61
2.7. Studi Risiko pada Usaha Pertanian
Just dan Pope 1979 telah mengkritisi fungsi produksi tradisional yang memiliki keterbatasan dalam melihat pengaruh perubahan penggunaan input
terhadap produk rata-rata dan variabilitas output. Berdasarkan restriksi ini Just dan Pope membuat model dari fungsi produksi yang terdiri dari 2 dua komponen
yaitu komponen pertama menjelaskan dampak input terhadap output yang diharapkan dan yang kedua menjelaskan dampak input terhadap variabilitas
output. Dengan menggunakan data panel mereka menunjukkan bahwa pupuk nitrogen memiliki dampak meningkatkan variabilitas produktivitas artinya bahwa
pemberian pupuk ini dapat meningkatkan risiko produksi inducing risk. Beberapa kajian empiris menunjukkan petani pada umumnya berperilaku
menghindari risiko produksi risk averse, seperti yang diungkapkan oleh Binswanger 1980 serta Dillon dan Scandizzo 1978 pada kasus pertanian
tradisional, juga pada kasus usahatani padi di Jawa Barat Hutabarat, 1987. Perilaku tersebut mengindikasikan bahwa petani lebih menyukai perencanaan
usahatani yang dapat memberikan rasa aman walaupun harus mengorbankan sebagian pendapatannya. Perilaku petani tersebut sangat penting terutama
implikasinya terhadap usaha peningkatan efisiensi usahatani cabai merah. Hartoyo et al., 2004 menggunakan metode fungsi utilitas kuadratik untuk
menganalisis risiko harga output pada usahatani padi di Cisarua dan Kemang, Bogor, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani padi di Cisarua
memiliki kecenderungan bersifat penghindar risiko dalam harga output, sedangkan di Kemang petani bersifat netral terhadap risiko dalam harga output,
62 karena sebagian besar produksi padi untuk kasus di Kemang digunakan untuk
konsumsi rumahtangga sendiri. Penelitian tentang perilaku petani padi dalam menghadapi risiko produksi
di daerah Jawa Barat telah dilakukan oleh Hutabarat 1987. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi dampak penggunaan masukan terhadap
risiko produksi. Dengan menggunakan model Just dan Pope di peroleh hasil temuan bahwa luas areal lahan, benih, pupuk nitrogen dan pospat bersifat sebagai
meningkatkan risiko produksi risk inducing, sedangkan tenaga kerja manusia bersifat menurunkan risiko produksi risk reducing.
Syafaat 1990 melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis relatif dan sikap petani dalam menghadapi risiko
produksi pada usahatani padi di sawah beririgasi teknis di WKPP Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian Manyeti, Kabupaten Subang dengan pendekatan maksimasi
kepuasan harapan expected utiliy maximation. Hasil penelitian menyimpulkan petani yang sumber pendapatannya berasal dari pertanian dan dari luar pertanian
bersikap sebagai berani mengambil risiko produksi risk taker dalam penggunaan pupuk, sedangkan petani yang sumber pendapatannya hanya bersumber dari
pertanian saja bersikap penghindar risiko produksi risk averser. Purwoto 1993 melakukan penelitian tentang sikap petani terhadap risiko
produksi padi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Desa Boloh, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah dengan pendekatan model
linier regresi berganda koefisien keengganan petani dalam menghadapi risiko produksi. Hasil penelitian menyimpulkan secara umum petani bersikap
63 menghindari risiko produksi. Faktor sosial-ekonomi yang berpengaruh nyata
terhadap sikap tersebut adalah sempitnya lahan dan tersebarnya lahan garapan. Petani dengan sikap menghindari risiko produksi cenderung membudidayakan
varietas padi yang telah lama dikenal dan memiliki ketidakstabilan produksi relatif rendah. Sementara itu, petani dengan sikap berani mengambil risiko
cenderung menggunakan varietas padi baru, meskipun memiliki ketidakstabilan produksi yang tinggi.
Model Just dan Pope 1979 juga telah digunakan oleh Eggert dan Tveteras 2004 untuk menganalisis pilihan risiko produksi pada penggunaan
Gear oleh Nelayan Komersial di Swedia. Fungsi penerimaan stokastik diestimasi dan digunakan untuk memprediksi rata-rata dan standar deviasi dari penerimaan
untuk setiap perjalanan trip
melaut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
nelayan bersifat menghindari risiko produksi risk averter, hal ini bisa dilihat dari respon nelayan terhadap rata-rata nilai output yang dihasilkan setelah sandar
bersifat positif ataukah bersifat negatif terhadap variabilitasnya. Kumbhakar 2002 telah mengembangkan Model Just dan Pope dengan
menggunakan model frontier stokastik dengan struktur error yang bersifat heterokestisitas.
