43 Selain  uji  segitiga  dan  uji  rating  hedonik,  saat  melakukan  uji
organoleptik  juga  dilakukan  pengisian  kuesioner  yang  menanyakan  atribut yang  disukai  dan  penting  dalam  penilaian  kesukaan  cookies  campuran
kacang  hijau  dan  tepung  beras  ini.  Pengumpulan  data  ini  bertujuan mengidentifikasi  atribut  sensori  utama  dalam  mengembangkan  cookies  ini.
Gambar 10 menunjukkan atribut organoleptik yang disukai panelis.
Gambar 10. Atribut Organoleptik Cookies yang Disukai Panelis
Gambar  10  menunjukkan  bahwa  atribut  yang  dinilai  penting  dan disukai oleh panelis adalah atribut rasa dan tekstur sehingga uji organoleptik
selanjutnya  dilakukan  untuk  menentukan  jumlah  gula  dan  margarin  yang ditambahkan  karena  kedua  bahan  tersebut  mempengaruhi  atribut  rasa  dan
tekstur dari cookies.
2. Penentuan Jumlah Gula yang Digunakan dalam Formulasi
Kuesioner  yang  diberikan  kepada  30  panelis  ibu-ibu  menunjukkan bahwa atribut rasa merupakan atribut yang paling penting dalam penerimaan
terhadap  cookies  yang  dihasilkan.  Gula  yang  ditambahkan  ke  dalam  adonan cookies
menentukan  rasa  manis  dari  cookies    yang  dihasilkan.  Oleh  karena itu,  jumlah  gula  yang  ditambahkan  di  dalam  formulasi  harus  ditentukan
30
11 2
5 10
15 20
25 30
35
Ju m
lah P
a n
el is
Atribut Cookies
Rasa Tekstur
Warna
44 melalui  suatu  uji  organoleptik  sehingga  pada  nantinya  diketahui  tingkat
kemanisan yang disukai panelis. Fungsi lain gula selain memberikan rasa manis juga untuk memperbaiki
tekstur,  memberikan  warna  pada  permukaan  cookies,  dan  mempengaruhi pengembangan  cookies.  Menurut  Buckle  et  al  1981,  gula  juga  dapat
menurunkan
a
w
sehingga  dapat  menghambat  pertumbuhan  mikroorganisme. Matz  dan  Matz  1978  menjelaskan  bahwa  meningkatnya  kadar  gula  dalam
adonan akan membuat produk yang dihasilkan menjadi semakin keras. Jenis gula yang biasanya digunakan dalam pembuatan cookies biasanya
adalah  sukrosa.  Menurut  Hoseney  dan  Rogers  yang  dikutip  oleh  Faridi 1994,  penggantian  sukrosa  dengan  jenis  gula  lain  seperti  glukosa  dan
fruktosa tidak akan mempengaruhi pengembangan dan penampakan cookies, namun  dari  segi  ekonomis  sukrosa  merupakan  jenis  gula  yang  lebih  murah
bila dibandingkan dengan glukosa dan fruktosa sehingga pembuatan cookies campuran  kacang  hijau  dan  tepung  beras  ini  menggunakan  sukrosa  sebagai
sumber gula. Gula  yang  digunakan  bisa  dalam  bentuk  gula  pasir,  gula  pasir  halus,
atau  tepung  gula.  Besarnya  partikel  gula  dalam  bentuk  adonan  akan mempengaruhi  penyebaran  cookies.  Formulasi  cookies  dalam  penelitian  ini
menggunakan  gula  halus  karena  gula  halus  memiliki  sifat  pengkriman  yang lebih  baik  dibandingkan  dengan  tepung  gula  dan  gula  pasir.  Matz  dan  Matz
1978  juga  menerangkan  bahwa  penggunaan  gula  halus  akan  memberikan hasil  yang  lebih  baik  karena  tidak  menyebabkan  pelebaran  kue  yang  terlalu
besar. Formulasi  awal  menggunakan  gula  sebanyak  35  dari  basis  100
tepung.    Jumlah  ini  merupakan  formulasi  gula  yang  biasa  digunakan  pada cookies
komersial,  oleh  karena  itu  dibuat  tiga  formulasi  dengan  jumlah penambahan gula sebanyak 30, 35, dan 40 dari basis 100 tepung. Hal
ini  dilakukan  untuk  melihat  apakah  ada  perbedaan  nyata  tingkat  kemanisan dan  penerimaan  panelis  terhadap  cookies  yang  dihasilkan.  Formulasi  yang
diujikan disajikan pada Tabel 15.
45 Tabel 15. Formula Cookies untuk Penentuan Tingkat Kemanisan
Bahan Jumlah
Jumlah Jumlah
A B
C
Tepung Beras 78
78 78
Tepung Kacang Hijau 22
22 22
Gula Halus 30
35 40
Margarin 55
0.25 0.2
0.2 0.136
25
Garam Baking powder
Bubuk Vanili Tablet
Multivitamin-
Multimineral Air
Keterangan:   = basis 100 tepung
Cookies dengan  penambahan  gula  sebesar  30,  35  dan  40  basis
100  tepung  menghasilkan  rendemen  masing-masing  sebesar  77.49, 80.00,  dan  80.58  dari  total  adonan.  Gambar  11  menunjukkan  cookies
dengan berbagai tingkat penambahan gula.
