
Interaksi pupuk N dengan pupuk N 0.2791
0.1416 1.97
0.0580 Lnx
3
Lnx
3
Interaksi pupuk P
2
O5 dengan P
2
O5 0.0982
0.0970 1.01
0.3199 Lnx
4
Lnx
4
Interaksi pupuk K
2
O dengan K
2
O 0.1665
0.1929 0.86
0.3948 Lnx
5
Lnx
5
Interaksi PPCZPT dengan PPCZPT -0.3547
0.3183 -1.11
0.2741 Lnx
6
Lnx
6
Interaksi pupuk organik dg ppk organik -0.0212
0.0167 -1.27
0.2143 Lnx
7
Lnx
7
Interaksi kapur dengan kapur 0.0251
0.1673 0.15
0.8819 Lnx
8
Lnx
8
Interaksi pestisida dengan pestisida -0.1727
0.2839 -0.61
0.5476 Lnx
9
Lnx
9
Interaksi TKDK dengan TKDK 0.1177
0.1355 0.87
0.3919 Lnx
10
Lnx
10
Interaksi TKLK dengan TKLK 0.5379
0.2731 1.97
0.0582 Lnx
1
Lnx
2
Interaksi benih dengan N 0.0711
0.2478 0.29
0.7760 Lnx
1
Lnx
3
Interaksi benih dengan P
2
O5 0.2476
0.2646 0.94
0.3568 Lnx
1
Lnx
4
Interaksi benih dengan K
2
O -0.4511
0.2487 -1.81
0.0797 Lnx
1
Lnx
5
Interaksi benih dengan PPCZPT 0.8733
0.5407 1.62
0.1167 Lnx
1
Lnx
6
Interaksi benih dengan pupuk organik 0.0643
0.3658 0.18
0.8617 Lnx
1
Lnx
7
Interaksi benih dengan kapur -0.0358
0.4301 -0.08
0.9342 Lnx
1
Lnx
8
Interaksi benih dengan pestisida 0.1356
0.3373 0.40
0.6905 Lnx
1
Lnx
9
Interaksi benih dengan TKDK -0.8100
0.3609 -2.24
0.0323 Lnx
1
Lnx
10
Interaksi benih dengan TKLK -0.0884
0.0395 -2.24
0.0326 Lnx
2
Lnx
3
Interaksi pupuk N dengan P
2
O5 0.3828
0.1276 3.00
0.0054 Lnx
2
Ln
4
Interaksi pupuk N dengan K
2
O -0.0628
0.1482 -0.42
0.6750 Lnx
2
Lnx
5
Interaksi pupuk N dengan PPCZPT -0.4367
0.3102 -1.41
0.1695 Lnx
2
Lnx
6
Interaksi pupuk N dg pupuk organik -0.2191
0.2247 -0.98
0.3371 Lnx
2
Lnx
7
Interaksi pupuk N dengan kapur -0.2432
0.3151 -0.77
0.4463 Lnx
2
Lnx
8
Interaksi pupuk N dengan pestisida -0.2206
0.2062 -1.07
0.2932 Lnx
2
Lnx
9
Interaksi pupuk N dengan TKDK 0.5528
0.2460 2.25
0.0322 Lnx
2
Lnx
10
Interaksi pupuk N dengan TKLK -0.3537
0.2433 -1.45
0.1565 Lnx
3
Lnx
4
Interaksi pupuk P
2
O
5
dengan K
2
O -0.1742
0.1477 -1.18
0.2475 Lnx
3
Lnx
5
Interaksi pupuk P
2
O
5
dengan PPCZPT -0.4377
0.2663 -1.64
0.1106 Lnx
3
Lnx
3
Interaksi pupuk P
2
O
5
dg pupuk organik 0.2207
0.2004 1.10
0.2797 Lnx
3
Lnx
7
Interaksi pupuk P
2
O
5
dengan kapur 0.0040
0.1803 0.02
0.9823 Lnx
3
Lnx
8
Interaksi pupuk P
2
O
5
dengan pestisida 0.1911
0.2462 0.78
0.4439 Lnx
3
Lnx
9
Interaksi pupuk P
2
O
5
dengan TKDK -0.0398
0.2238 -0.18
0.8602 Ln
3
Lnx
10
Interaksi pupuk P
2
O
5
dengan TKLK -0.3566
0.1618 -2.20
0.0354 Lnx
4
Lnx
5
Interaksi pupuk K
2
O dengan PPCZPT 0.6237
0.3513 1.78
0.0860 Lnx
4
Lnx
6
Interaksi pupuk K
2
O dg pupuk organik -0.2509
0.2407 -1.04
0.3056 Lnx
4
Lnx
7
Interaksi pupuk K
2
O dengan kapur 0.1301
0.2452 0.53
0.5995 Lnx
4
Lnx
8
Interaksi pupuk K
2
O dengan pestisida -0.1684
0.2271 -0.74
0.4641 Lnx
4
Lnx
9
Interaksi pupuk K
2
O dengan TKDK 0.0999
0.2103 0.48
0.6381 Lnx
4
Lnx
10
Interaksi pupuk K
2
O dengan TKLK 0.4372
0.2064 2.12
0.0426 Lnx
5
Lnx
6
Interaksi PPCZPT dg pupuk organik 0.1259
0.2480 0.51
0.6154 Lnx
5
Lnx
7
Interaksi PPCZPT dengan kapur 0.1479
0.4612 0.32
0.7507 Lnx
5
Lnx
8
Interaksi PPCZPT dengan pestisida 0.3779
0.3985 0.95
0.3505 Lnx
5
Lnx
9
Interaksi PPCZPT dengan TKDK 0.5045
0.4197 1.20
0.2387 Lnx
5
Lnx
10
Interaksi PPCZPT dengan TKLK 1.0705
0.4122 2.60
0.0144 Lnx
6
Lnx
7
Interaksi pupuk organik dengan kapur 0.4791
0.2652 1.81
0.0808 Lnx
6
Lnx
8
Interaksi pupuk organik dg pestisida -0.1712
0.2587 -0.66
0.5132 Lnx
6
Lnx
9
Interaksi pupuk organik dengan TKDK 0.1166
0.2628 0.44
0.6604 Lnx
6
Lnx
10
Interaksi pupuk organik dengan TKLK 0.0572
0.2293 0.25
0.8048 Lnx
7
Lnx
8
Interaksi kapur dengan pestisida 0.1178
0.2467 0.48
0.6365
259 Tabel 42. Lanjutan
Parameter Koefisien
Standar Error T value
P|t| Fungsi Produksi
Lnx
7
Lnx
9
Interaksi kapur dengan TKDK 0.0096
0.3630 0.03
0.9791 Lnx
7
Lnx
10
Interaksi kapur dengan TKLK 0.2065
0.4428 0.47
0.6444 Lnx
8
Lnx
9
Interaksi pestisida dengan TKDK 0.3850
0.2495 1.54
0.1334 Lnx
8
Lnx
10
Interaksi pestisida dengan TKLK 0.1692
0.2667 0.63
0.5307 Lnx
9
Lnx
10
Interaksi TKDK dengan TKLK 0.2274
0.3852 0.59
0.5593 Root MSE 0.32017 R-Square 0.78543
Dependent Mean -0.32320 Adj R-Sq 0.32054
Coeff Var -99.06088
: nyata pada
01 .
