Analisis Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomi

194 sangat tinggi. Hal ini menunjukkan peluang peningkatan produktivitas melalui peningkatan efisiensi teknis pada teknologi yang tersedia sudah sangat terbatas, hanya tinggal 7 . Kebijakan operasional peningkatan produktivitas melalui peningkatan efisiensi teknis harus dilakukan pada kelompok sasaran tertentu melalui sistem penyuluhan secara partisipatif. Gambar 9. Sebaran Petani Menurut Efisisensi Teknis Cabai Merah Keriting

6.2.3. Analisis Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomi

Efisiensi alokatif AE adalah kemampuan petani cabai merah untuk menggunakan input pada proporsi yang optimal pada harga-harga faktor produksi dan teknologi produksi yang tetap given. Dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan petani cabai merah untuk memilih tingkat penggunaan input minimum di mana harga-harga faktor produksi dan teknologi tetap. Secara 195 ringkas dapat dikatakan bahwa AE menjelaskan kemampuan petani cabai merah dalam menghasilkan sejumlah output pada kondisi minimisasi rasio biaya input. Beberapa penulis lebih memilih menggunakan terminologi efisiensi harga untuk menjelaskan efisiensi alokatif tersebut. Secara alokatif dikatakan efisien jika pada tingkat harga-harga masukan dan keluaran tertentu, proporsi penggunaan masukan sudah optimum. Ini terjadi karena penerimaan produk marginal marginal revenue product sama dengan biaya marginal marginal cost masukan yang digunakan. Prosedur perhitungan efisiensi alokatif dapat dilihat pada Lampiran 7.

6.2.3.1. Efisiensi Alokatif dan Ekonomi Usahatani Cabai Merah Besar

Secara teoritis, untuk mempelajari efisiensi dibutuhkan dua informasi penting. Pertama, upaya memaksimumkan output dengan menggunakan input tertentu yakni yang dikenal dengan efisiensi teknis. Kedua, pertimbangan yang dikaitkan dengan harga relatif input-output atau dimensi efisiensi alokatif. Hasil estimasi efisiensi alokatif AE usahatani cabai merah besar di lokasi penelitian Provinsi Jawa Tengah pada teknologi yang tersedia dan harga-harga faktor produksi yang berlaku diperoleh nilai rata-rata AE sebesar 0.61. Tingkat AE sebesar itu, tergolong moderat. Distribusi petani menurut kelompok nilai AE pada usahatani cabai merah besar terkonsentrasi pada kelompok AE 0.61-0.70 49.50 , kemudian menyusul kelompok AE 0.51-0.60 39.00 , menyusul kelompok AE = 0.50 6.00 , dan terakhir pada kelompok AE 0.71-0.80 5.50 . Informasi secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 32 dan Gambar 10, serta Lampiran 3. 196 Tabel 32. Distribusi Nilai Efisiensi Alokatif AE menurut Kelompok AE pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 Deskripsi Nilai AE Jumlah Petani Prosentase Kelompok 1 =0.50 12 6.00 kelompok 2 0.51-0.60 78 39.00 Kelompok 3 0.61-0.70 99 49.50 Kelompok 4 0.71-0.80 11 5.50 Rata-rata 0.61 Jumlah 200 100.00 Kondisi ini menunjukkan ruang untuk meningkatkan produktivitas cabai merah besar melalui peningkatan efisiensi alokatif masih cukup terbuka. Dengan asusmsi bahwa petani cabai merah besar resposif terhadap perubahan harga, maka kebijakan harga input dan output, seperti skema kredit lunak, subsidi pupuk, serta stabilisasi harga output dapat meningkatkan alokasi penggunaan input produksi. Gambar 10. Distribusi Petani Menurut Efisiensi Alokatif Usahatani Cabai Merah Besar 197 Untuk meningkatkan efisiensi alokatif usahatani cabai merah besar dapat dilakukan dengan meningkatkan akses petani terhadap pasar input dan output, serta kebijakan pendukung. Beberapa kebijakan pendukung yang dapat dilakukan adalah : 1 Meningkatkan ketersediaan input produksi khususnya benih dan pupuk melalui perbaikan infrastruktur fisik jalan dan pasar di daerah-daerah sentra produksi cabai merah besar; 2 Kebijakan subsidi pemerintah perlu terus dilakukan dan diperluas untuk seluruh jenis pupuk kimia Urea, ZA, SP-36, NPK, PONSKA, KCL, KNO 3 dan pupuk organik; 3 Meningkakan kinerja pasar tenaga kerja di perdesaan; serta 4 Meningkatkan ketersediaan infrastruktur pemasaran di daerah-daerah sentra produksi, seperti pasar induk cabai merah, Sub Terminal Agribisnis STA, dan revitalisasi pasar tradisional. Gabungan efisiensi teknis TE dan efisiensi alokatif AE disebut efisiensi ekonomi EE atau disebut juga efisiensi total, artinya bahwa produk yang dihasilkan baik secara teknis maupun secara alokatif adalah efisien. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tercapainya salah satu kondisi efisiensi teknis maupun alokatif adalah syarat keharusan tetapi bukan syarat kecukupan yang menjamin tercapainya efisiensi ekonomi. Secara ringkas dapat dikatakan EE sebagai kemampuan yang dimiliki oleh petani cabai merah besar dalam berproduksi untuk menghasilkan produksi cabai merah besar yang telah ditentukan sebelumnya predetermined quantity of output. Secara ekonomik efisien bahwa kombinasi input-output akan berada pada fungsi frontir dan jalur pengembangan usaha expantion path. Jalur pengembangan usaha merupakan garis yang menghubungkan titik kombinasi optimum pada berbagai tingkat output Sugiarto et al., 2005. 198 Hasil analisis diperoleh besaran nilai efisiensi ekonomi EE usahatani cabai merah besar sebesar 0.51. Distribusi petani menurut kelompok nilai EE pada usahatani cabai merah besar terkonsentrasi pada kelompok EE 0.51-0.60 51.50 , kemudian menyusul kelompok EE 0.41-0.50 39.00 , kelompok EE 0.40 5.00 , dan terakhir kelempok EE 0.61 4.50 . Informasi secara keseluruhan tentang distribusi petani menurut kelompok nilai EE pada usahatani cabai merah besar di lokasi penelitian dapat disimak pada Tabel 33 dan Gambar 11, serta Lampiran 3. Tabel 33. Distribusi Nilai Efisiensi Ekonomi EE menurut Kelompok EE pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 Deskripsi Nilai EE Jumlah Petani Prosentase Kelompok 1 =0.40 10 5.00 Kelompok 2 0.41-0.50 78 39.00 kelompok 3 0.51-0.60 103 51.50 Kelompok 4 =0.61 9 4.50 Rata-rata 0.51 Jumlah 200 100.00 Hal analisis tersebut merefleksikan bahwa secara ekonomi petani cabai merah besar di lokasi penelitian Jawa Tengah memiliki tingkat EE pada level yang moderat. Sumbangan terbesar dari inefisiensi ekonomis ini berasal dari inefisiensi alokatif dan sisanya dari inefisiensi teknis. Peningkatan efisiensi ekonomi dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi teknis dan aefiaiensi alokatif. 199 Gambar 11. Distribusi Petani Menurut Efisiensi Ekonomi Usahatani Cabai Merah Besar

6.2.3.2. Efisiensi Alokatif dan Ekonomi Usahatani Cabai Merah Keriting

