51
Lampiran 2. Karakterisasi komposisi kimia dan mutu pati ganyong 1.
Kadar Air SNI 01-6057-1999
Cawan alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2  g  sampel  lalu  ditimbang  W1  kemudian  dimasukkan  ke  dalam  oven  suhu
105°C  selama  1-2  jam.  Cawan  alumunium  dan  sampel  yang  telah  dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator kemudian ditimbang. Ulangi pemanasan sampel
sampai  dicapai  bobot  konstan  W2.  Sisa  contoh  dihitung  sebagai  total  padatan
dan air yang hilang sebagai kadar air.
Kadar Air  = W1-W2  x 100 W1
2. Kadar Abu SNI 01-6057-1999
Sebanyak  2  g  contoh  ditimbang  dalam  cawan  porselin  yang  telah  diketahui bobotnya  A,  kemudian  diarangkan  dengan  menggunakan  pemanas  Bunsen
hingga  tidak  mengeluarkan  asap  lagi.  Cawan  porselin  berisi  contoh  B  yang sudah diarangkan kemudian dimasukkan ke dalam tanur bersuhu 600
°
C selama 2 jam  untuk  mengubah  arang  menjadi  abu  C.  Cawan  porselin  berisi  abu
didinginkan dalam eksikator dan ditimbang hingga mencapai bobot tetap. Kadar Abu  =  C-A   x 100
B
3. Kadar Serat Kasar SNI 01-6057-1999
Sebanyak  2  g  contoh  dimasukkan  ke  dalam  erlenmeyer  500  ml  dan  ditambahkan 100 ml H
2
SO
4
0,325 N. Kemudian dihidrolisis dalam otoklaf selama 15 menit pada suhu  105
C  dan  didinginkan  serta  ditambahkan  NaOH  1,25  N  sebanyak  50  ml. Kemudian  dilakukan  hidrolisis  kembali  dalam  otoklaf  selama  15  menit.  Contoh
disaring  dengan  kertas  saring  yang  telah  dikeringkan  dan  diketahui  bobotnya. Kertas saring tersebut dicuci berturut-turut dengan air panas, 25 ml H
2
SO
4
0,325 N lalu  dengan  air  panas  dan  terakhir  menggunakan  asetonalkohol  25  ml.  Kertas
saring  tersebut  dikeringkan  dalam  oven  bersuhu  105 C  selama  1  jam  dan
dilanjutkan sampai bobotnya tetap. Kadar serat ditentukan dengan rumus : Kadar serat kasar  = a
– b   x 100 c
Dimana : a = bobot residu serat dalam kertas saring g
b = bobot kertas saring kering g c = bobot bahan awal g
52
4. Kadar Protein AOAC, 1995
Sebanyak 1 g sampel dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl, 1 g katalis CuSO
4
dan Na
2
SO
4
dengan  perbandingan  1:1,2  lalu  ditambahkan  2,5  ml  H
2
SO
4
pekat,  dan beberapa butir batu didih. Lalu didestruksi hingga menghasilkan larutan jernih dan
kemudian  didinginkan.  Larutan  hasil  destruksi  dipindahkan  ke  alat  destilasi  dan ditambahkan 15 ml NaOH 50 . Labu erlenmeyer yang berisi  25 ml asam borat
0,02 N dan tetes  indikator mengsel campuran metil merah 0,02 dalam alkohol dan metil biru 0,02 dalam alkohol 2:1 diletakkan di bawah kondensor. Ujung
tabung kondensor dibilas dengan akuades ditampung dalam erlenmeyer. Larutan yang  berada  dalam  erlenmeyer  dititrasi  dengan  H
2
SO
4
0,02  N  hingga  diperoleh perubahan  warna  dari  hijau  menjadi  ungu.  Setelah  itu  dilakukan  pula  penetapan
blanko.
Kadar protein kasar =  b-a x N x 0,014 x 6,25 x 100 W
Keterangan :   a = ml H
2
SO
4
untuk titrasi blanko b = ml H
2
SO
4
untuk titrasi contoh N = normalitas H
2
SO
4
W = bobot contoh g
5. Kadar Lemak AOAC, 1995