❢
: nyata pada
05 .
❢
: nyata pada
10 .
❣
Faktor produksi lain yang berpengaruh secara negatif, meskipun tidak nyata terhadap risiko produktivitas adalah : pupuk K
2
O, pupuk organik, kapur, pestisidafungisida, serta TKDK dan TKLK. Faktor-faktor produksi tersebut
kurang berpengaruh terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting. Meskipun tidak nyata, sebagian besar tanda dari parameter input-input produksi tersebut
sesuai dengan yang diduga. Pupuk organik dan kapur yang berfungsi untuk memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah ternyata berpengaruh menurunkan
variasi produktivitas. Penambahan penggunaan pestisidafungisida yang berfungsi mengendalikan OPT akan menstabilkan produktivitas, sehingga berdampak
menurunkan risiko produktivitas cabai merah keriting. Demikian juga halnya, penambahan penggunaan TKDK dan TKLK akan menurunkan variasi
produktivitas, karena usahatani cabai merah bersifat intensif tenaga kerja. Sehingga peningkatan penggunan TKDK dan TKLK berdampak menurunkan
risiko produktivitas cabai merah keriting. Secara keseluruhan terdapat 12 variabel interaksi antar faktor produksi
yang berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting, yaitu :
260 interaksi pupuk N dengan pupuk N, TKLK dengan TKLK, benih dengan K
2
O, benih dengan pestisidafungisida, benih dengan TKDK, benih dengan TKLK,
pupuk N dengan pupuk P
2
O
5
, pupuk N dengan TKDK, pupuk P
2
O
5
dengan TKLK, pupuk K
2
O dengan PPCZPT, PPCZPT dengan TKLK, serta interaksi pupuk organik dengan kapur.
Terdapat 8 delapan variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara positif dan nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah
keriting, yaitu: interaksi pupuk N dengan pupuk N, TKLK dengan TKLK, benih dengan pestisidafungisida, pupuk N dengan pupuk P
2
O
5
, pupuk N dengan TKDK, pupuk K
2
O dengan PPCZPT, PPCZPT dengan TKLK, serta interaksi antara pupuk organik dengan kapur.
Penggunaan pupuk N yang berasal dari beberapa jenis pupuk, seperti pupuk Urea, ZA, serta PONSKA dan NPK berpengaruh meningkatkan variasi
produktivitas cabai merah keriting. Sehingga interaksi antara pupuk N yang bersumber dari berbagai jenis pupuk tersebut secara simultan berdampak
meningkatkan risiko produktivitas cabai merah keriting. Kombinasi interaksi antara TKLK dan TKLK berpengaruh secara positif
dan nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting. Hasil ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya perilaku
moral hazard dari TKLK dalam berbagai kegiatan usahatani cabai merah keriting. Secara empiris dijumpai adanya tenaga kerja upahan, apabila diterapkan sistem
upah harian cenderung memperlambat pekerjaan dan apabila dilakukan upah borongan cenderung mempercepat pekerjaan dan kurang memperhatikan kualitas
261 hasil kerja. Sehingga interaksi antara keduanya berdampak meningkatkan risiko
produktivitas cabai merah keriting. Interaksi
antara benih
dengan pestisidafungisida
berdampak meningkatkan risiko produktivitas. Masih adanya sebagian petani yang
menggunakan benih unggul lokal varietas tampar dan sebagian lagi menggunakan benih hibrida akan meningkatkan variasi produktivitas. Sementara
itu, adanya fenomena penggunaan pestisidafungisida tidak tepat dosis dan terjadinya pengoplosan antar berbagai jenis pestisidafungisida menyebabkan
meningkatnya variasi produktivitas. Interaksi antara keduanya berdampak meningkatkan risiko produktivitas cabai merah keriting.
Kombinasi interaksi antara pupuk N dan P
2
O
5
berpengaruh secara positif dan nyata terhadap peningkatan produktivitas cabai merah keriting. Hal ini
disebabkan bahwa pengaruh penambahan penggunaan masing-masing input produksi tersebut dapat meningkatkan variasi produktivitas cabai merah keriting.
Sehingga interaksi antar keduanya input tersebut berdampak meningkatkan risiko produktivitas cabai merah keriting.
Kombinasi interaksi antara pupuk N dengan TKDK berpengaruh secara positif dan nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting. Penambahan
penggunaan pupuk
N berdampak meningkatkan variasi produktivitas. Penambahan penggunaan TKDK yang tidak disertai peningkatan keterampilan
teknis dalam budidaya cabai keriting yang rendah dapat meningkatkan risiko produktivitas. Sehingga interaksi antar keduanya berdampak meningkatkan risiko
produktivitas usahatani cabai merah keriting.
262 Kombinasi interaksi antara pupuk K
2
O dengan PPCZPT berpengaruh secara positif dan nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting.
Peningkatan penggunaan pupuk K
2
O dan PPCZPT dapat meningkatkan variabilitas produktivitas cabai merah keriting. Sehingga interaksi antara
keduanya berdampak menurunkan risiko produktivitas. Kombinasi interaksi antara PPCZPT dengan TKLK berpengaruh secara
positif dan nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting. Pada satu sisi, penambahan penggunaan PPCZPT
dapat meningkatkan variabilitas
produktitivitas. Pada sisi lain, penambahan penggunaan TKLK akan menurunkan variabilitas produktivitas, namun karena adanya perilaku moral hazard pada
tenaga kerja upahan dapat menimbulkan peningkatan variabilitas produktivitas cabai merah keriting. Sehingga interaksi antara keduanya secara bersamaan
berdampak pada menurunkan risiko produktivitas cabai merah keriting. Kombinasi interaksi pupuk organik dengan kapur berpengaruh secara
positif terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting. Penambahan pupuk organik dalam bentuk pupuk kandang yang belum matang dan belum
terstandarisasi akan meningkatkan variabilitas produktivitas. Penambahan kapur terutama pada lahan sawah dengan pH yang sudah ideal bagi pertumbuhan
tanaman cabai merah keriting dapat menyebabkan peningkatan variabilitas produktivitas. Sehingga interaksi antara pupuk organik dan kapur berdampak
meningkatkan risiko produktivitas cabai merah keriting. Variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara positif,
tetapi tidak nyata secara terperinci dapat dilihat pada pada Tabel 42 dan Lampiran
263 12. Variabel-variabel interaksi antar faktor produksi tersebut kurang penting
dalam mempengaruhi risiko produktivitas cabai merah keriting. Terdapat 4 empat variabel interaksi antar faktor produksi yang
berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting, yaitu: benih dengan dan pupuk K
2
O, benih dengan TKDK, benih dengan TKLK, pupuk P
2
O
5
dengan TKLK. Kombinasi antara benih dengan dan K
2
O berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah
keriting. Secara empiris terdapat kecenderungan petani cabai merah keriting menanam dengan menggunakan jarak tanam rapat, dengan harapan apabila ada
yang mati atau tumbuh kerdil dapat dilakukan penyulaman, sehingga dapat menurunkan variabilitas produktivitas. Penggunaan pupuk K
2
O dapat
menimbulkan risiko produktivitas. Sehingga interaksi antara penggunaan benih dan pupuk K
2
O berdampak menurunkan risiko produktivitas cabai merah keriting. Kombinasi interaksi penggunaan benih dengan TKDK berpengaruh secara
negatif dan nyata terhadap risiko produktivitas. Secara empiris di lapang petani cabai merah keriting masih ada yang menggunakan jarak tanam rapat, dengan
harapan kalau ada yang mati atau tumbuh kerdil dapat dilakukan penyulaman, sehingga benih dapat mengurangi risiko produktivitas. Penambahan penggunaan
TKDK dalam batas-batas tertentu dapat mengatasi masalah kelangkaan tenaga kerja pada saat kegiatan penanaman dan penyulaman. Sehingga interaksi antara
dua faktor produksi tersebut berdampak menurunkan risiko produktivitas cabai merah keriting.