Hasil estimasi efisiensi alokatif AE usahatani cabai merah keriting di lokasi penelitian Provinsi Jawa Tengah pada teknologi yang tersedia dan harga- harga faktor produksi yang berlaku diperoleh nilai rata-rata AE sebesar 0.61. Besaran nilai AE tersebut tergolong moderat. Distribusi petani menurut kelompok nilai AE pada usahatani cabai merah keriting di Jawa Tengah sangat terkonsentrasi pada kelompok TE AE 0.61-0.70 51.04 , kemudian menyusul kelompok AE 0.51-0.60 36.46 , selanjutnya kelompok AE =0.50 dan AE =0.71 masing 6.35 . Informasi secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 34 dan Gambar 12, serta Lampiran 4. 200 Tabel 34. Distribusi Petani Menurut Kelompok Nilai AE Usahatani Cabai Merah Keriting, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 Deskripsi Nilai AE Jumlah Petani Prosentase Kelompok 1 =0.50 6 6.25 kelompok 2 0.51-0.60 35 36.46 Kelompok 3 0.61-0.70 49 51.04 Kelompok 4 0.71-0.80 6 6.25 Rata-rata 0.61 Jumlah 96 100.00 Hasil analisis merefleksikan bahwa pada teknlogi dan harga faktor-faktor produksi bersifat tetap, dapat dikatakan masih terdapat ruang untuk meningkatkan produktivitas cabai merah keriting melalui efisieni alokatif. Dengan asusmsi bahwa petani cabai merah keriting responsif terhadap perubahan harga, maka kebijakan harga input dan output dapat digunakan sebagai instrumen untuk meningkatkan alokasi penggunaan input produksi secara lebih efisien. Dalam operasionalisasinya dapat dilakukan melalui kebijakan subsidi benih, subsidi pupuk, skim kredit dengan bunga lunak, kebijakan stabilisasi harga cabai merah keriting, meningkatkan konsolidasi kelompok tani, serta meningkatkan aksessibilitas petani terhadap pasar input dan output. Kebijakan subsidi input dari pemerintah perlu terus dilakukan dan diperluas untuk seluruh jenis pupuk termasuk untuk pupuk KCL, pupuk komposit, dan pupuk organik. Kebijakan skema kredit lunak yang selama ini masih terkosentrasi pada daerah- daerah sentra produksi padi perlu diperluas ke daerah-daerah sentra produksi cabai merah. Upaya peningkatan aksessibilitas terhadap pasar output dapat dilakukan dengan pemantapan pasar induk, STA, dan pasar lelang. 201 Gambar 12. Distribusi Petani Menurut Kelompok Nilai AE Usahatani Cabai Merah Keriting Perbedaan antara efisiensi teknis dan alokatif memberikan empat alternatif yang dapat digunakan untuk menjelaskan keberhasilan petani cabai merah dalam mencapai tingkat efisiensi tertentu, yaitu : 1 Usahatani cabai merah keriting berada pada inefisiensi teknis dan alokatif, 2 Usahatani cabai merah keriting mencapai efisiensi alokatif tetapi tidak efisien secara teknis, 3 Usahatani cabai merah keriting efisiensi secara teknis tetapi tidak mencapai efisiensi alokatif, dan 4 Usahatani cabai merah keriting telah mencapai efisiensi teknis dan sekaligus efisiensi alokatif. Hasil analisis diperoleh besaran nilai efisiensi ekonomi EE sebesar 0.57. Nilai EE yang diperoleh menunjukkan bahwa secara ekonomi petani cabai merah keriting di lokasi penetian Jawa Tengah pada level moderat. Sumbangan inefisiensi ekonomis usahatani cabai merah keriting berasal dari inefisiensi 202 alokatif dan sebagian berasal dari inefisiensi teknis. Hasil analisis menunjukkan bahwa inefisiensi teknis relatif kecil, sedangkan inefisiensi alokatif relatif besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya meningkatkan produktivitas melalui penurunan inefisiensi teknis pada teknologi yang tersedia sudah relatif terbatas. Namun penurunan inefisiensi alokatif masih cukup terbuka. Tabel 35. Distribusi Petani Menurut Kelompok Nilai EE Usahatani Cabai Merah Keriting di Jawa Tengah, Tahun 2009 Deskripsi Nilai EE Jumlah Petani Prosentase Kelompok 1 =0.50 18 18.75 Kelompok 2 0.51-0.60 38 39.58 kelompok 3 0.61-0.70 37 38.54 Kelompok 4 =0.71 3 3.13 Rata-rata 0.57 Kebijakan untuk meningkatkan efisiensi alokatif usahatani cabai merah keriting dapat dilakukan dengan : 1 Meningkatkan akses petani terhadap pasar input; 2 Meningkatkan akses petani terhadap pasar output; 3 Meningkatkan ketersediaan input produksi utama benih hibrida, pupuk kimia dan pupuk organik; 4 Melanjutkan kebijakan subsidi pupuk, dengan jangkauan seluruh jenis pupuk termasuk pupuk organik; 5 Kebijakan pengembangan skema kredit untuk sektor pertanian dengan bunga lunak dan mekanisme yang mudah diakses oleh petani; 6 Stabilisasi harga output dengan memperluas tujuan pasar dan pengembangan produk berbahan baku cabai merah; serta 7 Menyediakan dan memperbaiki infrastruktur pedesaan, terutama jalan usahatani, pasar kiostoko saprodi kelompok taniGapoktan, pasar induk komoditas cabai merah, STA, pasar 203 lelang, serta pasar petani. Informasi secara lebih terperinci dapat disimak pada Tabel 35 dan Gambar 13, serta Lampiran 4. Gambar 13. Distribusi Petani Menurut Efisiensi Alokatif Usahatani Cabai Merah Besar 6.3. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Inefisiensi Teknis Model Fungsi Produksi Frontier dengan Struktur Error Heteroskedastik pada Produksi Cabai Merah 6.3.1. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Inefisiensi Teknis pada Produksi Cabai Merah Besar Berdasarkan hasil analisis ditunjukkan terdapat 3 tiga input produksi yang berpengaruh secara nyata pada selang kepercayaan 90-99 terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar di lokasi penelitian, yaitu : benih, PPCZPT, dan TKLK Tabel 36 dan Lampiran 5. Terdapat satu faktor produksi yang berpengaruh meningkatkan inefisiensi teknis, yaitu benih cabai merah besar. 204 Hal ini disebabkan sebagian petani masih menggunakan benih dengan varietas lokal TIT Randu dan TIT Segitiga dan kecenderungan petani menanam dengan jarak tanam rapat hingga sedang. Penambahan benih atau jumlah bibit akan meningkatkan persaingan antar tanaman cabai merah besar dalam menyerap unsur hara dan penyinaran matahari, sehingga berdampak meningkatkan inefisiensi teknis. Faktor produksi lain yang berpengaruh secara positif, tetapi tidak nyata terhadap inefisiensi teknis cabai merah besar adalah : pupuk N, pupuk P 2 O 5 , kapur, pestisidafungisida dan TKDK. Penggunaan pupuk N yang bersumber utama dari Urea dan ZA serta pupuk P 2 O 5 yang bersumber utama dari SP-36 dan TSP dilakukan secara tidak tepat baik dosis, waktu, dan cara pemberiannya. Meskipun demikian, karena bentuk fungsi adalah fungsi translog maka perlu dilakukan penghitungan terhadap nilai elastisitasnya. Variabel pestisidafungisida berpengaruh meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Hal ini disebabkan penggunaannya yang tidak sesuai dosis dan terjadinya pengoplosan antar pestisidafungisida, sehingga berdampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Tenaga kerja dalam keluarga TKDK berpengaruh meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Hal ini lebih disebabkan oleh rendahnya keterampilan teknis dan kapabilitas manajerial TKDK dalam usahatani cabai merah besar. Secara empiris dalam usahatani cabai merah besar melibatkan tenaga kerja anak yang belum terampil. 205 Terdapat 2 dua faktor produksi yang berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis cabai merah besar, yaitu : PPCZPT dan TKLK. Artinya peningkatan PPCZPT dan TKLK akan berpengaruh terhadap penurunan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Tanda dari hasil estimasi ini sesuai dengan yang diharapkan. Penambahan PPCZPT yang berfungsi sebagai penyedia unsur hara mikro dan berperan merangsang pertumbuhan, pembungaan dan pembuahaan tanaman cabai merah besar jelas akan dapat menurunkan inefisiensi teknis. Di samping itu, penambahan PPCZPT yang mengandung berbagai unsur hara mikro juga dapat menghindari degradasi sumberdaya lahan. Penambahan TKLK berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Pada satu sisi, TKLK yang merupakan tenaga kerja upahan secara umum memiliki keterampilan teknis lebih baik dibandingkan TKDK dalam berbagai kegiatan usahatani cabai merah besar. Pada sisi lain usahatani cabai merah besar memerlukan keterampilan teknis yang tinggi, sehingga penambahan TKLK berpengaruh menurunkan inefisiensi teknis. Secara keseluruhan terdapat 18 variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara nyata terhadap inefisiensi teknis cabai merah besar, yaitu: interaksi antara benih dengan benih, interaksi pupuk N dengan pupuk N, pupuk P 2 O 5 dengan P 2 O 5 , pupuk K 2 O dengan K 2 O, benih dengan pupuk N, benih dengan pupuk K 2 O, benih dengan pupuk organik, benih dengan TKLK, pupuk N dengan K 2 O, pupuk N dengan kapur, pupuk N dengan pestisidafungisida, pupuk P 2 O 5 dengan pupuk organik, pupuk P 2 O 5 dengan pestisidafungisida, pupuk P 2 O 5 206 dengan TKDK, pupuk P 