52
4. Kadar Protein AOAC, 1995
Sebanyak 1 g sampel dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl, 1 g katalis CuSO
4
dan Na
2
SO
4
dengan perbandingan 1:1,2 lalu ditambahkan 2,5 ml H
2
SO
4
pekat, dan beberapa butir batu didih. Lalu didestruksi hingga menghasilkan larutan jernih dan
kemudian didinginkan. Larutan hasil destruksi dipindahkan ke alat destilasi dan ditambahkan 15 ml NaOH 50 . Labu erlenmeyer yang berisi 25 ml asam borat
0,02 N dan tetes indikator mengsel campuran metil merah 0,02 dalam alkohol dan metil biru 0,02 dalam alkohol 2:1 diletakkan di bawah kondensor. Ujung
tabung kondensor dibilas dengan akuades ditampung dalam erlenmeyer. Larutan yang berada dalam erlenmeyer dititrasi dengan H
2
SO
4
0,02 N hingga diperoleh perubahan warna dari hijau menjadi ungu. Setelah itu dilakukan pula penetapan
blanko.
Kadar protein kasar = b-a x N x 0,014 x 6,25 x 100 W
Keterangan : a = ml H
2
SO
4
untuk titrasi blanko b = ml H
2
SO
4
untuk titrasi contoh N = normalitas H
2
SO
4
W = bobot contoh g
5. Kadar Lemak AOAC, 1995
Sebanyak 2 g contoh bebas air diekstraksi dengan pelarut organik heksan dalam alat Soxhlet selama 6 jam. Contoh hasil ekstraksi diuapkan dengan cara diangin-
anginkan dalam oven bersuhu 105 C. Contoh didinginkan dalam desikator dan
ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Kadar lemak = bobot lemak x 100
bobot contoh
6. Kadar Karbohidrat by difference
Kadar karbohidrat by difference = 100 - P+KA+A+L+S Keterangan :
P = Kadar Protein KA = Kadar Air
A = Kadar Abu L = Kadar Lemak
S = Kadar Serat kasar
53
7. Kadar Pati Metode Somogy Nelson di dalam Apriyantono et al. 1989
Sampel ditimbang sebanyak 0,1 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan etanol 80 sebanyak 15 ml dan dipanaskan dalam
penangas air pada suhu 80 –85
C selama 30 menit. Setelah itu didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Cairan dibuang. Endapan yang telah kering
ditambahkan aquades sebanyak 2 ml dan dipanaskan selama 3 menit. Kemudian ditambahkan HClO
4
2 ml dan dipanaskan selama 15 menit. Cairan ditampung pada labu ukur 100 ml dan ditepatkan volumenya hingga 100 ml.
Larutan dipipet sebanyak 2 ml ke dalam tabung reaksi 50 ml, ditambahkan pereaksi Cu 2 ml dan panaskan dalam penangas air selama 20 menit, kemudian
dinginkan warna menjadi merah bata. Tambahkan pereaksi Nelson 2 ml warna menjadi biru tua, setelah itu ditepatkan hingga volume 50 ml dengan aquades.
Kemudian ukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. Kurva standar dibuat dari glukosa 250 ppm 50, 100, 150, 200, 250 ppm.
8. Kadar Amilosa Metode IRRI, 1971 di dalam Apriyantono et al., 1989
Sebanyak 40 mg amilosa murni dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 ml etanol 95 dan 9 ml NaOH 1 N. Larutan dipanaskan dalam air
mendidih selama kurang lebih 10 menit sampai semua bahan membentuk gel. Setelah itu didinginkan dan dipindahkan seluruh campuran ke dalam labu takar
100 ml. Ke dalam masing-masing labu takar tersebut ditambahkan asam asetat 1 N masing-masing 0,2, 0,4, 0,6, 0,8 dan 1 ml, lalu ditambahkan 2 ml larutan Iod
0,2 g iod dan 2 g KI dilarutkan dalam 100 ml air. Larutan dibiarkan selama 20 menit. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 620 nm. Sebanyak 100 mg sampel dalam bentuk pati sampel sebagian besar terdiri dari
pati, jika banyak mengandung komponen lainnya, ekstrak dulu patinya baru dianalisa kadar amilosanya dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian
tambahkan 1 ml etanol 95 dan 9 ml NaOH 1 N dan dipanaskan dalam air mendidih selama kurang lebih 10 menit sampai terbentuk gel. Seluruh gel
dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml, kocok tepatkan sampai tanda tera.
54 Kemudian ditambahkan 1 ml asam asetat 1 N dan 2 ml larutan Iod tera dengan air,
kocok dan didiamkan selama 20 menit. Ukur dengan spektrofotometer 620 nm.
9. Kadar Amilopektin