264 Kombinasi interaksi penggunaan benih dengan TKLK berpengaruh secara
negatif dan nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting. Sebagian petani cabai merah keriting ada kecenderungan menggunakan jarak tanam rapat,
dengan harapan kalau ada yang mati atau tumbuh kerdil dapat dilakukan penyulaman, sehingga bersifat mengurangi risiko produktivitas. Penambahan
penggunaan TKLK yang umumnya memiliki keterampilan teknis lebih baik dapat mengurangi variabilitas produktivitas. Sehingga interaksi antara dua faktor
produksi tersebut berdampak menurunkan risiko produktivitas cabai merah keriting.
Kombinasi penggunaan pupuk P
2
O
5
dengan TKLK berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting. Pada satu
sisi penambahan penggunaan pupuk P
2
O
5
berpengaruh meningkatkan variabilitas produktivitas cabai merah keriting. Pada sisi yang lain, penambahan penggunaan
TKLK yang umumnya memiliki keterampilan teknis dalam budidaya cabai keriting secara baik dapat menurunkan variabilitas produktivitas. Ternyata
interaksi antara keduanya berdampak menurunkan risiko produktivitas. Variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara negatif,
tetapi tidak nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 31 dan Lampiran 4. Artinya interaksi antar faktor
produksi tersebut kurang penting pengaruhnya terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting.
265 Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produktivitas cabai
merah keriting dengan menggunakan fungsi produksi translog dapat diformulasikan sebagai berikut:
10 9
10 8
9 8
10 7
9 7
8 7
10 6
9 6
8 6
7 6
10 5
9 5
8 5
7 5
6 5
10 4
9 4
8 4
7 4
6 4
5 4
10 3
9 3
8 3
7 3
6 3
5 3
4 3
10 2
9 2
8 2
7 2
6 2
5 2
4 2
3 2
10 1
9 1
8 1
7 1
6 1
5 1
4 1
3 1
2 1
10 10
9 9
8 8
7 7
6 6
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
10 9
8 7
6 5
4 3
2 1
ln ln
0.227 ln
ln 0.169
ln ln
0.385 ln
ln 0.207
ln ln
0.010 ln
ln 0.118
ln ln
0.057 ln
ln 0.117
ln ln
0.171 ln
ln 0.479
ln ln
1.071 ln
ln 0.505
ln ln
0.378 ln
ln 0.148
ln ln
0.126 ln
ln 0.437
ln ln
0.100 ln
ln 0.168
ln ln
0.130 ln
ln 0.251
ln ln
0.624 ln
ln 0.357
ln ln
0.040 ln
ln 0.191
ln ln
0.004 ln
ln 0.221
ln ln
0.438 ln
ln 0.174
ln ln
0.354 ln
ln 0.553
ln ln
0.221 ln
ln 0.243
ln ln
0.219 ln
ln 0.437
ln ln
0.063 ln
ln 0.383
ln ln
0.088 ln
ln 0.810
ln ln
0.136 ln
ln 0.036
ln ln
0.064 ln
ln 0.873
ln ln
0.451 ln
ln 0.248
ln ln
0.071 ln
ln 0.538
ln ln
0.118 ln
ln 0.173
ln ln
0.025 ln
ln 0.021
ln ln
0.355 ln
ln 0.167
ln ln
0.098 ln
ln 0.279
ln ln
0.270 ln
5.884 ln
5.042 ln
1.995 ln
6.036 ln
2.894 ln
467 .
ln 0.569
ln 2.591
ln 160
. 2
ln 7.845
64.357 ln
ln
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x y
i
❤ ❤
❤ ❤
❤ ❤
❤ ❤
✐ ❤
❤ ❤
❤ ❤
❤ ❤
❤ ✐
❤ ✐
❤ ✐
✐ ❤
❤ ❤
✐ ✐
✐ ❤
✐ ✐
✐ ✐
✐ ❤
✐ ✐
❤ ✐
❤ ❤
✐ ❤
❤ ❤
❤ ✐
❤ ✐
✐ ❤
❤ ❤
✐ ✐
✐ ✐
✐ ✐
❤ ✐
✐ ❤
❤ ❥
6.5.3. Nilai Estimasi Elastisitas Risiko Produktivitas terhadap Input pada Produksi Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting
Koefisien parameter pada fungsi risiko produktivitas dengan fungsi translog belum menggambarkan nilai elastisitas risiko produktivitas dari masing-
masing faktor produksi yang digunakan, sehingga perlu dihitung nilai elastisitasnya. Hasil estimasi masing-masing nilai elastisitas faktor produksi
terhadap risiko produktivitas dengan fungsi produktivitas translog struktur heteroskedastisitas pada usahatani cabai merah besar di Provinsi Jawa Tengah
ditunjukkan pada Tabel 43. Beberapa variabel input produksi yang berpengaruh secara positif terhadap
risiko produktivitas cabai merah besar adalah : variabel benih x
1
, pupuk N x
2
,
266 K
2
O x
4
, PPCZPT x
5
, kapur x
7
, serta TKLK x
10
masing-masing diperroleh nilai elastisitas 0.1873, 0.3412, 0.3485, 0.1345, dan 0.2943. Artinya peningkatan
penggunaan input produksi tersebut masing-masing 1 akan meningkatkan risiko produktivitas cabai merah besar masing-masing sebesar 0.1873 , 0.3412
, 0.3485 , 0.1345 , dan 0.2943 . Peningkatan penggunaan input-input produksi tersebut akan meningkatkan variabilitas produktivitas, sehingga pada
gilirannya berdampak meningkatkan risiko produktivitas cabai merah besar. Penambahan penggunaan benih ternyata berdampak meningkatkan risiko
produktivitas. Hal ini disebabkan oleh adanya sebagian petani yang menggunakan benih dengan varietas lokal TIT Randu, TIT Segitiga, dan TIT Super dan
penggunaan jarak tanam yang rapat hingga sedang. Kondisi ini menyebabkan penambahan penggunaan benih akan meningkatkan variabilitas produktivitas
cabai merah besar dan akhirnya berdampak pada peningkatan risiko produktivitas. Penambahan penggunaan pupuk N dan K
2
O yang merupakan unsur hara makro, serta PPCZPT yang mengandung unsur hara makro berpengaruh terhadap
peningkatan variabilitas produktivitas, sehingga pada akhirnya berdampak meningkatkan risiko produktivitas cabai merah besar. Penggunaan kapur yang
berfungsi sebagai unsur pembenah tanah dan memperbaiki pH tanah ternyata berpengaruh meningkatkan risiko produktivitas cabai merah besar. Kondisi ini
disebabkan penambahan kapur akan
meningkatkan variasi produktivitas. Sehingga penambahan kapur berdampak meningkatkan risiko produktivitas cabai
merah besar.