2 O 5 dengan TKLK, pupuk K 2 O dengan pupuk organik, pupuk K 2 O dengan TKLK, serta TKDK dengan TKLK. Tabel 36. Hasil Estimasi Fungsi Inefisiensi Teknis Usahatani Cabai Merah Besar di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 Parameter Koefisien Standar Error T value P|t| Fungsi Produksi Intersep -2.0983 5.9456 -0.35 0.7244 Lnx 1 Benih 0.6353 0.3902 1.63 0.1045 Lnx 2 Pupuk N 1.2862 0.9295 1.38 0.1674 Lnx 3 Pupuk P 2 O5 0.1585 0.7356 0.22 0.8296 Lnx 4 Pupuk K 2 O -0.4812 0.6293 -0.76 0.4451 Lnx 5 PPCZPT -0.0044 0.0027 -1.65 0.1011 Lnx 6 Pupuk organik -0.8890 0.7377 -1.21 0.2290 Lnx 7 Kapur 0.3871 0.7852 0.49 0.6223 Lnx 8 Pestisidafungisida 0.6466 0.7190 0.90 0.3692 Lnx 9 Tenaga kerja Dalam Keluarga 0.2162 0.4165 0.52 0.6040 Ln 10 Tenaga Kerja Luar Keluarga -0.0356 0.0106 -3.37 0.0009 Lnx 1 Lnx 1 Interaksi antara benih dengan benih -0.0656 0.0138 -4.75 .0001 Lnx 2 Lnx 2 Interaksi pupuk N dengan pupuk N -0.2460 0.0735 -3.35 0.0009 Lnx 3 Lnx 3 Interaksi pupuk P 2 O5 dengan P 2 O5 0.0593 0.0278 2.13 0.0337 Lnx 4 Lnx 4 Interaksi pupuk K 2 O dengan K 2 O -0.0523 0.0302 -1.73 0.0843 Lnx 5 Lnx 5 Interaksi PPCZPT dengan PPCZPT 0.0083 0.0624 0.13 0.8939 Lnx 6 Lnx 6 Interaksi pupuk organik dg ppk organik -0.0142 0.0106 -1.34 0.1803 Lnx 7 Lnx 7 Interaksi kapur dengan kapur -0.0073 0.0472 -0.15 0.8777 Lnx 8 Lnx 8 Interaksi pestisida dengan pestisida -0.0636 0.0543 -1.17 0.2421 Lnx 9 Lnx 9 Interaksi TKDK dengan TKDK -0.0088 0.0057 -1.56 0.1209 Lnx 10 Lnx 10 Interaksi TKLK dengan TKLK 0.0019 0.0640 0.03 0.9759 Lnx 1 Lnx 2 Interaksi benih dengan N 0.1169 0.0380 3.08 0.0022 Lnx 1 Lnx 3 Interaksi benih dengan P 2 O5 0.0191 0.0240 0.79 0.4279 Lnx 1 Lnx 4 Interaksi benih dengan K 2 O -0.0862 0.0243 -3.55 0.0004 Lnx 1 Lnx 5 Interaksi benih dengan PPCZPT 0.0761 0.0487 1.56 0.1193 Lnx 1 Lnx 6 Interaksi benih dengan pupuk organik -0.0675 0.0380 -1.77 0.0770 Lnx 1 Lnx 7 Interaksi benih dengan kapur -0.0309 0.0377 -0.82 0.4132 Lnx 1 Lnx 8 Interaksi benih dengan pestisida -0.0378 0.0340 -1.11 0.2664 Lnx 1 Lnx 9 Interaksi benih dengan TKDK -0.0182 0.0205 -0.89 0.3759 Lnx 1 Lnx 10 Interaksi benih dengan TKLK 0.1168 0.0487 2.40 0.0170 Lnx 2 Lnx 3 Interaksi pupuk N dengan P 2 O5 0.0344 0.0580 0.59 0.5532 Lnx 2 Ln 4 Interaksi pupuk N dengan K 2 O 0.2196 0.0655 3.35 0.0009 Lnx 2 Lnx 5 Interaksi pupuk N dengan PPCZPT -0.0510 0.0928 -0.55 0.5831 Lnx 2 Lnx 6 Interaksi pupuk N dg pupuk organik 0.1093 0.0756 1.45 0.1493 Lnx 2 Lnx 7 Interaksi pupuk N dengan kapur -0.1751 0.0802 -2.18 0.0297 Lnx 2 Lnx 8 Interaksi pupuk N dengan pestisidafungisida 0.1946 0.0734 2.65 0.0084 Lnx 2 Lnx 9 Interaksi pupuk N dengan TKDK 0.0349 0.0413 0.84 0.3990 Lnx 2 Lnx 10 Interaksi pupuk N dengan TKLK -0.1912 0.1176 -1.63 0.1050 Lnx 3 Lnx 4 Interaksi pupuk P 2 O 5 dengan K 2 O -0.0467 0.0358 -1.31 0.1927 Lnx 3 Lnx 5 Interaksi pupuk P 2 O 5 dengan PPCZPT 0.0815 0.0718 1.13 0.2574 Lnx 3 Lnx 3 Interaksi pupuk P 2 O 5 dg pupuk organik 0.1355 0.0492 2.76 0.0062 Lnx 3 Lnx 7 Interaksi pupuk P 2 O 5 dengan kapur -0.0403 0.0515 -0.78 0.4344 Lnx 3 Lnx 8 Interaksi pupuk P 2 O 5 dengan pestisidafungisida -0.1177 0.0475 -2.48 0.0136 Lnx 3 Lnx 9 Interaksi pupuk P 2 O 5 dengan TKDK -0.0945 0.0325 -2.91 0.0039 Ln 3 Lnx 10 Interaksi pupuk P 2 O 5 dengan TKLK -0.1790 0.0821 -2.18 0.0300 Lnx 4 Lnx 5 Interaksi pupuk K 2 O dengan PPCZPT 0.0700 0.0782 0.90 0.3711 Lnx 4 Lnx 6 Interaksi pupuk K 2 O dg pupuk organik -0.0950 0.0556 -1.71 0.0883 Lnx 4 Lnx 7 Interaksi pupuk K 2 O dengan kapur 0.0263 0.0527 0.50 0.6181 Lnx 4 Lnx 8 Interaksi pupuk K 2 O dengan pestisida -0.0391 0.0438 -0.89 0.3719 207 Tabel 36. Lanjutan Parameter Koefisien Standar Error T value P|t| Fungsi Produksi Lnx 4 Lnx 9 Interaksi pupuk K 2 O dengan TKDK 0.0456 0.0319 1.43 0.1532 Lnx 4 Lnx 10 Interaksi pupuk K 2 O dengan TKLK 0.1721 0.0731 2.35 0.0192 Lnx 5 Lnx 6 Interaksi PPCZPT dg pupuk organik -0.0372 0.0732 -0.51 0.6117 Lnx 5 Lnx 7 Interaksi PPCZPT dengan kapur -0.0412 0.0734 -0.56 0.5747 Lnx 5 Lnx 8 Interaksi PPCZPT dengan pestisida -0.0773 0.1028 -0.75 0.4526 Lnx 5 Lnx 9 Interaksi PPCZPT dengan TKDK 0.0555 0.0586 0.95 0.3442 Lnx 5 Lnx 10 Interaksi PPCZPT dengan TKLK 0.0254 0.0760 0.33 0.7384 Lnx 6 Lnx 7 Interaksi pupuk organik dengan kapur 0.0429 0.0636 0.67 0.5002 Lnx 6 Lnx 8 Interaksi pupuk organik dg pestisida 0.0022 0.0600 0.04 0.9713 Lnx 6 Lnx 9 Interaksi pupuk organik dengan TKDK 0.0226 0.0400 0.57 0.5717 Lnx 6 Lnx 10 Interaksi pupuk organik dengan TKLK 0.0602 0.0916 0.66 0.5113 Lnx 7 Lnx 8 Interaksi kapur dengan pestisida -0.0175 0.0755 -0.23 0.8166 Lnx 7 Lnx 9 Interaksi kapur dengan TKDK 0.0299 0.0368 0.81 0.4175 Lnx 7 Lnx 10 Interaksi kapur dengan TKLK 0.0844 0.0707 1.20 0.2329 Lnx 8 Lnx 9 Interaksi pestisida dengan TKDK 0.0338 0.0384 0.88 0.3794 Lnx 8 Lnx 10 Interaksi pestisida dengan TKLK 0.0160 0.0785 0.20 0.8387 Lnx 9 Lnx 10 Interaksi TKDK dengan TKLK -0.1035 0.0508 -2.04 0.0426 Root MSE 0.29686 R-Square 0.54165 Dependent Mean 0.00000 Adj R-Sq 0.45245 Coeff Var 1.97903E12 : nyata pada 01 . ❙  : nyata pada 05 . ❙  : nyata pada 10 . ❚  Terdapat 7 tujuh variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis cabai merah keriting, yaitu: interaksi pupuk P 2 O 5 dengan pupuk P 2 O 5 , benih dengan pupuk N, benih dengan TKLK, pupuk N dengan K 2 O, pupuk N dengan pestisidafungisida, serta pupuk K 2 O dengan TKLK. Artinya peningkatan variabel-variabel interaksi tersebut akan meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Kombinasi interaksi antara pupuk P 2 O 5 dan P 2 O 5 yang bersumber dari beberapa jenis pupuk, seperti pupuk TSP, SP-36, SP-27, SP-18, serta PONSKA dan NPK berpengaruh secara positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Hal ini disebabkan penggunaan pupuk P 2 O 5 tidak dilakukan secara tepat dosis, waktu, dan cara pemberiannya. Sehingga interaksi 208 antara pupuk P 2 O 5 dengan P 2 O 5 yang bersumber dari berbagai jenis pupuk secara simultan berdampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Kombinasi interaksi antara benih dengan TKLK berpengaruh secara positif dan nyta terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Sebagian petani cabai merah besar masih menggunakan benih unggul lokal TIT Randu, TIT Segitiga, TIT Super menyebabkan pencapaian produktivitas tidak maksimal dan kecenderungan petani menggunakan jarak tanam rapat menyebabkan persaingan antar tanaman dalam menyerap unsur hara dan dalam penyinaran matahari. Penggunaan TKLK yang meskipun secara umum memiliki keterampilan teknis lebih baik dibandingkan TKDK, namun ditemukan adanya perilaku moral hazard dari tenaga kerja upahan dalam melakukan berbagai kegiatan usahatani cabai merah besar. Sehingga interaksi antara benih yang sebagian besar masih merupakan benih lokal dengan TKLK dalam kegiatan tanam yang kurang cermat secara simultan berdampak meningkatkan inefisiensi teknis cabai merah besar. Interaksi antara benih dengan pupuk N berpengaruh secara positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Masih adanya sebagian petani cabai merah besar yang menggunakan benih unggul lokal varietas TIT Randu dan TIT Segitiga menyebabkan pencapaian produktivitas tidak maksimal dan kecenderungan petani menggunakan jarak tanam rapat menyebabkan persaingan antar tanaman dalam menyerap unsur hara dan dalam penyinaran matahari. Sementara itu, penggunaan pupuk N yang bersumber dari Urea, ZA, PONSKA dan NPK dalam dosis yang tidak tepat dapat menciptakan 209 amoniak yang beracun. Interaksi antara kedua masukan tersebut ternyata berdampak meningkatkan inefisiensi teknis cabai merah besar. Kombinasi