23
3.2 Kondisi Perairan Pulau Semak Daun
3.2.1
Kualitas air Pulau Semak Daun
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan di lima stasiun pengamatan yang telah ditentukan. Secara umum menunjukkan hasil yang cukup bervariasi
namun masih mendukung bagi kehidupan biota laut dan untuk kegiatan wisata bahari. Pengambilan contoh air dilakukan diatas permukaan laut. Hasil
pengukuran parameter kualitas air perairan Pulau Semak Daun yang telah dilakukan disajikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil rata-rata pengukuran kualitas air laut di lima stasiun pengamatan di perairan Pulau Semak Daun.
Parameter St 1
SD St 2
SD St 3
SD St 4
SD St 5
SD Suhu °C
Salinitas ‰ Kecerahan m
Kekeruhan NTU Arus mdt
pH DO
BOD5 29,5
30,6 9,40
0,45 0,16
8,01 6,73
1,20 0,87
0,75 0,66
0,05 0,03
0,07 0,55
0,04 29,8
31,2 5,60
0,40 0,15
8,11 6,50
1,10 1,06
0,36 0,36
0,02 0,02
0,05 0,70
0,04 29,7
31,2 8,20
0,57 0,45
8,04 6,83
1,35 0,82
0,56 0,26
0,06 0,04
0,02 0,42
0,05 30,2
31,6 6,60
0,87 0,38
8,00 6,23
0,87 1,01
0,44 0,75
0,03 0,01
0,03 0,47
0,03 29,7
32,2 7,40
0,37 0,09
8,02 6,33
0,37 0,78
0.80 0,44
0,04 0,02
0,04 0,21
0,03
Sumber : Olahan data primer, 2013 Keterangan : “SD” standar deviasi, n = 3
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi organisme dalam melakukan aktivitas metabolisme, perkembangbiakan serta
proses-proses fisiologi organisme karena suhu dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Kisaran suhu di perairan ini pada saat pengukuran
masih mendukung kelangsungan hidup organisme di ekosistem terumbu karang dengan suhu 26°C
– 29.5°C Nybakken 1988. Beberapa spesies karang dapat bertahan terhadap suhu 14 °C suhu
optimum pertumbuhan karang adalah 25 °C – 30 °C. Pada suhu tersebut mampu
mentolelir pertumbuhan terumbu karang. Di perairan Pulau Semak Daun pengukuran kisaran suhu di semua stasiun pengamatan dilakukan diatas
permukaan air laut. Suhu di lokasi penelitian pada saat pengukuran berkisar antara 29°C
– 30°C. Nilai rata-rata suhu terendah pada stasiun I sebesar 29.5°C dan tertinggi pada stasiun IV sebesar 30.2°C.
Hasil pengukuran salinitas pada lokasi penelitian menunjukkan nilai yang relatif homogen dengan kisaran n
ilai antara 30‰ – 33‰ dengan nilai salinitas terendah terdapat di stasiun I. Perbedaan nilai salinitas antar stasiun pengamatan
sangat kecil, hal ini diduga karena tidak adanya masukan air tawar dari daratan yang dapat menurunkan nilai salinitas akibat pengenceran. Nilai salinitas di lokasi
penelitian masih dalam kategori normal untuk kehidupan biota laut, hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi 2003 bahwa nilai salinitas perairan laut berkisar
24
antara 30‰- 40‰ sedangkan menurut Nybakken 1988 salinitas perairan dimana karang dapat hidup adalah pada kisaran 27-
40 ‰ dengan kisaran optimum untuk pertumbuhan karang adalah 34-
36‰. Cahaya diperlukan untuk fotosintesis alga simbiotik zooxanthella yang
produknya kemudian disumbang ke hewan karang yang menjadi inangnya. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan kemudian mengurangi
kemampuan karang untuk membentuk kerangka Nybakken 1988. Oleh karena itu distribusi vertikal terumbu karang dibatasi oleh kedalaman efektif sinar
matahari yang masuk ke kolom air.
Kecerahan dan kekeruhan merupakan parameter yang saling berkaitan. Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi akan meningkatkan kekeruhan
perairan, sebaliknya akan mengurangi kecerahan perairan. Parameter-parameter tersebut merupakan indikasi tingkat produktivitas perairan sehubungan dengan
proses respirasi biota perairan dan kualitas perairan. Kecerahan menggambarkan kemampuan cahaya menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Kecerahan
sangat penting bagi perairan karena berpengaruh terhadap berlangsungannya produktivitas primer melalui fotosintesis fitoplankton.
Nilai kekeruhan yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 0,37 sampai dengan 0,87 NTU, nilai terendah terdapat di stasiun V dan nilai tertinggi
terdapat di stasiun IV. Tingginya kekeruhan di stasiun IV diduga karena daerah tersebut merupakan kawasan KJA yang memungkinkan sisa dari pakan maupun
feses akan masuk ke perairan. Dan dasar perairan bersubstrat pasir, serta kecepatan arus yang lambat, sehingga kondisi seperti ini bisa memicu tingginya
kekeruhan pada stasiun tersebut. Secara umum nilai kekeruhan untuk semua stasiun pengamatan berada dalam kondisi normal dan nilai tersebut sesuai baku
mutu air laut untuk biota laut yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara LH RI No. 51 Tahun 2004 yaitu 5 NTU. Hal tersebut dimungkinkan
sedikitnya partikel terlarut pada perairan tersebut sehingga sangat baik untuk mendukung kehidupan biota.
Kecepatan arus pada setiap stasiun umumnya relatif bervariasi dengan kisaran 0,080 ms
– 0,50 ms. Kecepatan arus didalam kawasan perairan karang dalam dan goba stasiun IV berbeda dengan karang luar atau di daerah tubir.
Arus dan gelombang di luar kawasan karang dalam setelah melewati karang penghalang barrier reef akan berubah sama sekali. Arus dan gelombang akan
berubah dengan cepat menjadi arus dan gelombang laminer tenang dan lambat dengan kecepatan arus berkisar antara 0.08 mdt sampai dengan 0.10 mdt.
Kecepatan arus relatif kuat di temui di tepi timur perairan Pulau Semak Daun stasiun III, dengan arah aliran menuju barat laut dengan kecepatan
berkisar 0.38 mdt – 0.50 mdt. Arus relatif kuat juga di temui di tepi selatan
perairan pulau Semak Daun stasiun V diduga karena merupakan daerah selat sempit antara pulau Semak Daun dengan pulau Karya sehingga arus relatif kuat
dengan kecepatan berkisar 0.30 mdt – 0.48 mdt. Untuk daerah tepi sebelah barat
dan timur perairan pulau Semak Daun kecepatan arus relatif hampir sama berkisar antara 0.10 mdt
– 0.18 mdt. Adanya arus ini diperlukan untuk tersedianya aliran air yang membawa makanan dan oksigen bagi biota karang serta menghindarkan
karang dari pengaruh sedimentasi.