Kumbakhar mencoba
mengembangkan model
dengan mengaitkan antara risiko produksi, pilihan terhadap risiko produksi dan inefisiensi
teknis. Penelitiannya menggunakan data cross section dari budidaya Salmon di Norwegia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar nelayan
bersifat penghindar risiko produksi. Pakan ikan memiliki potensi untuk
64 meningkatkan risiko produksi, sedangkan tenaga kerja manusia dapat menurunkan
risiko produksi. Model yang dibuat oleh Kumbhakar telah digunakan oleh Bokusheva dan
Hockmann 2005. Studi ini melihat dampak risiko produksi dan inefisiensi teknis dari produsen pertanian di Rusia. Hasil yang didapat dari analisis terhadap data
panel sebanyak 443 menunjukkan bahwa inefisiensi teknis menjadi penyebab variabilitas produksi pertanian di Rusia. Selanjutnya risiko produksi juga
memberikan kontribusi terhadap ketidakstabilan output pertanian Rusia. Hampir di semua usahatani pada semua lokasi Krasnodar, Oroel, dan Samara
menunjukkan bahwa variabilitas output dapat dijelaskan oleh risiko produksi. Sehingga dengan mengabaikan risiko bisa menyebabkan estimasi efisiensi teknis
menjadi bias. Selanjutnya, analisis menunjukkan bahwa respon usahatani terhadap risiko produksi sangat lemah.
Sebagian besar faktor-faktor produksi meningkatkan ketidakstabilan produksi.
Ini berimplikasi bahwa pemberian masukan yang tidak disesuaikan dengan kondisi produksi akan meningkatkan
risiko usahatani. Penelitian tentang risiko produksi, preferensi terhadap risiko dan efisiensi
teknis pada usahatani padi pada lahan sawah tadah hujan dataran rendah di Pilipina telah dilakukan oleh Villano et al., 2005; serta Villano dan Fleming,
2006. Mereka menggunakan model fungsi produksi frontier stokastik dengan menambahkan struktur error yang heteroskedastik yang telah dibangun oleh
Kumbhakar 2002. Dengan menggunakan data panel selama 8 tahun dari 46 petani padi, disimpulkan bahwa rata-rata efisiensi teknis produksi sebesar 0,88
65 atau 88 pada kajian pertama dan 0,79 atau 79 pada kajian yang ke dua.
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat variabilitas yang cukup tinggi dalam estimasi efisiensi teknis dan dapat diartikan bahwa kondisi usahatani padi di
dataran rendah dan pada saat musim hujan tidak stabil, di mana petani adalah berperilaku menghidari risiko produksi. Dikemukakan bahwa luas lahan, tenaga
kerja dan jumlah pupuk yang digunakan bersifat meningkatkan risiko produksi, sementara herbisida yang digunakan memiliki kemampuan untuk menurunkan
risiko. Hasil kajian Fauziyah 2010 memberikan beberapa kesimpulan pokok
sebagai berikut : 1 perilaku risiko produksi petani tembakau pegunungan yang menggunakan sistem kemitraan tergolong sebagai petani yang berani mengambil
risiko produksi risk taker; 2 Sedangkan pada petani tembakau pegunungan dengan sistem swadaya, petani tembakau tegal dengan sistem kemitraan, petani
tembakau sawah dengan sistem kemitraan dan swadaya, semuanya berperilaku menghindari risiko produksi risk averse; dan 3 Sementara itu, petani tembakau
tegal sistem swadaya bersikap netral terhadap risiko produksi risk neutral; serta 4 Semakin berani mengambil risiko produksi maka semakin besar alokasi
penggunaan input dan semakin tinggi produktivitas yang dicapainya.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Sumber-Sumber Risiko
Petani dalam menjalankan usahanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dikontrol internal maupun faktor-faktor di luar kontrol petani eksternal,
menyebabkan petani dihadapkan pada risiko atau ketidak pastian usaha. Sebagai akibat dari struktur pertanian yang ada di negara-negara berkembang, risiko
usahatani lebih banyak terkonsentrasi di pihak individu petani kecil Barry, 1984. Secara empiris petani secara individu sulit melakukan konsolidasi kelembagaan
dan aksi kolektif dalam pemasaran hasil menempatkan petani sebagai penerima harga price taker. Kombinasi dari berbagai faktor yang mengandung risiko
produksi dan ketidakpastian ini menempatkan petani pada posisi sulit untuk memperbaiki tingkat efisiensi dan kesejahteraannya Zavaleta et al., 1984.
Beberapa sumber risiko yang sering dihadapi oleh petani adalah risiko produksi, risiko harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan dan risiko finansial
Ellis, 1988; Harwood et al., 1999; Moschini dan Henneesy, 1999; Fariyanti, 2008.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Sonka dan Patrick 1984 mengemukakan paling tidak terdapat lima sumber utama risiko usaha di sektor
pertanian, yaitu : 1 Risiko produksi atau teknis, 2 Risiko pasar atau harga, 3 Risiko tekologi, 4 Risiko legal atau sosial, dan 5 Risiko karena kesalahan
manusia. Dari beberapa sumber risiko tersebut, ternyata risiko yang paling utama dihadapi rumah tangga petani adalah risiko produksi dan risiko harga Patrick et
al., 1985; Wik et al., 1998; serta Fariyanti, 2008. Jenis risiko produksi adalah