interaksi antara pupuk N dan K 2 O berpengaruh secara positif dan nyata terhadap peningkatan inefisiensi teknis cabai merah besar. Pupuk N yang bersumber dari Urea, ZA, serta PONSKA dan NPK dan pupuk K 2 O yang bersumber dari KCL, KNO 3 , serta PONSKA dan NPK penggunaannya yang tidak tepat dosis dan caranya dapat menimbulkan amoniak yang beracun. Sehingga interaksi antar keduanya berdampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Kombinasi interaksi antara pupuk N dengan pestisidafungisida berpengaruh secara positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Pada satu sisi, penggunaan pupuk N yang bersumber dari Urea, ZA, serta PONSKA dan NPK yang tidak tepat dosis dan cara pemberiannya dapat menimbulkan amoniak yang beracun. Pada sisi lain, secara empiris bahwa sebagian besar petani melakukan pengoplosan antar berbagai jenis pestisidafungisida sehingga kurang efektif serta dapat menimbulkan resistensi dan surgerensi terhadap OPT tertentu. Kombinasi interaksi antar keduanya berdampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Kombinasi interaksi antara K 2 O dan TKLK berpengaruh secara positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis cabai merah besar. Hasil ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penggunaan pupuk K 2 O yang bersumber dari berbagai jenis pupuk, seperti KCL, KNO 3 , PONSKA dan NPK secara tidak tepat dosis dan cara pemberiannya dapat meningkatkan inefisiensi teknis. Sementara itu, adanya 210 perilaku moral hazard dari TKLK dalam berbagai kegiatan usahatani cabai merah besar juga dapat meningkatkan inefisiensi teknis. Sehingga interaksi antara pupuk K 2 O dengan TKLK ternyata memberikan dampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara positif, tetapi tidak nyata secara terperinci dapat dilihat pada pada Tabel 36 dan Lampiran 5. Variabel-variabel interaksi antar faktor produksi tersebut kurang penting dalam mempengaruhi risiko produktivitas cabai merah keriting. Terdapat 11 variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar, yaitu : interaksi antara benih dengan benih, interaksi pupuk N dengan pupuk N, pupuk K 2 O dengan K 2 O, benih dengan pupuk K 2 O, benih dengan pupuk organik, pupuk N dengan kapur, pupuk P 2 O 5 dengan pupuk organik, pupuk P 2 O 5 dengan pestisidafungisida, pupuk P 2 O 5 dengan TKDK, pupuk P 2 O 5 dengan TKLK, pupuk K 2 O dengan pupuk organik, serta TKDK dengan TKLK. Interaksi antara benih dengan benih berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Meskipun masih dijumpai sebagian petani yang menggunakan benih unggul lokal, namun pergeseran penggunaan benih cabai hibrida semakin dominan. Semakin dominannya penggunaan benih hibrida dikalangan petani cabai merah besar secara nyata menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Kombinasi interaksi antara pupuk N dan pupuk N berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Secara 211 empiris di lapang penggunaan pupuk N dapat berasal dari Urea, ZA, PONSKA, dan NPK. Artinya penambahan penggunaan pupuk N dan interaksi antar pupuk N dari berbagai sumber berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Kombinasi interaksi antara pupuk K 2 O dengan pupuk K 2 O berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis cabai merah besar. Peningkatan penggunaan pupuk K 2 O akan meningkatkan produktivitas cabai merah besar. Sehingga interaksi antara pupuk K 2 O yang bersumber dari berbagai jenis pupuk KCL, KNO 3 , PONSKA, dan NPK berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Interaksi antara benih dengan pupuk K 2 O berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Adanya pergeseran penggunaan benih unggul lokal ke benih hibrida akan menurunkan inefisiensi teknis. Penambahan penggunaan pupuk K 2 O yang berfungsi sebagai pupuk dasar maupun susulan akan berpengaruh positif terhadap peningkatan efisiensi teknis atau penurunan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Penambahan penggunaan benih dan pupuk K 2 O secara simultan berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Interaksi antara benih dengan pupuk organik berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Adanya pergeseran penggunaan benih unggul lokal ke benih hibrida akan menurunkan inefisiensi teknis. Penambahan penggunaan pupuk organik yang berperan sebagai pupuk dasar dan media tumbuh yang dapat memperbaiki perakaran tanaman saat 212 awal tanam akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, dan pada akhirnya berdampak meningkatkan efisiensi teknis atau menurunkan inefisiensi teknis pada usahatani cabai merah besar. Penambahan penggunaan benih dan pupuk K 2 O serta interaksi antar ke duanya berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Kombinasi interaksi antara pupuk N dengan kapur berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Pada satu sisi, penambahan penggunaan pupuk N akan memacu pertumbuhan tanaman sehingga berpeluang meningkatkan efisiensi teknis atau menurunkan inefisiensi teknis. Pada sisi lain, penambahan kapur yang berperan sebagai unsur pembenah tanah guna meningkatkan pH tanah, sehingga meningkatkan efektivitas penyerapan unsur hara. Sehingga interaksi antar keduanya berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Kombinasi interaksi antara pupuk P 2 O 5 dengan pupuk organik berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Pada satu sisi, penambahan penggunaan pupuk P 2 O 5 yang berperanan baik untuk pertumbuhan vegatif maupun generatif. Pada sisi lain, penambahan pupuk organik yang berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga meningkatkan efektivitas penyerapan unsur hara. Di samping itu, pupuk organik juga berperan sebagai penyedia unsur hara makro dan mikro, meskipun dalam jumlah terbatas. Sehingga interaksi antar keduanya berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. 213 Kombinasi interaksi antara pupuk P 2 O 5 dengan pestisidafungisida berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Penambahan penggunaan pupuk P 2 O 5 yang berperanan baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Pada sisi lain, penambahan pestisidafungisida berperan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman sehingga dapat menjaga stabilitas produktivitas cabai merah besar. Sehingga interaksi antar keduanya berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Kombinasi penggunaan pupuk P 2 O 5 dengan TKDK berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Penambahan penggunaan pupuk P 2 O 5 akan meningkatkan performa tanaman. Penambahan TKDK dalam batas-batas tertentu dapat mengatasi masalah kelangkaan tenaga kerja untuk kegiatan pemupukan. Sehingga interaksi antara keduanya akan bedampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Interaksi antara penggunaan pupuk P 2 O 5 dengan TKLK berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Penambahan penggunaan pupuk P 2 O 5 yang berfungsi baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif akan meningkatkan performa tanaman. Penambahan TKLK yang umumnya memiliki keterampilan teknis lebih baik, akan meningkatkan kinerja kegiatan pemupukan. Sehingga interaksi antara keduanya akan berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. 