Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, dan Kota Tegal. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi hubungan kinerja ekonomi dan
potensi keuangan pemerintah daerah, dampak derajat desentralisasi fiskal, dan perilaku pemerintah kabupatenkota dalam rangka implementasi otonomi daerah
sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 22 dan UU No. 25 Tahun 1999. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis 2-SLS Two Stages Least Square.
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian tersebut antara lain kinerja ekonomi daerah lebih didorong oleh kecenderungan mengkonsumsi dibanding
investasi; potensi keuangan pemerintah daerah berkaitan erat dengan kinerja ekonomi daerah; kebijakan desentralisasi fiskal dari sisi penerimaan
mempengaruhi kinerja ekonomi dan potensi keuangan pemerintah daerah; dampak derajat desentralisasi fiskal terhadap pengeluaran pembangunan infrastruktur
publik tidak dapat netral dari pengaruh faktor lain; dan dalam proses penyusunan APBD terdapat indikasi adanya bias kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat
yang dapat mengarah kepada terjadinya inefisiensi dan inefektifitas alokasi anggaran akibat kurang optimalnya penerapan disiplin dan prioritas anggaran.
2.6. Kerangka Pemikiran
Otonomi daerah diatur dalam UU Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 dan diperbaharui kembali dalam UU Nomor 32 dan 33 Tahun 2004. Pelaksanaan
otonomi darah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah untuk mengelola, mengatur dan
memanfaatkan sumber keuangan daerah dalam rangka meningkatkan kinerja
perekonomian daerah. Hal ini yang menjadi acuan dalam mengembangkan kerangka pemikiran yang digunakan dalam melakukan analisis potensi keuangan
dan kinerja ekonomi daerah. Kerangka pemikiran dibuat untuk menganalisis kinerja ekonomi dan
potensi keuangan Kota Bogor. Analisis kinerja ekonomi dan potensi keuangan daerah dilakukan secara deskriptif dan permodelan dugaan dalam model simultan.
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui kondisi kinerja ekonomi daerah sebelum dan selama desentralisasi fiskal, untuk mengetahui perkembangan dan
kontribusi masing-masing komponen APBD terhadap total pendapatan daerah serta untuk mengetahui tingkat kemampuan keuangan daerah.
Kebijakan desentralisasi fiskal ditujukan untuk meningkatkan kinerja ekonomi daerah. Pemerintah daerah diberikan keleluasaan dalam mengelola
perekonomian daerah. Indikasi dari kemajuan perekonomian daerah adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto. Kinerja ekonomi Kota Bogor
dinilai berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB yang ditinjau dari konsumsi rumah tangga masyarakat Kota Bogor, investasi daerah dan pengeluaran
pemerintah daerah. Potensi keuangan daerah sangat berkaitan erat dengan kinerja ekonomi
daerah. Identifikasi potensi keuangan daerah yang baik tercermin oleh anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD. Potensi keuangan daerah tercermin dari
Pendapatan Asli Daerah PAD dan dana perimbangan. Komponen PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan laba usaha daerah sedangkan dana
perimbangan terdiri dari dana bagi hasil dan dana transfer. Kewenangan yang
dimiliki pemerintah daerah pada masa desentralisasi fiskal akan mendorong pemerintah daerah menetapkan berbagai kebijakan untuk mengoptimalkan potensi
keuangan daerah dalam rangka meningkatkan total pendapatan daerah. Pelaksanaan desentralisasi fiskal diharapkan dapat meningkatkan kinerja
ekonomi dan potensi keuangan daerah. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola kinerja ekonomi dan potensi keuangan daerah diuji pada era
desentralisasi fiskal. Penetapan kebijakan yang tepat dalam mengelola kinerja ekonomi dan potensi keuangan daerah diharapkan mampu menciptakan
pembangunan daerah.
Keterangan :
= Alur Penelitian = Ruang Lingkup Analisis Simultan
= Ruang Lingkup Analisis Deskriptif
Gambar 2.1. Bagan Alur Pemikiran Pembangunan Daerah
Pengeluaran Pemerintah
Investasi Daerah
Pajak Retribusi
Laba Perusahaan Daerah Bagi Hasil PajakBukan Pajak
Dana Transfer Analisis Deskriptif
Konsumsi Ruamah
Tangga Mengetahui kinerja ekonomi
Mengetahui perkembangan dan kontribusi masing-masing
komponen pendapatan daerah Mengetahui tingkat kemampuan
keuangan daerah Potensi Keuangan Daerah
Produk Domestik Regional Bruto Kinerja Ekonomi Daerah
Keuangan Daerah Kewenangan Pemerintah Daerah
Undang-undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 Undang-undang No. 32 dan 33 Tahun 2004
Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal
: Variabel eksogen
: Variabel endogen Gambar 2.2. Bagan Alir Model Kinerja Ekonomi dan Potensi Keuangan
DDF G_PDRBt
INF PDRBt
Ct Gt
PDRBCt TAXt
NTAXt PRFTt
SHRt TRSFt
LORt
LTRt POPt
SBt
WTRt PRFT
t-1
VEHt NTAX
t-1
K_LOSHRt K_LTEt
RECt
PSYt BOt
OTHt
HTLt I
t-1
SBRt
G_DEt It
Ydt
2.7 Hipotesis