8 Tabel 4. PER Beberapa Jenis
Kacang-Kacangan
Jenis Kacang PER
Kacang hijau Kedelai
Kacang tunggak Kacang tanah
Chick peas 2.12
2.32 1.41
1.65 1.68
Sumber: Engel 1977 Kacang hijau dapat dimanfaatkan sebagai bahan  makanan campuran.
Dalam hal ini kacang hijau yang banyak mengandung lisin digunakan sebagai pelengkap bahan makanan yang kekurangan asam amino lisin, misalnya beras
Payumo,  1978.  Kacang  hijau  sudah  sering  diolah  menjadi  berbagai  jenis pangan  seperti  bubur  kacang  hijau,  makanan  bayi,  kue,  tahu,  dan  minuman
kacang hijau.
C. Tepung Beras
Penggilingan  butir  beras  ke  dalam  bentuk  tepung  dapat  dilakukan dengan  dua  cara,  yaitu  cara  kering  dan  cara  basah.  Kedua  cara  ini  pada
prinsipnya berusaha memisahkan lembaga dari bagian tepung Hubeis, 1984. Tepung beras diklasifikasikan menjadi empat berdasarkan ukuran partikelnya,
yaitu butir halus  10 mesh, tepung kasar atau bubuk  40  mesh, tepung agak halus 65-80 mesh, dan tepung halus   100 mesh Hubeis, 1984.
Tepung  beras  dapat  dihasilkan  dari  beras  patah  maupun  menir,  baik dari  beras  pratanak  maupun  beras  biasa.  Demikian  pula  dapat  digunakan
beras  berbutir  panjang,  sedang,  maupun  pendek.  Tepung  beras  yang  dibuat dari beras patah mempunyai komposisi kimia yang sama dengan tepung beras
yang dibuat dari beras utuh, tetapi antar varietas terdapat perbedaan terutama dalam kandungan protein, lemak, pati, dan rasio amilosa dengan amilopektin.
Perbedaan  komposisi  kimia  beras  turut  menentukan  keragaman  sifat fisikokimia  tepung  beras,  seperti  sifat  visikometrik,  suhu  gelatinisasi,
penyerapan  air,  dan  sifat-sifat  lainnya  Luh  dan  Liu,  1980.  Penggilingan beras  menjadi  bentuk  tepung  dapat  meningkatkan  daya  gunanya  sebagai
penyedia  kebutuhan  kalori  dan  protein  bagi  manusia,  serta  bahan  baku
9 industri  pangan,  meskipun  kandungan  zat  gizinya  menjadi  lebih  rendah,
seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Kimia Beras per 100 gram Komposisi
Beras Tumbuk
Giling Tepung
Kalori kkal 359
360 364
Protein g 7.5
6.8 7.0
Lemak g 0.9
0.7 0.5
Karbohidrat g 77.6
78.9 80.0
Kalsium mg 16
6 5
Fosfor mg 163
160 140
Besi mg 0.3
0.8 0.8
Vitamin A SI Vitamin B mg
0.21 0.12
0.12 Vitamin C mg
Air 13.0
13.0 12.0
Sumber: Hubeis 1984 Beras  beramilosa  rendah  9-20  cocok  untuk  pembuatan  makanan
bayi,  makanan  sarapan,  dan  makanan  selingan,  karena  sifat  gelnya  yang lunak.  Pembuatan  roti  dari  tepung  beras  atau  campuran  tepung  beras:terigu
30:70  menggunakan  beras  dengan  kadar  amilosa  rendah,  suhu  gelatinisasi rendah,  dan  viskositas  gel  yang  rendah  akan  menghasilkan  roti  yang  baik
Siwi dan Damardjati, 1986. Beras  yang  mengandung  kadar  amilosa  sedang  sampai  tinggi  20-
27 dapat  digunakan  sebagai  bahan  baku  pembuatan  beras pratanak  dalam kaleng  dan  sup  nasi  dalam  kaleng.  Beras  beramilosa  tinggi  juga  dapat
digunakan  sebagai  bahan  baku  dalam  pembuatan  bihun.  Beras  jenis  ini mempunyai stabilitas dan daya tahan untuk tetap utuh dalam pemanasan yang
tinggi, serta mempunyai sifat retrogradasi yang kuat, sehingga setelah dingin pasta yang terbentuk menjadi kuat, tidak mudah hancur, atau remuk Siwi dan
Damardjati, 1986. Ukuran  partikel  tepung  beras  juga  berpengaruh  terhadap  sifat-sifat
fungsionalnya.  Tepung  yang  mempunyai  ukuran  lebih  halus  mempunyai penyerapan air yang lebih tinggi. Kerusakan pati pada tepung yang berukuran
kasar  lebih  rendah  daripada  tepung  halus.  Tepung  jenis  ini  lebih  banyak
10 digunakan  untuk  pembuatan  roti  yang  menggunakan  bahan  100  tepung
beras,  sedangkan  tepung  halus  yang  mengalami  kerusakan  pati  yang  lebih tinggi  lebih  disukai  untuk  tepung  campuran  yang  mengandung  36  tepung
beras Nishita dan Bean, 1982. Kandungan asam amino esensial beras dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi Asam Amino Esensial Beras
Asam amino Kandungan
mgg Isoleusin
Leusin Lisin
Metionin dan Sistin Fenilalanin dan Tirosin
Treonin Valin
Triptofan 41.36
82.71 35.08
42.54 106.95
35.29 58.49
12.10
Sumber: USDA 2008 Tepung  beras  mempunyai  kandungan  asam  amino  lisin  yang  lebih
rendah  dibandingkan  dengan  beras  utuh.  Hal  ini disebabkan  dalam  perikarp, embrio,  dan  lapisan  aleuron  terdapat  kandungan  lisin  yang  lebih  tinggi,
padahal  ketiga  bagian  tersebut  terlepas  dari  beras  pada  saat  proses penggilingan  Juliano,  1980  dan  Hubeis,  1984.  Menurut  Grist  1975,  pada
perikarp  terdapat  banyak  fitin  yang  dapat  membentuk  kompleks  dengan kalsium dan besi, sehingga penyosohan pada beras mengakibatkan kehilangan
kalsium 84, besi 67, protein 29, dan lemak 79. Penyimpangan  fisikokimia  yang  terjadi  pada  tepung  beras  dapat
berupa  warna  pencoklatan  yang  diakibatkan  waktu  dan  tingginya  suhu pengeringan,  serta  cepat  menjadi  berbau  asam  bila  bahan  kurang  kering
setelah  diperlakukan  atau  berbau  tengik  bila  lemak  yang  tersisa  dari  hasil penggilingan  sebelumnya  dihidrolisis  oleh  enzim  lipase  yang  dikeluarkan
oleh serangga Hubeis, 1984.
11
D. Isolat Protein Kedelai