214 Kombinasi interaksi antara pupuk K 2 O dengan pupuk organik berpengaruh negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Pada satu sisi, penambahan penggunaan pupuk K 2 O yang berperanan baik untuk pertumbuhan vegatif maupun generatif akan meningkatkan efisiensi teknis dan menurunkan inefisiensi teknis. Pada sisi lain, penambahan pupuk organik yang berperan dalam memperbaiki struktur dan tekstur tanah, sehingga meningkatkan efektivitas penyerapan unsur hara. Selain itu, pupuk organik juga berperan sebagai penyedia unsur hara makro dan mikro, meskipun dalam jumlah terbatas. Sehingga interaksi antar keduanya berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Kombinasi interaksi antara penggunaan TKDK dengan TKLK berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Secara empiris terjadi fenomena kelangkaan tenaga kerja di daerah sentra produksi cabai merah besar untuk berbagai kegiatan usahatani cabai merah besar. Untuk mengatasi masalah tersebut petani di samping menggunakan TKDK, juga menggunakan TKLK dengan sistem upah. Di beberapa lokasi ditemukan adanya sistem arisan tenaga kerja untuk kegiatan tanam, karena kegiatan ini harus selesai pada hari dan kondisi tertentu cuaca tidak terlalu panas. Sehingga interaksi antara TKDK dan TKLK secara bersamaan berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis cabai merah besar dengan menggunakan fungsi produksi translog dapat diformulasikan sebagai berikut: 215 ln ln 0.104 ln ln 0.016 ln ln 0.034 ln ln 0.084 ln ln 0.030 ln ln 0.018 ln ln 0.060 ln ln 0.023 ln ln 0.002 ln ln 0.043 ln ln 0.025 ln ln 0.056 ln ln 0.077 ln ln 0.041 ln ln 0.037 ln ln 0.172 ln ln 0.046 ln ln 0.039 ln ln 0.026 ln ln 0.095 ln ln 0.070 ln ln 0.179 ln ln 0.095 ln ln 0.118 ln ln 0.040 ln ln 0.136 ln ln 0.082 ln ln 0.047 ln ln 0.035 ln ln .035 ln ln 0.195 ln ln 0.175 ln ln 0.109 ln ln 0.051 ln ln 0.220 ln ln 0.034 ln ln 0.117 ln ln 0.018 ln ln 0.038 ln ln 0.031 ln ln 0.068 ln ln 0.076 ln ln .086 ln ln 0.019 ln ln 0.117 ln ln 0.002 ln ln 0.009 ln ln 0.064 ln ln 0.007 ln ln 0.014 ln ln 0.008 ln ln 0.052 ln ln 0.059 ln ln 0.246 ln ln 0.066 ln 0.036 ln 0.216 ln 0.647 ln 0.387 ln 0.004 ln 0.358 ln 0.481 ln 0.159 ln 1.286 ln 0.635 2.098 - ln ln 10 9 10 8 9 8 10 7 9 7 8 7 10 6 9 6 8 6 7 6 10 5 9 5 8 5 7 5 6 5 10 4 9 4 8 4 7 4 6 4 5 4 10 3 9 3 8 3 7 3 6 3 5 3 4 3 10 2 9 2 8 2 7 2 6 2 5 2 4 2 3 2 10 1 9 1 8 1 7 1 6 1 5 1 4 1 3 1 2 1 10 10 9 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x y i ❯ ❱ ❱ ❱ ❱ ❯ ❱ ❱ ❱ ❱ ❱ ❱ ❯ ❯ ❯ ❱ ❱ ❯ ❱ ❯ ❱ ❯ ❯ ❯ ❯ ❱ ❱ ❯ ❯ ❱ ❱ ❯ ❱ ❯ ❱ ❱ ❱ ❯ ❯ ❯ ❯ ❱ ❯ ❱ ❱ ❱ ❯ ❯ ❯ ❯ ❱ ❯ ❱ ❯ ❯ ❯ ❱ ❱ ❱ ❯ ❯ ❯ ❱ ❱ ❱ ❲ 6.3.2. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Inefisiensi Teknis pada Produksi Cabai Merah Keriting Hasil estimasi tentang faktor-faktor produksi yang mempengaruhi inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting dapat dilihat pada Tabel 37 dan Lampiran 6. Terdapat 4 empat faktor produksi yang berpengaruh secara nyata pada selang kepercayaan 90-99 terhadap tingkat inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting di lokasi penelitian, yaitu : benih, pupuk N, pupuk P 2 O 5 , dan TKDK. Terdapat 1 satu faktor produksi yang berpengaruh secara positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting, yaitu benih. Hal ini terutama disebabkan oleh masih adanya petani yang menggunakan benih varietas lokal atau hibrida turunan dan kecenderungan petani cabai merah keriting menanam dengan jarak tanam rapat. Peningkatan penggunaan benih atau jumlah bibit akan meningkatkan persaingan antar tanaman cabai merah keriting dalam 216 menyerap unsur hara dan terhadap penyinaran matahari, sehingga berdampak meningkatkan inefisiensi teknis. Faktor produksi lain yang berpengaruh secara positif terhadap inefisiensi teknis, tetapi tidak nyata antara lain adalah pupuk K 2 O. Penggunaan pupuk K 2 O yang bersumber dari berbagai jenis pupuk KCL, KNO 3 , NPK dan PONSKA menunjukkan indikasi berlebih dari kebutuhan tanaman. Namun karena fungsi produktivitas yang digunakan adalah dalam bentuk fungsi produksi translog, maka perlu dihitung nilai elastisitasnya. Faktor produksi yang berpengaruh secara negatif dan nyata pada selang kepercayaan 90-99 terhadap inefisiensi teknis adalah : penggunaan pupuk N, pupuk P 2 O 5 , dan TKDK. Artinya penambahan masing-masing input produksi tersebut pupuk N, pupuk P 2 O 5 , pestisida dan TKDK ceteris paribus, maka akan menurunkan tingkat inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Penambahan penggunaan pupuk N dan P 2 O 5 akan menurunkan tingkat inefisiensi teknis. Tanda koefisien parameter yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ke dua jenis pupuk tersebut pada teknologi yang ada masih di bawah dari dosis yang dibutuhkan tanaman cabai merah keriting. Penambahan penggunaan TKDK yang dibarengi dengan peningkatan keterampilan teknis dan kapabilitas manajerial dapat menurunkan tingkat inefisiensi teknis. Tanda koefisien parameter yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani cabai merah merah keriting bersifat intensif tenaga kerja. 217 Tabel 37. Hasil Estimasi Fungsi Inefisiensi Teknis Usahatani Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 Parameter Koefisien Standar Error T value P|t| Fungsi Produksi Intersep 32.8068 25.7800 1.27 0.2136 Lnx 1 Benih 3.0244 1.6421 1.82 0.0262 Lnx 2 Pupuk N -0.9154 0.5174 -1.84 0.0982 Lnx 3 Pupuk P 2 O5 -0.0211 0.0095 -2.22 0.0294 Lnx 4 Pupuk K 2 O 0.5276 1.7800 0.30 0.7691 Lnx 5 PPCZPT -5.3639 3.7767 -1.42 0.1666 Lnx 6 Pupuk organik -2.1952 1.5383 -1.43 0.1646 Lnx 7 Kapur -2.6273 3.8262 -0.69 0.4979 Lnx 8 Pestisidafungisida -1.2901 1.9802 -0.65 0.5200 Lnx 9 Tenaga kerja Dalam Keluarga -0.1050 0.0183 -5.74 .0001 Ln 10 Tenaga Kerja Luar Keluarga -1.1075 3.3227 -0.33 0.7414 Lnx 1 Lnx 1 Interaksi antara benih dengan benih -0.0993 0.1664 -0.60 0.5555 Lnx 2 Lnx 2 Interaksi pupuk N dengan pupuk N 0.1721 0.0833 2.07 0.0482 Lnx 3 Lnx 3 Interaksi pupuk P 2 O5 dengan P 2 O5 0.1211 0.0637 1.90 0.0679 Lnx 4 Lnx 4 Interaksi pupuk K 2 O dengan K 2 O 0.0509 0.1154 0.44 0.6625 Lnx 5 Lnx 5 Interaksi PPCZPT dengan PPCZPT -0.3013 0.1916 -1.57 0.1271 Lnx 6 Lnx 6 Interaksi pupuk organik dg ppk organik -0.0077 0.0101 -0.77 0.4489 Lnx 7 Lnx 7 Interaksi kapur dengan kapur 0.0704 0.1038 0.68 0.5029 Lnx 8 Lnx 8 Interaksi pestisida dengan pestisida -0.0631 0.1674 -0.38 0.7090 Lnx 9 Lnx 9 Interaksi TKDK dengan TKDK 0.0638 0.0815 0.78 0.4399 Lnx 10 Lnx 10 Interaksi TKLK dengan TKLK 0.2180 0.1681 1.30 0.2052 Lnx 1 Lnx 2 Interaksi benih dengan N 0.0499 0.1467 0.34 0.7363 Lnx 1 Lnx 3 Interaksi benih dengan P 2 O5 0.0587 0.1609 0.36 0.7181 Lnx 1 Lnx 4 Interaksi benih dengan K 2 O -0.1563 0.1580 -0.99 0.3311 Lnx 1 Lnx 5 Interaksi benih dengan PPCZPT 0.2801 0.3486 0.80 0.4285 Lnx 1 Lnx 6 Interaksi benih dengan pupuk organik 0.0326 0.2204 0.15 0.8835 Lnx 1 Lnx 7 Interaksi benih dengan kapur -0.0040 0.2606 -0.02 0.9878 Lnx 1 Lnx 8 Interaksi benih dengan pestisida -0.0918 0.2163 -0.42 0.6747 Lnx 1 Lnx 9 Interaksi benih dengan TKDK -0.2853 0.2343 -1.22 0.2336 Lnx 1 Lnx 10 Interaksi benih dengan TKLK -0.0280 0.0260 -1.07 0.2924 Lnx 2 Lnx 3 Interaksi pupuk N dengan P 2 O5 0.3024 0.0809 3.74 0.0008 Lnx 2 Ln 4 Interaksi pupuk N dengan K 2 O -0.1054 0.0920 -1.15 0.2616 Lnx 2 Lnx 5 Interaksi pupuk N dengan PPCZPT -0.1969 0.1874 -1.05 0.3023 Lnx 2 Lnx 6 Interaksi pupuk N dg pupuk organik -0.0921 0.1335 -0.69 0.4961 Lnx 2 Lnx 7 Interaksi pupuk N dengan kapur -0.0534 0.2001 -0.27 0.7915 Lnx 2 Lnx 8 Interaksi pupuk N dengan pestisida -0.0423 0.1303 -0.32 0.7477 Lnx 2 Lnx 9 Interaksi pupuk N dengan TKDK 0.2963 0.1479 2.00 0.0549 Lnx 2 Lnx 10 Interaksi pupuk N dengan TKLK -0.2920 0.1478 -1.98 0.0582 Lnx 3 Lnx 4 Interaksi pupuk P 2 O 5 dengan K 2 O -0.1196 0.0867 -1.38 0.1788 Lnx 3 Lnx 5 Interaksi pupuk P 2 O 5 dengan PPCZPT -0.3407 0.1673 -2.04 0.0513 Lnx 3 Lnx 3 Interaksi pupuk P 2 O 5 dg pupuk organik 0.1148 0.1178 0.97 0.3381 