267 Usahatani cabai merah besar bersifat intensif tenaga kerja, sehingga
penambahan TKLK diharapkan menurunkan variasi produktivitas dan berdampak menurunkan risiko produktivitas cabai merah besar. Namun kenyataannya
penambahan TKLK berpengaruh meningkatkan risiko produktivitas. Hal ini disebabkan adanya perilaku moral hazard dari TKLK yang cenderung berperilaku
mengejar agar pekerjaan cepat selesai dan mengabaikan kualitas hasil kerja. Kondisi ini menyebabkan penambahan TKLK berpengaruh meningkatkan
variabilitas produktivitas dan akhirnya berpengaruh meningkatkan risiko
produktivitas cabai merah besar. Beberapa variabel input produksi yang berpengaruh secara negatif
terhadap risiko produktivitas cabai merah besar, antara lain adalah : penggunaan pupuk P
2
O
5
, pupuk organik, kapur, pestisidafungisida, dan TKDK masing- masing dengan koefisien elastisitas risiko produktivitas -0.2867, -0.2628, -0.1594,
-0.0186, dan -0.0398. Artinya penambahan penggunaan input-input produksi tersebut masing-masing sebesar 1 maka akan menurunkan risiko produktivitas
cabai merah besar masing-masing sebesar -0.2867 , -0.2628 , -0.1594 , -0.0186 , dan -0.0398 . Untuk input produksi pupuk P
2
O
5
tidak sesuai dengan yang dihipotesakan, sedangkan untuk input produksi pupuk organik,
pestisidafungisida, dan TKDK sesuai dengan yang dihipotesakan. Penambahan penggunaan pupuk P
2
O
5
dapat menurunkan variasi produktivitas usahatani cabai merah besar, sehingga akan berdampak menurunkan
risiko produktivitas. Penambahan penggunaan pupuk organik dan kapur yang berperan untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta sebagai unsur
268 pembenah tanah dapat menurunkan variabilitas produktivitas. Sehingga interaksi
antara pupuk organik dan kapur dapat mengurangi risiko produktivitas cabai merah besar.
Tabel. 43. Nilai Estimasi Elastisitas Risiko Produktivitas terhadap Input dengan Fungsi Produksi Stokastik Translog, pada Usahatani Cabai Merah
Besar dan Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
No. Jenis input
Cabai Merah Besar Cabai Merah Keriting
1 Benihbibit x
1
0.1873 0.4733
2 Pupuk N x
2
0.3412 0.3367
3 Pupuk P
2
O
5
x
3
-0.2867 0.1056
4 Pupuk K
2
O x
54
0.3485 0.1941
5 PPCZPT x
5
0.1345 1.4811
6 Pupuk Organik x
6
-0.2628 0.8471
7 Kapur x
7
-0.1594 0.6362
8 PestisidaFungisida
x
8
-0.0186 -0.0925
9 TKDK x
9
-0.0398 1.0422
10 TKLK x
10
0.2943 1.0684
Penggunaan pestisidafungisida pada usahatani cabai merah besar yang berfungsi mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman akan bersifat
menstabilkan variasi produktivitas. Penambahan penggunaan pestisidafungisida akan bersifat menurunkan variasi produktivitas, sehingga berdampak menurunkan
risiko produktivitas cabai merah besar. Hasil estimasi nilai elastisitas masing-masing input produksi terhadap
risiko produktivitas cabai merah keriting dengan fungsi produktivitas translog pendekatan SPF struktur heterokedastisitas pada usahatani cabai merah keriting
ditunjukkan pada Tabel 43. Sebagian besar faktor produksi,
kecuali
269 pestisidafungisida yang berpengaruh secara positif terhadap risiko produktivitas
cabai merah keriting. Beberapa faktor produksi yang bersifat menurunkan risiko produktivitas
adalah penggunaan benih, pupuk N, pupuk P
2
O
5
, pupuk K
2
O, PPCZPT, pupuk organik, kapur, serta TKDK dan TKLK masing-masing dengan nilai elastisitas
sebesar 0.4733, 0.3367, 0.1056, 0.1941, 1.4811, 0.8471, 0.6362, serta 1.0422 dan 1.0684. Artinya penambahan penggunaan masing-masing input produksi sebesar
1 akan dapat meningkatkan produktivitas sebesar 0.4733 , 0.3367 , 0.1056 , 0.1941 , 1.4811 , 0.8471 , 0.6362 , serta 1.0422 dan
1.0684. Hasil analisis ini sesuai dengan yang dihipotesakan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan input-input produksi tersebut untuk usahatani
cabai merah keriting pada teknologi yang tersedia akan meningkatkan variabilitas produktivitas, sehingga pada gilirannya akan berdampak menurunkan risiko
produktivitas cabai merah keriting. Hanya terdapat satu input produksi yang berpengaruh secara negatif
terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting, yaitu pestisidafungisida dengan nilai elastisitas sebesar -0.0925. Artinya peningkatan penggunaan
pestisidafungisida sebesar 1 akan berdampak pada penurunan risiko produktivitas sebesar -0.0925 . Hasil analisis ini sesuai dengan yang
dihipotesakan. Penggunaan pestisidafungisida yang berfungsi mengendalikan hama dan penyakit tanaman cabai merah keriting akan berpengaruh menstabilkan
variasi produktivitas.
Oleh karena
itu, penambahan
penggunaan
270 pestisidafungisida akan berdampak menurunkan risiko produktivitas cabai merah
keriting.
6.6. Perilaku Petani Cabai Merah dalam Menghadapi Risiko produktivitas serta Dampaknya terhadap Alokasi Input, Produktivitas, Efisiensi
Teknis dan Pendapatan
6.6.1. Perilaku Petani Cabai Merah Besar terhadap Risiko produktivitas serta Dampaknya terhadap Alokasi Input, Produktivitas, Efisiensi
Teknis dan Pendapatan
6.6.1.1. Perilaku Petani Cabai Merah Besar terhadap Risiko Produktivitas
Kesediaan petani produsen untuk mengambil risiko atau menghindari risiko produksi, pada dasarnya akan tergantung pada pembawaan fisik dan utilitas
yang diterima petani dari output yang dihasilkan Semaoen, 1992. Dalam
keseharian petani selalu dihadapkan pada kejadian-kejadian yang menyangkut risiko dan ketidakpastian dalam berproduksi. Petani dalam menjalankan usahanya
dipengaruhi bukan hanya faktor internal yang dapat dikontrolnya, namun juga faktor eksternal yang berada di luar kendalinya.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh gambaran bahwa rata-rata petani cabai merah besar di Jawa Tengah berperilaku netral terhadap risiko produktivitas
risk neutral dalam alokasi penggunaan input produksi yang digunakan. Hal ini juga ditunjukkan oleh nilai rata-rata koefisien θ yang bernilai positif, namun
sangat kecil 6.7832E-30 atau mendekati nol dan nilai rata-rata koefisien λ bernilai positif 7.2031 Tabel 44 dan Lampiran 13. Hal ini mengandung makna
271 bahwa apabila terjadi kenaikan ragam keuntungan atau pendapatan maka petani
sebagai pengambil keputusan tidak akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan keuntungan atau pendapatan yang diharapkan.
