dana alokasi khusus memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN, yang berarti bahwa besaran dana alokasi khusus tidak dapat dipastikan setiap tahunnya. Dana
alokasi khusus digunakan khusus untuk membiayai investasi pengadaan danatau peningkatan danatau perbaikan prasarana dan sarana fisik dengan umur ekonomis
yang panjang. Pengelolaan dana alokasi khusus kepada daerah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan selama memperhatikan pertimbangan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Menteri teknis terkait dan instansi yang membidangi
perencanaan pembangunan nasional. Pemeriksaan atas penggunaan dana alokasi khusus oleh daerah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku Bratakusumah dan Solihin, 2004.
2.4.3. Pinjaman Daerah
Pinjaman daerah adalah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang dicatat dan dikelola dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Dana pinjaman merupakan pelengkap dari sumber-sumber penerimaan daerah yang ada dan ditujukan untuk
membiayai pengadaan prasarana daerah atau harta tetap lain yang berkaitan dengan kegiatan yang bersifat meningkatkan penerimaan yang dapat digunakan
untuk mengembalikan pinjaman, serta memberikan mufakat bagi pelayanan masyarakat. Selain itu, daerah dimungkinkan pula melakukan pinjaman dengan
tujuan lain, seperti mengatasi masalah jangka pendek yang berkaitan dengan arus kas Daerah Bratakusumah dan Solihin, 2004.
Besarnya pinjaman daerah perlu disesuaikan dengan kemampuan daerah, karena dapat menimbulkan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Derah tahun-
tahun berikutnya yang cukup besar sehingga perlu didukung dengan keterampilan perangkat daerah dalam mengelola pinjaman daerah. Jenis pinjaman daerah ini
dapat bersumber dari pinjaman dalam negeri maupun luar negeri. Pinjaman daerah dari dalam negeri bersumber dari pemerintah pusat, lembaga keuangan bank,
lembaga keuangan bukan bank, masyarakat dan sumber lainnya sedangkan pinjaman daerah dari luar negeri dapat berupa pinjaman bilateral atau multilateral.
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu
Hermani 2007 meneliti tentang dampak desentralisasi fiskal terhadap perekonomian di Kabupaten Brebes dan Kota Tegal. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pelaksanaan desentralisasi fiskal dari aspek kinerja fiskal, kinerja perekonomian dan tingkat kemiskinan. Di samping itu, penelitian tersebut
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja fiskal, kinerja perekonomian dan tingkat kemiskinan, serta dampaknya terhadap kinerja fiskal,
kinerja perekonomian dan tingkat kemiskinan di Kabupaten Brebes dan Kota Tegal. Penelitian ini menggunakan model simultan dengan metode analisis 2-SLS
Two Stages Least Square. Secara umum penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa desentralisasi fiskal meningkatnya kinerja fiskal dan kinerja perekonomian
daerah serta menurunnya tingkat kemiskinan daerah. Hasugian 2006 menganalisis mengenai kinerja keuangan daerah dan
kemiskinan di Kabupaten dan Kota Propinsi Jawa Barat sebelum dan sesudah