Lnx 3 Lnx 7 Interaksi pupuk P 2 O 5 dengan kapur 0.0401 0.1078 0.37 0.7124 Lnx 3 Lnx 8 Interaksi pupuk P 2 O 5 dengan pestisida 0.1554 0.1454 1.07 0.2942 Lnx 3 Lnx 9 Interaksi pupuk P 2 O 5 dengan TKDK -0.0077 0.1378 -0.06 0.9557 Ln 3 Lnx 10 Interaksi pupuk P 2 O 5 dengan TKLK -0.2526 0.0966 -2.61 0.0142 Lnx 4 Lnx 5 Interaksi pupuk K 2 O dengan PPCZPT 0.3123 0.2083 1.50 0.1451 Lnx 4 Lnx 6 Interaksi pupuk K 2 O dg pupuk organik -0.1546 0.1412 -1.10 0.2828 Lnx 4 Lnx 7 Interaksi pupuk K 2 O dengan kapur 0.0654 0.1440 0.45 0.6530 Lnx 4 Lnx 8 Interaksi pupuk K 2 O dengan pestisida -0.0853 0.1349 -0.63 0.5322 Lnx 4 Lnx 9 Interaksi pupuk K 2 O dengan TKDK 0.0247 0.1279 0.19 0.8481 Lnx 4 Lnx 10 Interaksi pupuk K 2 O dengan TKLK 0.2176 0.1239 1.76 0.0901 Lnx 5 Lnx 6 Interaksi PPCZPT dg pupuk organik 0.0830 0.1456 0.57 0.5733 Lnx 5 Lnx 7 Interaksi PPCZPT dengan kapur 0.0245 0.2858 0.09 0.9322 Lnx 5 Lnx 8 Interaksi PPCZPT dengan pestisida 0.3604 0.2458 1.47 0.1537 Lnx 5 Lnx 9 Interaksi PPCZPT dengan TKDK 0.2768 0.2488 1.11 0.2753 Lnx 5 Lnx 10 Interaksi PPCZPT dengan TKLK 0.4984 0.2519 1.98 0.0578 Lnx 6 Lnx 7 Interaksi pupuk organik dengan kapur 0.2688 0.1594 1.69 0.1029 Lnx 6 Lnx 8 Interaksi pupuk organik dg pestisida -0.0696 0.1549 -0.45 0.6567 Lnx 6 Lnx 9 Interaksi pupuk organik dengan TKDK 0.0933 0.1552 0.60 0.5524 218 Tabel 37. Lanjutan Parameter Koefisien Standar Error T value P|t| Fungsi Produksi Lnx 6 Lnx 10 Interaksi pupuk organik dengan TKLK 0.0755 0.1355 0.56 0.5820 Lnx 7 Lnx 8 Interaksi kapur dengan pestisida 0.0764 0.1463 0.52 0.6057 Lnx 7 Lnx 9 Interaksi kapur dengan TKDK -0.1454 0.2272 -0.64 0.5274 Lnx 7 Lnx 10 Interaksi kapur dengan TKLK -0.1080 0.2830 -0.38 0.7058 Lnx 8 Lnx 9 Interaksi pestisida dengan TKDK 0.1605 0.1538 1.04 0.3057 Lnx 8 Lnx 10 Interaksi pestisida dengan TKLK 0.0718 0.1587 0.45 0.6544 Lnx 9 Lnx 10 Interaksi TKDK dengan TKLK 0.0830 0.2280 0.36 0.7185 Root MSE 0.18751 R-Square 0.81709 Dependent Mean 0.28905 Adj R-Sq 0.37942 Coeff Var 64.87062 : nyata pada 01 . ❳  : nyata pada 05 . ❳  : nyata pada 10 . ❨  Demikian juga halnya dalam penambahan penggunaan TKDK akan menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Hal ini mengandung arti bahwa penambahan penggunaan TKDK yang disertai peningkatan keterampilan teknis dan kapabilitas manejerialnya akan menurunkan inefisiensi teknis. Di samping itu, penambahan TKDK dan mengurangi TKLK juga dapat menghindari moral hasard yang sering terjadi pada tenaga kerja upahan. Secara empiris, kekurangan tenaga kerja pada usahatani cabai merah keriting seperti yang dijumpai di Kabupaten Klaten dan Boyolali di atasi dengan sistem arisan tenaga kerja orang dewasa. Faktor produksi lain yang berpengaruh secara negatif, namun tidak nyata adalah : penggunaan PPCZPT, pupuk organik, kapur, pestisidafungsida, dan TKLK. Artinya penambahan penggunaan input-input produksi tersebut akan berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Penggunaan PPCZPT pada usahatani cabai merah keriting yang berfungsi untuk penyediaan unsur hara mikro serta merangsang pembungaan dan pembuahan nampaknya masih kurang dari dosis yang diperlukan tanaman. 219 Penambahan penggunan PPCZPT masih dapat ditingkatkan untuk menurunkan inefisiensi teknis cabai merah keriting dan menghindari degradasi sumberdayalahan. Penggunaan pupuk organik dan kapur pada usahatani cabai merah keriting yang berfungsi untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah, unsur pembenah tanah, serta dalam menambah penyediaan unsur hara makro dan mikro nampaknya masih kurang dari dosis yang diperlukan tanaman. Penambahan penggunaan pupuk organik dan kapur masih dapat ditingkatkan untuk menurunkan inefisiensi teknis cabai merah keriting. Efektivitas penggunaan pupuk organik dapat ditingkatkan melalui pengembangan teknologi pengolahan pupuk kandang menjadi pupuk organik yang terstandarisasi, melalui proses dekomposisi dengan EM4 atau MOL Micro Organism Local. Penambahan penggunaan pestisidafungisida berdampak menekan serangan hama dan penyakit tanaman sehingga akan menurunkan inefisiensi teknis. Hasil estimasi ini sesuai dengan yang dihipotesakan. Dalam hal penggunaan pestisidafungisida, yang perlu mendapatkan perhatian bukan saja masalah ketepatan dosis, tetapi juga bagaimana cara penggunaannya sesuai dengan anjuran. Penambahan TKLK yang secara umum memiliki keterampilan teknis yang lebih baik dibandingkan TKDK berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani cabai merah keriting bersifat intensif tenaga kerja dan memerlukan tingkat keterampilan tertentu dalam teknik budidaya. Untuk tenaga kerja luar keluarga, terdapat 220 indikasi kelangkaankesulitan TKLK di daerah sentra produksi cabai merah keriting baik di lahan sawah dataran rendah maupun lahan kering dataran tinggi yang direfleksikan dengan tingginya tingkat upah Rp. 30.000-35.000HOK. Petani mengatasi masalah ini dengan melakukan substitusi TKLK dengan TKDK dan melalui arisan tenaga kerja terutama untuk kegiatan pengolahan lahan dan tanam. Substitusi TKLK dengan TKDK untuk kasus usahatani cabai merah keriting dapat dilakukan, melalui peningkatan keterampilan teknis TKDK dalam budidaya cabai merah keriting. Secara keseluruhan terdapat 10 variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting, yaitu : interaksi antara pupuk N dengan pupuk N, pupuk P 2 O 5 dengan P 2 O 5 , pupuk N dengan pupuk P 2 O 5 , pupuk N dengan TKDK, pupuk N dengan TKLK, pupuk P 2 O 5 dengan PPCZPT, pupuk P 2 O 5 dengan TKLK, pupuk K 2 O dengan TKLK, PPCZPT dengan TKLK, serta pupuk organik dengan kapur. Terdapat 7 tujuh variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting, yaitu: interaksi antara pupuk N dengan pupuk N, pupuk P 2 O 5 dengan pupuk P 2 O 5 , pupuk N dengan pupuk P 2 O 5 , pupuk N dengan TKDK, pupuk K 2 O dengan TKLK, PPCZPT dengan TKLK, serta pupuk organik dengan kapur. Penambahan penggunaan kombinasi input-input produksi tersebut secara simultan berdampak meningkatkan inefisiensi teknis. Kombinasi interaksi antara pupuk N dengan pupuk N berpengaruh secara positif dan nyata terhadap peningkatan inefisiensi teknis dalam usahatani cabai 221 merah keriting. Hal ini disebabkan penggunaan pupuk N yang berasal dari berbagai sumber, seperti pupuk Urea, ZA, PONSKA, dan NPK dalam dosis dan cara yang tidak tepat dapat menimbulkan amoniak yang beracun. Sehingga interaksi antara pupuk N dengan N yang bersumber dari berbagai jenis pupuk secara simultan berdampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Kombinasi interaksi antara pupuk P 2 O 5 dan P 2 O 5 yang bersumber dari beberapa jenis pupuk, seperti pupuk TSP, SP-36, SP-27, SP-18, serta PONSKA dan NPK berpengaruh secara positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Penggunaan pupuk P 2 O 5 yang tidak tepat dosis dan cara pemberiannya yang tidak tepat dapat menyebabkan inefisiensi teknis. Sehingga interaksi antara pupuk P 2 O 5 dengan P 2 O 5 yang bersumber dari berbagai jenis pupuk secara simultan berdampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Kombinasi interaksi antara pupuk N dan P 2 O 5 berpengaruh secara positif dan nyata terhadap peningkatan inefisiensi teknis cabai merah keriting. Pupuk N yang bersumber dari Urea, ZA, serta PONSKA dan NPK dan pupuk P 2 O 5 yang bersumber dari TSP, SP-36, SP-27, SP-18, serta PONSKA dan NPK penggunaannya yang tidak tepat dosis dan caranya pemberiannya dapat meningkatkan inefisiensi teknis. Sehingga interaksi antar keduanya berdampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Kombinasi interaksi antara pupuk N dengan TKDK berpengaruh secara positif dan nyata terhadap peningkatan inefisiensi teknis cabai merah keriting. 