Tabel 44. Perilaku Petani Cabai Merah Besar terhadap Risiko Produktivitas, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Input produksi Rata-rata Nilai θ
Petani Sampel Rata-rata Nilai λ
Petani Sampel Benih
-1.3537E-38 8.3021
Pupuk N 4.0609E-42
6.0160 Pupuk P2O5
6.6932E-36 8.1376
Pupuk K2O 5.9703E-41
8.1343 PPCZPT
6.7832E-29 7.2316
Pupuk organik 2.9642E-45
6.7325 Kapur
-8.4266E-45 5.4761
PestisidaFungisida -1.7241E-34
7.6829 TKDK
1.6980E-34 8.3021
TKLK 6.5339E-42
6.0160
Rata-rata 6.7832E-30
7.2031 Uji rata-rata
H0 : θ =0 ditolak H0 : λ =0 ditolak
H1 : θ 0 diterima H1 : λ 0 diterima
Secara parsial, sebagian besar petani cabai merah besar di lokasi penelitian Jawa Tengah bersikap netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan
sebagian lainnya bersikap berani mengambil risiko produktivitas risk taker dalam alokasi penggunaan input produksi. Hasil ini berbeda dengan temuan hasil-
hasil penelitian sebelummnya pada komoditas padi di mana petani berperilaku menghindari risiko produktivitas risk averse. Petani cabai merah besar bersikap
netral terhadap risiko produktivitas ditemukan pada alokasi penggunaan input produksi : benih, pupuk P
2
O
5
, pupuk K
2
O, PPCZPT, kapur, pestisidafungisida,
272 serta TKDK dan TKLK. Sementara itu, untuk alokasi penggunaan input produksi
berupa pupuk N dan pupuk organik petani cabai merah besar bersikap berani mengambil risiko produktivitas. Secara terperinci perilaku risiko produktivitas
petani dalam mengalokasikan input produksi dapat dilihat pada Tabel 45.
Tabel 45. Pengaruh Perilaku Risiko Produktivitas Petani dalam Alokasi Input pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah,
Tahun 2009
Input produksi Rata-rata Nilai θ
Petani Sampel Simpangan
Baku t hitung
T hitung VS t tabel
Kesimpulan Benih
-1.3537E-38 1.9716E-37
-0.9710 t hitung t
tabel, terima H0
Nilai θ=0 : Risk neutral
Pupuk N 4.0609E-42
4.4731E-41 1.3900
t hitung t tabel, tolak H0
Nilai θ0 : Risk taker
Pupuk P2O5 6.6932E-36
9.8861E-35 0.9575
t hitung t tabel, terima H0
Nilai θ=0 : Risk neutral
Pupuk K2O 5.9703E-41
3.8411E-39 0.2198
t hitung t tabel, terima H0
Nilai θ=0 : Risk neutral
PPCZPT 6.7832E-29
9.6778E-28 0.9912
t hitung t tabel, terima H0
Nilai θ=0 : Risk neutral
Pupuk organik 2.9642E-45
2.9805E-44 1.4044
t hitung t tabel, tolak H0
Nilai θ0 : Risk taker
Kapur -8.4266E-45
5.0902E-43 -0.2341
t hitung t tabel, terima H0
Nilai θ=0 : Risk neutral
PestisidaFung isida
-1.7241E-34 3.2457E-33
-0.7512 t hitung t
tabel, terima H0 Nilai θ=0 :
Risk neutral TKDK
1.6980E-34 3.2409E-33
0.7409 t hitung t
tabel, terima H0 Nilai θ=0 :
Risk neutral TKLK
6.5339E-42 1.0130E-40
0.9122 t hitung t
tabel, terima H0 Nilai θ=0 :
Risk neutral
Sebagian besar petani cabai merah besar berperilaku netral terhadap risiko produktivitas dalam mengalokasikan input produksi untuk benih, pupuk P
2
O
5
, pupuk K
2
O, PPCZPT, kapur, pestisidafungisida disebabkan petani pada dasarnya telah secara tradisional mengusahakan usahatani cabai merah secara
bertahun-tahun. Petani juga sangat menyadari bahwa terdapat faktor-faktor
273 eksternal seperti perubahan iklim kebanjiran dan kekeringan dan serangan OPT
berada di luar kendalinya. Di samping itu, petani sebagai pengambil keputusan menyadari bahwa meskipun mereka telah tergabung dalam kelembagaan
kelompok tani dan Gapoktan, sesungguhnya petani baik secara individu maupun kelompok adalah sebagai penerima harga price taker pada pasar input dan pasar
output. Untuk tenaga kerja, ada fenomena kekurangan tenaga kerja di daerah
sentra produksi cabai merah besar. Secara empiris penggunaan antara TKDK dan TKLK bersifat subtitusi, meskipun tidak secara sempurna. Adanya fleksibilitas
penggunaan antara TKDK dan TKLK ini mempengaruhi petani dalam bersikap netral terhadap risiko produktivitas. Di samping itu, masih adanya kelembagaan
arisan tenaga kerja antar petani cabai merah besar yang satu dengan yang lain dalam batas-batas tertentu dapat mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja.
Hanya terdapat dua input produksi di mana petani bersikap berani mengambil risiko produktivitas risk taker, yaitu pupuk N dan pupuk organik.
Petani berperilaku berani mengambil risiko produktivitas untuk penggunaan pupuk N, disebabkan pupuk N dipandang sebagai pupuk utama yang sangat
menentukan dalam keberhasilan usahatani cabai merah besar. Secara empiris
sebagian besar petani cabai merah besar memiliki ternak, seperti sapi, kambing, dan ayam dan ketersediaan pupuk kandang secara lokalita cukup baik. Sehingga
hampir sebagian besar petani menggunakan pupuk lengkap pupuk kimia dan pupuk organik. Umumnya petani memiliki persepsi bahwa usahatani cabai
merah besar tanpa pemupukan N dan pupuk organik akan mengalami kegagalan.
274 Petani cabai merah besar yang bersifat netral terhadap risiko produktivitas
mendorong petani melakukan desain pola tanam dengan memasukkan komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi termasuk komoditas cabai merah besar. Secara
umum adopsi teknologi petani yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas relatif lebih baik, sehingga pencapaian TE yang tergolong tinggi,
yaitu 0.84.
