Investasi Daerah Komponen Kinerja Ekonomi Daerah

Variabel dummy desentralisasi menunjukkan pengaruh yang negatif. Artinya, konsumsi rumah tangga menurun selama desentralisasi fiskal. Kondisi ini terjadi diduga disebabkan oleh penurunan konsumsi rumah tangga pada tahun 2001. Selain itu, rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada masa desentralisasi fiskal yang relatif lebih rendah dibandingkan sebelum desentralisasi fiskal. Rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebelum desentralisasi fiskal sebesar 19,38 persen sedangkan setelah desentralisasi fiskal sebesar 5,91 persen. Jika dilihat data perkembangan konsumsi rumah tangga sepanjang tahun 2001 hingga 2007 menunjukkan peningkatan. Peningkatan konsumsi rumah tangga ini diduga didorong oleh variabel lain, yaitu disposable income. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, variabel disposable income berpengaruh nyata dan positif terhadap konsumsi rumah tangga. Variabel suku bunga tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi rumah tangga. Hal ini diduga terjadi karena terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan konsumsi rumah tangga, seperti kebutuhan masyarakat, besarnya biaya kebutuhan pokok masyarakat, pendapatan masyarakat dan lain sebagainya.

5.1.1.2. Investasi Daerah

Investasi daerah merupakan salah satu instrumen yang dapat mempengaruhi kinerja ekonomi daerah. Perkembangan investasi Kota Bogor berdasarkan harga konstan tahun 2000, sepanjang tahun 1993 hingga 2007 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2001, investasi daerah Kota Bogor sempat mengalami peningkatan, namun sepanjang tahun 2001 hingga 2007 relatif menurun. Sumber : BPS Kota Bogor, 1993-2007 diolah. Gambar 5.5. Perkembangan Investasi Daerah Laju pertumbuhan investasi daerah sepanjang tahun 1993 hingga 2007 relatif berfluktuasi. Rata-rata pertumbuhan investasi daerah selama desentralisasi fiskal lebih besar dibandingkan sebelum desentralisasi fiskal. Rata-rata pertumbuhan investasi daerah selama desentralisasi fiskal sebesar 3,24 persen sedangkan sebelum desentralisasi fiskal hanya sebesar -3,59 persen. Tabel 5.3. Pertumbuhan Investasi Daerah Kota Bogor Tahun Pertumbuhan Investasi Daerah Rata-Rata Pertumbuhan Investasi Daerah 1993 -3,12 Sebelum Desentralisasi Fiskal -3,59 1994 -17,22 1995 34,12 1996 -24,09 1997 -4,53 1998 -36,38 1999 16,39 2000 6,11 2001 32,10 Selama Desentralisasi Fiskal 3,24 2002 -5,68 2003 -8,35 2004 -8,18 2005 15,74 2006 2,02 2007 -4,95 Sumber : BPS Kota Bogor, 1993-2007 diolah. 0.00 500000.00 1000000.00 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jut a R upi ah I Untuk melihat berbagai variabel yang mempengaruhi investasi daerah di Kota Bogor, maka dapat dilakukan pendugaan model investasi. Berdasarkan Tabel 5.4, investasi daerah Kota Bogor dipengaruhi secara signifikan oleh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan pengeluaran pembangunan dan suku bunga pada taraf nyata 5 persen. Tabel 5.4. Model Dugaan Investasi Daerah Kota Bogor Variabel Penjelas Parameter Dugaan T-hitung Peluang α Intersep 447089,4 4,627 0,001 Pertumbuhan ekonomi 1672,548 2,310 0,046 Pertumbuhan Pengeluaran pembangunan 646,4223 3,035 0,014 Suku bunga riil -10777,21 -2,515 0,033 Investasi tahun lalu 0,266685 2,232 0,053 Dummy desentralisasi -47831,76 -2,050 0,071 R 2 =0,843 R 2 -adj=0,756 F-hitung=9,6750,002 DW=2,337 h=-0,737 Variabel investasi daerah didorong oleh pertumbuhan ekonomi dengan dugaan parameter sebesar 1672,548. Jika pertumbuhan ekonomi meningkat satu persen, maka investasi daerah akan meningkat sebesar 1672,548 juta rupiah. Pernyataan ini didukung oleh pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan investasi daerah yang cenderung positif Gambar 5.6. G_PDRB I 70 60 50 40 30 20 10 550000 500000 450000 400000 350000 300000 250000 200000 Scatterplot of I vs G_PDRB Sumber : BPS Kota Bogor, 1993-2007 diolah. Gambar 5.6. Pola Hubungan antara Pertumbuhan PDRB G_PDRB dan Investasi Daerah I Variabel pertumbuhan pengeluaran pembangunan berpengaruh positif terhadap investasi Kota Bogor dengan nilai dugaan parameter sebesar 646,4223. Artinya investasi di Kota Bogor didorong oleh pertumbuhan pengeluaran pembangunan. Semakin meningkat pertumbuhan pengeluaran pembangunan maka investasi daerah akan semakin meningkat pula. Jika pengeluaran pembangunan pemerintah daerah meningkat satu persen, maka investasi daerah pun akan meningkat sebesar 646,4223 juta rupiah. G_DE I 150 100 50 -50 -100 550000 500000 450000 400000 350000 300000 250000 200000 Scatterplot of I vs G_DE Sumber : BPS Kota Bogor, 1993-2007 diolah. Gambar 5.7. Pola Hubungan antara Pertumbuhan Pengeluaran Pembangunan G_DE dan Investasi Daerah I Suku bunga berpengaruh negatif dengan nilai dugaan sebesar 10777,21. Artinya, jika suku bunga meningkat sebesar satu persen, maka investasi daerah akan berkurang sebesar 10777,21 juta rupiah. Berdasarkan hasil regresi model dugaan investasi daerah, variabel investasi tahun lalu dan dummy desentralisasi tidak berpengaruh nyata terhadap investasi daerah. Hal tersebut diduga terjadi karena terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi di Kota Bogor, seperti prosedur birokrasi yang relatif panjang, kondisi perekonomian daerah, potensi daerah, kondisi masyarakat dan lain sebagainya. Lokasi instansi pemerintah daerah yang tidak terpusat di suatu tempat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan panjangnya birokrasi untuk berinvestasi di Kota Bogor. Oleh karena itu, pelaksanaan desentralisasi fiskal tidak berpengaruh nyata terhadap investasi daerah.

5.1.1.3. Pengeluaran Pemerintah