222 Pupuk N yang bersumber dari Urea, ZA, serta PONSKA dan NPK dan pupuk K 2 O yang bersumber dari KCL, KNO 3 , serta PONSKA dan NPK penggunaannya yang tidak tepat dosis dan caranya dapat menimbulkan amoniak yang beracun. Sementara itu, penambahan TKDK yang tidak disertai peningkatan keterampilan teknis dalam teknik budidaya cabai merah keriting akan meningkatkan inefisiensi teknis. Sehingga interaksi antar keduanya berdampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Kombinasi interaksi antara pupuk P 2 O 5 dengan PPCZPT berpengaruh secara positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Interaksi penggunaan pupuk P 2 O 5 yang merupakan unsur makro dan PPCZPT yang mengandung beberapa unsur mikro seharusnya berdampak menurunkan inefisiensi teknis. Kondisi yang sebaliknya ini disebabkan oleh penggunaan pupuk P 2 O 5 dan PPCZPT yang tidak tepat dosis dan cara pemberiannya. Kombinasi interaksi antar keduanya ternyata berdampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Kombinasi interaksi antara P 2 O 5 dan TKLK berpengaruh secara positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis cabai merah keriting. Hasil ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penggunaan pupuk P 2 O 5 yang tidak tepat dosis dan cara pemberiannya dapat menyebabkan inefisiensi teknis. Sementara itu, adanya perilaku moral hazard dari TKLK dalam berbagai kegiatan usahatani cabai merah keriting dapat meningkatkan inefisiensi teknis. Sehingga interaksi antara pupuk P 2 O 5 dengan TKLK ternyata memberikan dampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. 223 Kombinasi interaksi antara K 2 O dan TKLK berpengaruh secara positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis cabai merah keriting. Pada satu sisi, penggunaan pupuk K 2 O yang bersumber dari KCL, KNO 3 , serta PONSKA dan NPK secara tidak tepat dosis dan cara pemberiannya dapat menimbulkan amoniak yang beracun. Pada sisi lain, adanya perilaku moral hazard dari TKLK dalam berbagai kegiatan usahatani cabai merah keriting dapat meningkatkan inefisiensi teknis. Sehingga interaksi antara pupuk K 2 O dengan TKLK ternyata memberikan dampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Kombinasi interaksi penggunaan PPCZPT dengan TKLK berpengaruh secara positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Pada satu sisi, penggunaan PPCZPT sebagai penyedia pupuk mikro dan zat perangsang tumbuh memerlukan ketekunan dan ketelatenan yang tinggi. Pada sisi lain, adanya perilaku moral hazard dari TKLK dalam kegiatan aplikasi PPCZPT pada usahatani cabai merah keriting. Interaksi antara ke duanya ternyata berdampak meningkatkan inefisiensi teknis dalam usahatani cabai merah keriting. Kombinasi interaksi penggunaan pupuk organik dengan kapur berpengaruh secara positif dan nyata terhadap inefisiensi teknis. Pada satu sisi penggunaan pupuk organik dalam bentuk pupuk kandang yang belum matang dan tidak terstandarisasi dalam jangka pendek dapat memberikan efek beracun terhadap tanaman. Sementara itu, penggunaan kapur yang berfungsi sebagai unsur pembenah tanah dan menaikkan pH tanah dapat menciptakan lingkungan tumbuh yang baik bagi pertanaman cabai merah keriting. Namun ternyata 224 kombinasi keduanya berdampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara positif, tetapi tidak nyata secara terperinci dapat dilihat pada pada Tabel 37 dan Lampiran 6. Variabel-variabel interaksi antar faktor produksi tersebut kurang penting dalam mempengaruhi inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Terdapat 3 tiga variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting, yaitu : interaksi antara pupuk N dengan TKLK, pupuk P 2 O 5 dengan PPCZPT, serta P 2 O 5 dengan TKLK. Penambahan input-input produksi tersebut secara simultan berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Kombinasi interaksi antara pupuk N dengan TKLK berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Penambahan penggunaan pupuk N berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Penambahan TKLK yang umumnya memiliki keterampilan teknis dalam kegiatan pemupukan secara lebih baik juga berdampak pada penurunan inefisiensi teknis. Interaksi antar keduanya secara simultan berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Kombinasi interaksi antara pupuk P 2 O 5 dengan PPCZPT berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Penambahan penggunaan pupuk P 2 O 5 yang berperanan baik untuk pertumbuhan vegatif maupun generatif berpengaruh menurunkan inefisiensi teknis. 225 Penambahan penggunaan PPCZPT yang berperan sebagai penyedia unsur hara mikro akan menurunkan inefisiensi teknis. Kombinasi interaksi antara pupuk makro P 2 O 5 dengan PPCZPT yang mengandung unsur hara mikro berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Kombinasi interaksi antara pupuk P 2 O 5 dengan TKLK berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Penambahan penggunaan pupuk P 2 O 5 yang berfungsi untuk pertumbuhan vegatif maupun generatif berpengaruh menurunkan inefisiensi teknis. Penambahan TKLK yang umumnya memiliki keterampilan teknis secara lebih baik dalam pemupukan berpengaruh menurunkan inefisiensi teknis. Sehingga interaksi antar keduanya berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis cabai merah keriting dengan menggunakan fungsi produksi translog dapat diformulasikan sebagai berikut: 10 9 10 8 9 8 10 7 9 7 8 7 10 6 9 6 8 6 7 6 10 5 9 5 8 5 7 5 6 5 10 4 9 4 8 4 7 4 6 4 5 4 10 3 9 3 8 3 7 3 6 3 5 3 4 3 10 2 9 2 8 2 7 2 6 2 5 2 4 2 3 2 10 1 9 1 8 1 7 1 6 1 5 1 4 1 3 1 2 1 10 10 9 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 ln ln 0.083 ln ln 0.072 ln ln 0.161 ln ln 0.108 ln ln 0.145 ln ln 0.076 ln ln 0.076 ln ln 0.093 ln ln 0.070 ln ln 0.269 ln ln 0.498 ln ln 0.277 ln ln 0.360 ln ln 0.025 ln ln 0.083 ln ln 0.218 ln ln 0.025 ln ln 0.085 ln ln 0.065 ln ln 0.155 ln ln 0.312 ln ln 0.253 ln ln 0.008 ln ln 0.155 ln ln 0.040 ln ln 0.115 ln ln 0.341 ln ln 0.120 ln ln 0.292 ln ln 0.296 ln ln 0.042 ln ln 0.053 ln ln 0.092 ln ln 0.197 ln ln 0.105 ln ln 0.302 ln ln 0.028 ln ln 0.285 ln ln 0.092 ln ln 0.004 ln ln 0.033 ln ln 0.280 ln ln 0.156 ln ln 0.059 ln ln 0.050 ln ln 0.218 ln ln 0.064 ln ln 0.063 ln ln 0.070 ln ln 0.008 ln ln 0.301 ln ln 0.051 ln ln 0.121 ln ln 0.172 ln ln 0.099 ln 1.108 ln 0.105 ln 1.290 ln 2.627 ln 2.195 ln .364 ln 0.528 ln 0.021 ln 0.915 ln 3.024 32.807 ln ln x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x y i ❩ ❩ ❩ ❬ ❬ ❩ ❩ ❩ ❬ ❩ ❩ ❩ ❩ ❩ ❩ ❩ ❩ ❬ ❩ ❬ ❩ ❬ ❬ ❩ ❩ ❩ ❬ ❬ ❬ ❩ ❬ ❬ ❬ ❬ ❬ ❩ ❬ ❬ ❬ ❬ ❩ ❩ ❬ ❩ ❩ ❩ ❩ ❬ ❩ ❬ ❬ ❩ ❩ ❩ ❬ ❬ ❬ ❬ ❬ ❬ ❬ ❩ ❬ ❬ ❩ ❭ 226 6.3.3. Nilai Estimasi Elastisitas Inefisiensi Teknis terhadap Input pada Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting Koefisien parameter pada fungsi produktivitas translog belum menggambarkan nilai elastisitas inefisiensi teknis dari masing-masing faktor produksi yang digunakan, sehingga perlu dihitung nilai elastisitasnya. Hasil estimasi nilai elastisitas masing-masing input produksi terhadap inefisiensi teknis dengan fungsi produktivitas translog struktur heteroskedastisitas pada usahatani cabai merah besar di Provinsi Jawa Tengah ditunjukkan pada Tabel 38. Beberapa variabel input produksi yang berpengaruh secara positif terhadap inefisiensi teknis cabai merah besar adalah : variabel benih, pupuk N, pupuk P 2 O 5 , pupuk K 2 O, PPCZPT, pupuk organik, pestisidafungisida, serta TKDK dan TKLK masing-masing diperoleh nilai elastisitas