6.6.1.2. Pengaruh Perilaku Petani Cabai Merah Besar dalam Menghadapi Risiko Produktivitas serta Dampaknya terhadap Alokasi Input dan
Produktivitas
Untuk melihat karakteristik petani cabai merah besar dan pengaruh perilaku petani dalam menghadapi risiko produktivitas terhadap alokasi
penggunaan input produksi dan dampaknya terhadap produktivitas, TE, dan pendapatan usahatani cabai merah besar dilakukan disagregasi menjadi dua
kelompok, yaitu : 1 Kelompok pertama adalah kelompok petani cabai merah besar yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan
mengarah pada penghindar risiko produktivitas risk averse atau diistilahkan Risk Neutral I; dan 2 Kelompok ke dua adalah kelompok petani cabai merah besar
yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah pada berani mengambil risiko produktivitas risk taker atau Risk Neutral II.
Secara umum karakteristik petani cabai merah besar yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah ke berani
mengambil risiko produktivitas risk taker berada pada golongan umur yang sedikit lebih muda dibandingkan petani yang berperilaku netral terhadap risiko
275 produktivitas risk neutral dan mengarah ke menghindari risiko produktivitas
risk averse. Variabel umur berpengaruh terhadap keberanian mengambil risiko, petani golongan muda ternyata lebih berani mengambil risiko produktivitas.
Dari aspek pengalaman, petani cabai merah besar yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah ke berani mengabil
risiko produktivitas risk taker memiliki pengalaman yang lebih lama dibandingkan dengan petani yang netral terhadap risiko risk neutral dan
mengarah menghindari risiko produktivitas risk taker. Akumulasi pengalaman yang dimiliki petani memberikan dorongan untuk bersikap lebih berani untuk
mengambil risiko produktivitas. Petani yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral
dan mengarah ke berani mengambil risiko produktivitas risk taker memiliki tingkat pendidikan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan yang berperilaku netral
terhadap risiko risk neutral dan mengarah menghindari risiko produktivitas risk taker. Meskipun pendidikan formal tidak terkait langsung dengan keterampilan
teknis dalam usahatani cabai merah, namun pendidikan akan mempengaruhi kapabilitas manajerial dan kualitas keputusan petani dalam usahatani cabai merah
besar. Semakin tinggi pendidikan petani maka semakin tinggi keberanian dalam mengambil risiko produktivitas.
Secara empiris, rata-rata tingkat partisipasi petani cabai merah besar dalam kelembagaan kelompok tani sangat tinggi. Namun, secara relatif keterlibatan
petani yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah berani mengambil risiko produktivitas risk taker lebih tinggi
dibandingkan dengan petani cabai merah yang berperilaku netral terhadap risiko
276 risk neutral dan mengarah ke menghindari risiko produktivitas risk averse.
Keterlibatan petani dalam kelembagaan kelompok tani dan Gapoktan akan meningkatkan akses petani terhadap berbagai informasi, seperti informasi
teknologi dan pasar, sehingga mempengarui petani dalam mengambil keputusan dalam usahataninya. Di samping itu, keterlibatan petani dalam kelembagaan
kelompok tani juga meningkatkan aksessibilitas petani untuk mendapatkan sarana produksi pupuk.
Tingkat partisipasi petani cabai merah besar dalam kelembagaan kemitraan usaha relatif kecil. Umumnya petani tergabung dalam kelembagaan kemitraan
usaha secara formal melalui kontrak dengan PT. Heinz ABC relatif lebih berani mengambil risiko produktivitas dibandingkan petani yang tidak tergabung dalam
kelembagaan kemitraan usaha. Dalam batas-batas tertentu, kemitraan usaha meningkatkan akses petani terhadap input produksi, bimbingan teknis budidaya,
serta manajemen usahatani. Di samping itu, adanya jaminan pasar dan kepastian harga melalui kontrak harga sebelum tanam cabai merah besar mempengaruhi
keberanian petani dalam mengambil risiko produktivitas. Pada umumnya petani cabai merah besar yang memiliki lahan lebih luas
relatif lebih berani mengambil risiko produktivitas. Hal ini ditunjukkan oleh rata- rata petani cabai merah yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk
neutral dan mengarah berani mengambil risiko produktivitas risk taker memiliki lahan dan lahan garapan usahatani cabai merah besar lebih luas
dibandingkan petani cabai merah besar yang netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah penghindar risiko produktivitas risk averse. Luas
277 pemilikan lahan mempengaruhi fleksibilitas petani dalam mengusahakan tanaman
komersial bernilai ekonomi tinggi, termasuk komoditas cabai merah besar. Secara terperinci karakteristik petani cabai merah besar kaitannya dengan perilaku risiko
produktivitas dapat disimak pada Tabel 46.
Tabel 46. Karakteristik Petani Cabai Merah Besar terhadap Perilaku
Risiko Produktivitas, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 No.
Karakteristik Petani Risk Neutral I
-3.49577E-38 Risk Neutral II
8.31642E-39 1.
Umur petani th 41.50
40.41 2.
Pengalaman KK th 6.55
6.89 3.
Pendidikan KK th 8.36
10.92 4.
Partisipasi dalam kelembagaan kelompok tani
93.51 97.44
5. Partisipasi dalam Gapoktan
63.46 73.21
6. Partisipasi dalam kemitraan usaha
1.29 7.69
7. Rata-rata penguasaan lahan Ha
0.66 1.02
8. Rata-rata luas garapan cabai merah
besar Ha 0.36
0.39
Secara umum petani cabai merah besar yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah berani mengambil risiko
produktivitas risk taker mengalokasikan input-input produksi sedikit lebih tinggi dibandingkan petani yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk
neutral dan mengarah pada penghindar risiko produkstivitas risk averse. Dampak selanjutnya adalah bahwa petani cabai merah besar yang berperilaku
netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah pada berani mengambil risiko produktivitas risk taker mencapai tingkat produktivitas yang
278 lebih tinggi dibandingkan petani yang bersikap netral terhadap risiko
produktivitas risk neutral dan mengarah penghindar risiko produktivitas risk averse. Implikasinya adalah pentingnya mendorong petani cabai merah besar
untuk lebih berani dalam mengambil risiko produktivitas. Secara terperinci
pengaruh perilaku petani cabai merah besar
dalam menghadapi risiko produktivitas dan
dampaknya terhadap alokasi input produksi,
tingkat produktivitas, TE, dan pendapatan atau keuntungan usahatani cabai merah besar
dapat dilihat pada Tabel 47 berikut.
Tabel 47. Konsekuensi Perilaku Risiko Produktivitas Petani Cabai Merah Besar terhadap Alokasi Input dan Tingkat Produktivitas, TE, dan Pendapatan
di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009. No.
