Kondisi Habitat Terumbu Karang
28
Persen tutupan karang di Perairan Pulau Semak Daun yang masuk dalam kategori kondisi sedang terletak pada sebelah Barat Semak Daun sebesar 41.63
, Utara Semak daun sebesar 29.67 , selatan Pulau Semak Daun 30.83 . Meskipun memiliki kondisi persen penutupan yang sama yaitu sedang namun
berdasarkan nilai kuantitatif, umumnya nilai persen penutupan lebih tinggi pada stasiun yang letaknya berjauhan dari pusat pulau-pulau pemukiman Pulau
Panggang dan Pulau Pramuka. Tabel 3.4 dibawah ini menunjukkan persen tutupan karang per stasiun pengamatan di Perairan Pulau Semak Daun.
Tabel 3.4 Persen Tutupan Karang per stasiun pengamatan di Pulau Semak Daun Stasiun
Rata-rata Kondisi
Stasiun I Stasiun II
Stasiun III Stasiun IV
41,63 29,67
77,66 30,83
Sedang Sedang
Sangat baik Sedang
Jumlah 44,95
Sedang Kondisi tersebut jika dibandingkan dengan hasil penelitian-penelitian
terdahulu, menunjukkan terjadinya peningkatan persentase karang keras pada sumberdaya terumbu karang Tabel 3.5. Kenaikan persentase penutupan karang
diharapkan tetap bertahan lebih stabil sehingga dapat menyokong kehidupan biota terumbu karang lainnya dan terumbu karang yang baik juga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui perikanan, pariwisata, dan lain-lain.
Tabel 3.5 Perbandingan Kondisi Terumbu karang di Pulau Semak Daun pada saat penelitian dengan Tahun-tahun sebelumnya
Sumber Informasi Tahun
Tutupan Karang Yayasan Terangi
2003-2007 31,73
– 34,02 Purwita
2010 43,69
Hasil Penelitian 2013
44,95 Sumber : Olahan data primer 2013
Sifat penyebaran terumbu karang di Kepulauan Seribu termasuk di Pulau Semak Daun mengikuti perilaku dari parameter lingkungan seperti arus dan
gelombang. Arus yang ekstrim dapat merubah bentuk pertumbuhan koloni karang, namun kecepatan arus di perairan Kepulauan Seribu sangat kecil sehingga tidak
berpotensi merubah bentuk pertumbuhan karang dan aman bagi wisatawan untuk menyelam atau snorkeling. Menurut Tomascik et al. 1997 mengatakan bahwa
parameter fisik lingkungan yang lebih banyak mempengaruhi terumbu karang di Kepulauan Seribu adalah pengaruh gelombang. Habitat terumbu karang yang
berhadapan langsung dengan ombak cenderung memiliki bentuk pertumbuhan yang masif kompak dan sub-masif, bentuk-bentuk yang bercabang tidak dapat
bertahan pada area ini. Berbeda dengan habitat yang letaknya terlindung dari
29
gelombang, cenderung hidup dan berkembang bentuk koloni karang yang bercabang. Posisi pulau disebelah timur umumnya berhadapan langsung dengan
laut lepas dan pada musim tersebut, terpaan ombak cukup besar. Pada kondisi tersebut wisatawan juga menghindari situasi tersebut dengan alasan keamanan.
Ekosistem terumbu karang sebagai habitat umumnya mengalami perubahan yang tidak signifikan pada rentang waktu yang pendek, kecuali pada
musim-musim tertentu dimana terjadi fenomena alam yang dashyat ataupun terjadi pemanfaatan secara besar-besaran. diduga cukup kuat bahwa sebaran dan
keberadaan terumbu karang di Kepulauan Seribu umumnya dipengaruhi oleh aktivitas manusia dibandingkan perilaku paramater lingkungan.
Kerusakan terumbu karang di kawasan ini disebabkan oleh dua hal yaitu proses secara alami dan adanya kegiatan manusia. Perilaku masyarakat dalam
upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi menjadi penyebab utama kerusakan terumbu karang di perairan Pulau Semak Daun. Pengaruh yang sangat besar
adalah dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas masyarakat di sekitar pulau yang melakukan kegiatan perikanan antara lain pelemparan jangkar kapal oleh nelayan
yang tidak tepat sasaran sehingga mengenai dan merusak terumbu karang, penangkapan ikan dengan bahan peledak dan bahan beracun sehingga karang
menjadi patah hingga mati, hal ini dibuktikan dengan banyak ditemukannya patahan karang hampir di setiap stasiun pengamatan. Aktivitas lainnya yaitu
adanya organic impact dari sisa pakan pembudidayaan ikan dengan menggunakan keramba jaring apungKJA.
Kerusakan yang disebabkan dari proses alami adalah adanya blooming predator bintang laut dan mahkota duri yang mengakibatkan terjadi predasi dan
kompetisi oleh beberapa hewan pemakan polip karang sehingga membuat lemahnya di dalam polip karang, dan juga dikarenakan akibat berbagai macam
makanan yang menyebabkan degenerasi atau hilangnya zooxanthellae pewarna
dari jaringan karang terjadi “pemutihan” menjadi pudar atau berwarna putih salju. Keadaan pemutihan yang terlalu lama, lebih dari 10 minggu pada akhirnya
dapat menyebabkan kematian polip karang.
Berdasarkan dari hasil pemantauan di stasiun pengamatan, karang yang mengalami patahan dan pemutihan kebanyakan dari jenis Acropora Branching
ACB. Dari struktur dan bentuknya Acropora Branching ACB memiliki cabang yang lebih panjang dari pada ketebalan atau diameter yang dimilikinya sehingga
kemungkinan menjadi sangat rentan terhadap kerusakan.
Kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Semak Daun, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
penelitian ini yaitu bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2014 dikategorikan dalam kondisi sedang. Adapun persentase tutupan karang di setiap stasiun
pengamatan tersaji pada gambar 3.1.
30
Gambar 3.1. Peta persentase tutupan karang per stasiun pengamatan Berdasarkan data sekunder penelitian Siregar et al, 2010 menggunakan
citra satelit Quikbird dan pengamatan dilapangan. Menggambarkan kondisi terumbu karang perairan Pulau Semak Daun adalah 4 kondisi sangat baik, 42
kondisi baik, 14 kondisi sedang, 34 kondisi buruk dan 6 kondisi sangat buruk. Kondisi terumbu karang Pulau Semak Daun dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Peta Kondisi Terumbu Karang Pulau Semak Daun
31
Gambar 3.3. Komposisi Kelas kondisi terumbu karang Pulau Semak Daun Sumber : Siregar et al, 2010