sebesar 0.3018, 0.5428, 0.0384, 1.0047, 0.1370, 0.2554, 0.4582, serta 0.0901 dan 0.2783. Artinya peningkatan penggunaan input produksi tersebut masing-masing 1 akan meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar masing-masing sebesar 0.3018 , 0.5428 , 0.0384 , 1.0047 , 0.1370 , 0.2554 , 0.4582 , serta 0.0901 dan 0.2783 . Artinya penambahan masing-masing input produksi tersebut ceteris paribus, akan meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Hal ini diduga disebabkan oleh penggunaan input-input produksi yang tidak tepat baik dari dosis, waktu, serta cara pemberiannya. Untuk kasus benih cabai merah besar, sebagian petani masih menggunakan benih varietas lokal TIT Randu, TIT Segitiga atau hibrida turunan dan kecenderungan penggunaan jarak tanam rapat. Penambahan penggunaan 227 benih varietas lokal yang tidak tersertifikasi serta persaingan antar tanaman dalam penyerapan unsur hara dan penyinaran matahari menyebabkan peningkatan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Penggunaan pupuk N yang bersumber dari pupuk Urea, ZA, PONSKA dan NPK dengan dosis dan kombinasi yang tidak tepat dapat menimbulkan amoniak yang beracun. Penggunaan pupuk P 2 O 5 dengan dosis dan kombinasi yang tidak tepat, sehingga berdampak meningkatkan inefisiensi teknis. Terdapat penggunaan pupuk K 2 O yang bersumber dari KCL, KNO 3 , serta PONSKA dan NPK sudah melebihi kebutuhan tanaman, sehingga penambahan penggunaan pupuk K 2 O berdampak meningkatkan inefisiensi teknis. Penggunaan PPCZPT yang mengandung beberapa unsur hara mikro ternyata meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Hal ini diduga disebabkan teknologi pemberian PPC dan ZPT yang belum dikuasai dengan baik. Di samping itu, secara empiris di lapang input produksi PPC dan ZPT dalam jumlah dan jenis yang sangat beragam sulit dikontrol standar kualitasnya, terutama kandungan unsur haranya. Penggunaan pupuk organik yang berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta penyedia unsur hara makro dan mikro ternyata berdampak meningkatkan inefisiensi teknis. Hal ini disebabkan penggunaan pupuk organik dalam bentuk pupuk kandang yang belum matang dan tidak terstandarisasi dalam jangka pendek dapat menciptakan efek beracun. Penambahan penggunaan TKDK dan TKLK berpengaruh secara positif terhadap inefisiensi teknis. Penambahan TKDK yang melibatkan tenaga kerja 228 anak, serta tidak diikuti dengan peningkatan keterampilan teknis dan kapabilitas manajerialnya dapat berdampak akan meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Secara empiris ditemukan adanya perilaku moral hazard dari tenaga kerja upahan. Apabila diterapkan sistem upah harian terdapat kecenderungan memperlambat pekerjaan dan jika diberlakukan upah borongan cenderung mengabaikan kualitas pekerjaan. Terdapat satu variabel input produksi yang berpengaruh secara negatif terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar, yaitu kapur dengan nilai koefisien elastisitas -0.1538. Artinya penambahan penggunaan kapur sebesar 1 maka akan menurunkan inefisiensi teknis sebesar -0.1538 . Penambahan penggunaan kapur akan memperbaiki kondisi lingkungan tumbuh tanaman dan meningkatkan pH tanah. Di samping itu, menurut informasi dari petani penggunaan kapur dapat menekan pertumbuhan jamur pada tanaman cabai merah besar. Tabel. 38. Nilai Estimasi Elastisitas Inefisiensi Teknis terhadap Input dengan Fungsi Produksi Stokastik Translog, pada Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 No. Jenis input Cabai Merah Besar Cabai Merah Keriting 1 Benihbibit x 1 0.3018 0.0218 2 Pupuk N x 2 0.5428 -0.0801 3 Pupuk P 2 O 5 x 3 0.0384 0.0954 4 Pupuk K 2 O x 54 1.0047 -0.8517 5 PPCZPT x 5 0.1370 1.5172 6 Pupuk Organik x 6 0.2554 0.2889 7 Kapur x 7 -0.1538 -0.6970 8 PestisidaFungisida x 8 0.4582 0.5542 9 TKDK x 9 0.0901 0.9800 10 TKLK x 10 0.2783 0.8296 229 Dengan cara yang sama dilakukan estimasi nilai elastisitas masing-masing input produksi terhadap inefisiensi teknis cabai merah keriting di Provinsi Jawa Tengah. Hasil estimasi nilai elastisitas masing-masing input produksi terhadap inefisiensi teknis dengan fungsi produktivitas translog pendekatan SPF struktur heterokedastisitas pada usahatani cabai merah keriting. Beberapa faktor produksi yang berpengaruh secara positif terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting adalah : penggunaan benih, pupuk P 2 O 5 , PPCZPT, pupuk organik, pestisidafungisida, serta TKDK dan TKLK masing-masing dengan nilai elastisitas sebesar 0.218, 0.0954, 1.5172, 0.2889, 0.5542, serta 0.9800 dan 0.8296. Artinya penambahan penggunaan masing-masing input produksi sebesar 1 akan dapat meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting sebesar 0.218 , 0.0954 , 1.5172 , 0.2889 , 0.5542 , serta 0.9800 dan 0.8296 . Penambahan penggunaan benih yang bersifat meningkatkan inefisiensi teknis cabai merah keriting disebabkan sebagian petani masih menggunakan benih varietas lokal dan ada kecenderungan penanaman dengan jarak tanam rapat. Penambahan penggunaan varietas lokal serta persaingan antar tanaman dalam menyerap unsur hara dari tanah dan penyinaran matahari menyebabkan meningkatkan inefisiensi teknis. Penambahan penggunaan pupuk P 2 O 5 dan PPCZPT yang tidak tepat dosis, cara dan waktu pemberiannya dapat meningkatkan inefisiensi teknis. Penambahan penggunaan pupuk organik dalam bentuk pupuk kandang yang 230 belum matang dan tidak terstandarisasi dalam jangka pendek dapat menciptakan efek beracun, sehingga meningkatkan inefisiensi teknis. Penambahan pestisidafungisida secara tidak tepat dosis, waktu dan cara penyemprotan dapat meningkatkan inefisiensi teknis dalam usahatani cabai merah keriting. Kecenderungan petani menggunakan pestisidafungisida yang langsung mematikan bersifat paten hama dan penyakit tanaman tanpa memperhatikan jenis serangan hama dan penyakitnya dapat menimbulkan resistensi dan surgerensi terhadap hama dan penyakit tertentu. Di samping itu, fenomena terjadinya pengoplosan antar berbagai jenis pestisidafungisida tanpa memperhatikan kandungan bahan aktifnya dapat menimbulkan reaksi yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Penambahan TKDK dan TKLK ternyata berdampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting. Hal ini disebabkan penambahan TKDK yang melibatkan tenaga kerja anak dan kurang disertai dengan keterampilan teknis dalam usahatani cabai merah keriting dapat meningkatkan inefisiensi teknis. Sementara itu, penambahan TKLK yang secara umum memiliki keterampilan teknis lebih baik dibandingkan TKDK, namun berdampak meningkatkan inefisiensi teknis. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan perilaku moral hazard dari TKLK, dengan cara bekerja santai untuk sistem upah harian dan mengejar pekerjaan cepat selesai untuk sistem upah borongan. Sementara itu, input produksi yang berpengaruh secara negatif terhadap terhadap inefisiensi teknis usahatani cabai merah keriting adalah : penggunaan pupuk N, pupuk K 2 O, dan kapur masing-masing dengan nilai elastisitas sebesar - 231 0.0801, -0.8517, dan -0.6970. Artinya peningkatan penggunaan pupuk N, pupuk K 2 O, dan kapur sebesar 1 akan berdampak pada menurunkan inefisiensi teknis -0.0801 , -0.8517 , dan -0.6970 . Penambahan penggunaan pupuk N bersumber dari pupuk Urea, ZA, PONSKA dan NPK dan pupuk K 2 O bersumber KCL, KNO 3 , serta PONSKA dan NPK berdampak meningkatkan efisiensi teknis atau menurunkan inefisiensi teknis pada usahatani cabai merah keriting.

6.4. Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Inefisiensi Teknis Cabai Merah