Alokasi input dan Tingkat Produktivitas
Risk Neutral I -3.49577E-38
Risk Neutral II 8.31642E-39
1. Benih gram 840.86
947.93 2. Pupuk N Kg
240.29 255.64
3. Pupuk P
2
O
5
Kg 158.97
166.62 4. Pupuk K
2
O Kg 148.42
177.01 5. PPCZPT Liter
13.98 15.47
6. Pupuk organik Kg 18 508.76
20 557.69 7. Kapur Kg
2 042.36 2 062.63
8. Pestisidafungisida
Liter 44.99
51.48 9. TKDK HOK
181.97 182.07
10. TKLK HOK 518.36
566.81 11. Produktivitas Kg
9 436.49 9 551.40
12. Efisiensi teknis TE 0.83
0.86 13. PendapatanKeuntungan
9 201 600 9 767 852
279
6.6.2. Perilaku Petani Cabai Merah Keriting dalam Menghadapi Risiko Produktivitas serta Dampaknya terhadap Alokasi Input dan
Produktivitas
6.6.2.1. Perilaku Petani Cabai Merah Keriting terhadap Risiko produktivitas
Hasil estimasi diperoleh gambaran bahwa rata-rata petani cabai merah keriting di lokasi penelitian Jawa Tengah berperilaku netral terhadap risiko
produktivitas risk neutral dalam alokasi penggunaan input produksi yang digunakan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata koefisien θ yang bernilai
negatif yang bernilai relatif kecil -4.0616E-11 dan nilai rata-rata koefisien λ bernilai positif 4.0253 Tabel 48 dan Lampiran 14. Jika terjadi kenaikan ragam
pendapatan maka petani sebagai pengambil keputusan tidak akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan pendapatan yang diharapkan.
Tabel 48. Perilaku Petani Cabai Merah Keriting terhadap Risiko Produktivitas di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Input produksi Rata-rata Nilai θ
Petani Sampel Rata-rata Nilai λ
Petani Sampel Benih
-9.7481E-33 4.0006
Pupuk N 2.5901E-37
4.0746 Pupuk P2O5
2.7015E-27 4.0003
Pupuk K2O 4.0501E-28
4.0458 PPCZPT
-4.0616E-10 4.0051
Pupuk organik -1.8276E-31
4.0202 Kapur
2.8845E-36 4.0058
PestisidaFungisida 9.4441E-26
4.0007 TKDK
6.1589E-19 4.0256
TKLK -6.1584E-33
4.0746
Rata-rata -4.0616E-11
4.0253 Uji rata-rata
H0 : θ =0 ditolak H0 : λ =0 ditolak
H1 : θ 0 diterima H1 : λ 0 diterima
280 Sebagian besar petani cabai merah keriting di lokasi penelitian Jawa
Tengah bersikap netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dalam alokasi penggunaan input produksi, kecuali dalam alokasi penggunaan pupuk P
2
O
5
. Petani cabai merah keriting bersikap netral terhadap risiko produktivitas
ditemukan pada alokasi penggunaan input produksi : benih, pupuk N, pupuk K
2
O, PPCZPT, pupuk organik, kapur, pestisidafungisida, serta TKDK dan TKLK.
Hanya untuk alokasi penggunaan input produksi pupuk P
2
O
5
petani cabai merah keriting bersikap berani mengambil risiko produktivitas.
Secara terperinci perilaku risiko produktivitas petani dalam mengalokasikan input produksi pada
usahatani cabai merah keriting dapat dilihat pada Tabel 49.
Tabel 49. Pengaruh Perilaku Risiko Produktivitas Petani dalam Alokasi Input
pada Usahatani Cabai Merah Keriting, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Input produksi Rata-rata Nilai θ
Petani Sampel Simpangan
Baku t hitung
t hitung VS t tabel
Kesimpulan Benih
-9.7481E-33 9.5516E-32
0.9999 t hitung t tabel,
terima H0 Nilai θ=0 :
Risk neutral Pupuk N
2.5901E-37 2.1373E-36
1.1874 t hitung t tabel,
terima H0 Nilai θ=0 :
Risk neutral Pupuk P2O5
2.7015E-27 1.9373E-26
1.3663 t hitung t tabel,
terima H1 Nilai θ 0 :
Risk taker Pupuk K2O
4.0501E-28 3.9912E-27
0.9942 t hitung t tabel,
terima H0 Nilai θ=0 :
Risk neutral PPCZPT
-4.0616E-10 3.9796E-09
-1.0000 t hitung t tabel,
terima H0 Nilai θ=0 :
Risk neutral Pupuk organik
-1.8276E-31 1.7909E-30
-0.9999 t hitung t tabel,
terima H0 Nilai θ=0 :
Risk neutral Kapur
2.8845E-36 2.5679E-33
0.1110 t hitung t tabel,
terima H0 Nilai θ=0 :
Risk neutral Pestisida
Fungisida 9.4441E-26
1.0238E-24 0.9038
t hitung t tabel, terima H0
Nilai θ=0 : Risk neutral
TKDK 6.1589E-19
6.0345E-18 1.0000
t hitung t tabel, terima H0
Nilai θ=0 : Risk neutral
TKLK -6.1584E-33
6.0815E-32 -09922
t hitung t tabel, terima H0
Nilai θ=0 : Risk neutral
281 Sebagian besar petani cabai merah keriting berperilaku netral terhadap
risiko produktivitas dalam mengalokasikan input produksi untuk benih, pupuk N, pupuk K
2
O, PPCZPT, pupuk organik, kapur, pestisidafungisida disebabkan petani secara tradisional telah lama mengusahakan cabai merah keriting. Petani
juga sangat menyadari bahwa terdapat faktor-faktor eksternal yang berada di luar kontrolnya, seperti perubahan iklim serta serangan hama dan penyakit tanaman.
Pada dasarnya petani cabai merah keriting menghadapi struktur pasar yang tidak bersaing sempurna dan petani bersifat sebagai penerima harga price taker pada
pasar input dan output. Secara empiris terjadi fenomena kekurangan tenaga kerja di daerah sentra
produksi cabai merah keriting. Penggunaan tenaga kerja yang bersumber dari TKDK dan TKLK bersifat subtitusi, meskipun tidak secara sempurna. Adanya
fleksibilitas penggunaan tenaga kerja antara TKDK dan TKLK mempengaruhi petani dalam bersikap netral terhadap risiko produktivitas. Di samping itu, masih
adanya kelembagaan arisan tenaga kerja antar petani cabai merah keriting yang satu dengan yang lain dalam batas-batas tertentu dapat mengurangi masalah
kekurangan tenaga kerja. Hanya terdapat satu input produksi, di mana petani bersikap berani
mengambil risiko produktivitas, yaitu pupuk P
2
O
5
. Petani berperilaku berani mengambil risiko produktivitas untuk penggunaan pupuk P
2
O
5
, disebabkan pupuk ini dipandang sebagai unsur hara makro utama yang sangat penting bagi
pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Secara umum petani berpendapat bahwa usahatani cabai merah keriting tanpa pemupukan P
2
O
5
tidak akan dapat mencapai produktivitas yang diharapkan.
282 Perilaku petani cabai merah keriting yang bersifat netral terhadap risiko
produktivitas mendorong petani memasukkan komoditas cabai merah keriting dalam struktur pola tanam untuk memksimumkan keuntungan.
Penguasaan teknologi budidaya dan adopsi teknologi yang baik memungkinkan petani cabai
merah keriting mencapai tingkat TE yang tinggi, yaitu 0.93.