Gambar 11. Cookies dengan Berbagai Tingkat Penambahan Gula Uji  organoleptik  yang  dilakukan  kepada  panelis  adalah  rating  tingkat
kemanisan,  rating  hedonik,  dan  ranking  hedonik.  Rating  tingkat  kemanisan bertujuan  untuk  melihat  apakah  ada  perbedaan  yang  nyata  terhadap  tingkat
kemanisan    ketiga  formula  cookies  di  atas,  sedangkan  rating  hedonik  untuk melihat skor penerimaan panelis terhadap produk cookies yang dibuat apakah
berbeda nyata atau tidak pada taraf 5. Uji ranking hedonik dilakukan untuk
46 melihat  produk  cookies  yang  paling  disukai  oleh  panelis.  Gambar  12
menunjukkan hasil uji rating atribut tingkat kemanisan.
Keterangan: Sampel A penambahan gula 30 basis tepung Sampel B penambahan gula 35 basis tepung
Sampel C penambahan gula 40 basis tepung Skor 1 = sangat  tidak manis
2 = tidak manis 3 = agak manis
4 = manis 5 = sangat manis
Gambar 12. Hasil Uji Rating Tingkat Kemanisan
Hasil  uji  rating  tingkat  kemanisan  menunjukkan  bahwa  panelis merespon  tingkat  kemanisan  cookies  dengan  skor  antara  3.4-4.0  atau  antara
agak  manis  hingga  manis  dimana  sampel  C  dengan  penambahan  35  gula basis  tepung  menunjukkan  tingkat  kemanisan  tertinggi  diikuti  sampel  B  dan
C.  Hasil  uji  rating  tingkat  kemanisan  juga  menunjukkan  bahwa  tingkat kemanisan  antara  sampel  B  dan  C  tidak  berbeda  nyata  pada  taraf  5,
sedangkan  sampel  A  berbeda  nyata  dengan  sampel  B  dan  C  pada  taraf signifikansi 5.
a a
ab ab
3.4 3.8
4.0
1 2
3 4
5
S k
or K
em an
is an
Sampel
A C
B
47
Keterangan: Sampel A penambahan gula 30 basis tepung Sampel B penambahan gula 35 basis tepung
Sampel C penambahan gula 40 basis tepung Skor 1 = sangat  tidak suka
2 = tidak suka 3 = netral
4 = suka 5 = sangat suka
Gambar 13. Hasil Uji Rating Hedonik Tingkat Kemanisan
Gambar  13  menunjukkan  hasil  uji  rating  hedonik  dimana  panelis merespon  tingkat  kesukaan  pada  cookies  dengan  skor  antara  3.7-3.9  atau
antara  netral  hingga  suka.  Uji  Tukey  menunjukkan  bahwa  tingkat  kesukaan panelis  terhadap  sampel  B  berbeda  nyata  dengan  sampel  C  pada  taraf
signifikansi 5, sedangkan tingkat kesukaan panelis terhadap sampel A tidak berbeda nyata dengan sampel B maupun sampel C pada taraf signifikansi 5.
Gambar 14 menunjukkan hasil uji ranking hedonik. Uji ranking hedonik menunjukkan  bahwa  nilai  Asymp.  Sig  0.048  lebih  kecil  dari  taraf
signifikansi  yang  digunakan  0.05  sehingga  dapat  disimpulkan  sampel berbeda nyata pada taraf 5, namun uji Friedman Test menunjukkan bahwa
sampel  B  merupakan  sampel  yang  paling  disukai  panelis.  Uji  LSD  rank Least  Significant  Difference  dilakukan  sebagai  uji  lanjutan  karena  sampel
berbeda  nyata  pada  taraf  5  dan  hasil  uji  LSD  rank  menunjukkan  bahwa a
a a
b
3.9 3.9
3.7
1 2
3 4
5
S k
or Pe
n er
im aan
Sampel
A B
C
48 sampel C tidak berbeda nyata dengan sampel A dan B, sedangkan sampel A
dan B berbeda nyata pada taraf signifikansi 5.
Keterangan: Sampel A penambahan gula 30 basis tepung Sampel B penambahan gula 35 basis tepung
Sampel C penambahan gula 40 basis tepung
Gambar 14. Hasil Uji Ranking Hedonik Tingkat Kemanisan
Analisis  biaya  yang  dilakukan  menunjukkan  bahwa  sampel  A  sebesar Rp.  275,08cookies,  sampel  B  sebesar  Rp.  278,26cookies,  dan  sampel  C
sebesar  Rp.  281,45cookies.  Analisis  biaya  ketiga  sampel  di  atas  secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 16. Sampel A memiliki biaya produksi
yang  lebih  rendah  dibandingkan  sampel  B,  namun  karena  berdasarkan  uji afektif baik rating hedonik dan ranking hedonik menunjukkan bahwa sampel
B  merupakan  sampel  yang  paling  disukai  sehingga  pada  formulasi selanjutnya  menggunakan  penambahan  gula  sebesar  35  dari  basis  tepung.
Cookies terpilih  dengan  penambahan  gula  sebesar  35  dari  basis  100
tepung  memiliki  kadar  air  sebesar  1.93  bk  dengan  nilai
a
w
sebesar  0.362 pada suhu 31.0
o
C dan kerenyahan sebesar 320.7 gf. a
a a
b
2.3 1.7
2.0
1 2
3 4
5
S k
or R
an k
in g
Sampel
A B
C
49
3. Penentuan Jumlah Margarin yang Digunakan dalam Formulasi