6.6.2.2. Pengaruh Perilaku Petani Cabai Merah Keriting dalam Menghadapi Risiko Produktivitas serta Dampaknya terhadap Alokasi Input dan
Produktivitas
Untuk melihat karakteristik petani cabai merah keriting dan pengaruh perilaku petani dalam menghadapi risiko produktivitas terhadap alokasi
penggunaan input produksi, produktivitas, TE dan pendapatan usahatani dilakukan disagregasi menjadi dua kelompok, yaitu : 1 Kelompok pertama
adalah kelompok petani cabai keriting yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah pada penghindar risiko risk averse
atau diistilahkan Risk Neutral I ; dan 2 Kelompok ke dua adalah kelompok petani cabai merah keriting yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas
risk neutral dan mengarah pada berani mengambil risiko produktivitas risk taker atau Risk Neutral II.
Karakteristik petani cabai merah keriting yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah ke berani mengambil risiko
produktivitas risk taker berada pada golongan umur yang sedikit lebih muda dibandingkan petani yang memiliki perilaku netral produktivitas risk neutral dan
283 mengarah ke penghindar risiko produktivitas risk averse, namun berada pada
kelompok umur yang hampir sama. Petani cabai merah keriting yang berperilaku netral terhadap risiko
produktivitas risk neutral dan mengarah ke berani mengabil risiko produktivitas risk taker memiliki pengalaman yang lebih lama dibandingkan dengan petani
yang netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah ke penghindar risiko produktivitas risk averse.
Akumulasi pengalaman dari berusahatani berpengaruh terhadap kapasitas sumberdaya manusia petani terutama
dalam keterampilan teknis budidaya cabai merah keriting, sehingga meningkatkan keberanian petani dalam mengambil risiko produktivitas.
Selanjutnya petani cabai merah keriting yang bersikap netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah berani mengambil risiko
produktivitas risk taker memiliki tingkat pendidikan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan petani yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk
neutral dan mengarah ke penghindar risiko produktivitas risk averse. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan meningkatkan kapabilitas manajerial dan
kualitas petani dalam mengambil keputusan usahataninya, sehingga meningkatkan keberanian petani dalam mengambil risiko produktivitas.
Rata-rata tingkat partisipasi petani cabai merah keriting dalam dalam kelembagaan kelompok tani sangat tinggi. Namun, secara relatif keterlibatan
petani yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah berani mengambil risiko produktivitas risk taker sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan petani yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas
284 risk neutral dan mengarah ke penghindar risiko risk averse. Gambaran yang
relatif sama juga ditemukan untuk partipasi petani cabai merah keriting dalam kelembagaan Gapoktan, keterlibatan petani yang berperilaku netral terhadap risiko
produktivitas risk neutral dan mengarah berani mengambil risiko risk taker sedikit lebih tinggi dibandingkan petani yang netral terhadap risiko produktivitas
risk neutral dan mengarah ke penghindar risiko produktivitas risk averse. Sementara itu, tingkat partisipasi petani cabai merah keriting dalam kelembagaan
kemitraan usaha sangat kecil. Hal ini disebabkan industri saus membutuhkan bahan baku cabai merah besar sebesar 90 dan hanya 10 dari cabai merah
keriting. Kemitraan usaha yang terbangun pada usahatani cabai merah keriting hanya terjadi antara petani dengan pedagang pengumpul dan atau pedagang besar.
Namun, demikian ternyata bagi petani yang dipercaya oleh pedagang langganan memiliki keberanian sedikit lebih tinggi dalam mengambil risiko produktivitas.
Secara umum petani cabai merah keriting yang memiliki lahan dan menanam cabai merah keriting relatif lebih luas lebih berani mengambil risiko.
Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata petani cabai merah keriting yang berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah berani mengambil
risiko produktivitas risk taker memiliki lahan dan mengusahakan tanaman cabai merah keriting sedikit lebih luas dibandingkan petani yang netral terhadap risiko
produktivitas risk neutral dan mengarah penghindar risiko produktivitas risk averse. Luas pemilikan lahan mempengaruhi fleksibilitas petani cabai merah
keriting dalam mengusahakan tanaman komersial bernilai ekonomi tinggi, termasuk komoditas cabai merah keriting. Secara terperinci karakteristik petani
285 kaitannya dengan perilaku risiko produktivitas cabai merah keriting dapat disimak
pada Tabel 50.
Tabel 50. Karakteristik Petani Cabai Merah Keriting terhadap Perilaku
Risiko Produktivitas, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 No.
Karakteristik Petani Netral Risiko I
-1.9912E-32 Netral Risiko II
1.1760E-36 1.
Umur petani th 41.50
40.41 2.
Pengalaman KK th 6.55
6.89 3.
Pendidikan KK th 8.36
10.92 4.
Partisipasi dalam kelembagaan kelompok tani
93.51 97.44
5. Partisipasi dalam Gapoktan
63.46 73.21
6. Partisipasi dalam kemitraan usaha
2.57 7.69
7. Rata-rata penguasaan lahan Ha
0.66 1.02
8. Rata-rata luas garapan cabai merah
Ha 0.242
0.243
Secara rata-rata petani cabai merah keriting berperilaku netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah berani mengambil risiko
produktivitas risk taker dalam mengalokasikan input-input produksi sedikit lebih tinggi dibandingkan petani yang bersikap netral terhadap risiko produktivitas risk
neutral dan mengarah pada penghindar risiko produktivitas risk averse. Konsekuensinya adalah petani cabai merah keriting yang berperilaku netral
terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah pada berani mengambil risiko produktivitas risk taker mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi
dibandingkan petani yang bersikap netral terhadap risiko produktivitas risk neutral dan mengarah penghindar risiko produktivitas risk averse. Secara
terperinci pengaruh perilaku petani cabai merah keriting dalam menghadapi risiko
286 produktivitas dan konsekuensinya terhadap alokasi input produksi, tingkat
produktivitas, TE, dan pendapatan atau keuntungan usahatani cabai merah keriting dapat dilihat pada Tabel 51 berikut.
Tabel 51. Konsekuensi Perilaku Risiko Produktivitas Petani Cabai Merah Keriting terhadap Alokasi Input dan Tingkat Produktivitas, di Provinsi
Jawa Tengah, Tahun 2009.
No. Alokasi input dan Tingkat
Produktivitas Risk Neutral I
-1.9912E-32 Risk Neutral II
1.1760E-36 1. Benih gram
138.71 146.86
2. Pupuk N Kg 161.83
165.71 3. Pupuk P
2
O
5
Kg 154.25
157.17 4. Pupuk K
2
O Kg 120.45
125.48 5. PPCZPT Liter
8.72 9.92
6. Pupuk organik Kg 12 506.15
12 495.72 7. Kapur Kg
1 137.00 1 139.85
8. Pestisidafungisida Liter 22.74
24.71 9. TKDK HOK
354.80 358.32
10. TKLK HOK 293.80
303.87 11. Produktivitas Kg
7 991.73 8 108.74
12. Efisiensi teknis TE 0.924
0.945 13. Pendapatankeuntungan
5 017 271 5 326 027
6.7. Perilaku Petani Cabai Merah terhadap Risiko Harga