Laba Perusahaan Daerah Potensi Keuangan Daerah

disediakan dan diberikan oleh pemerintah, seperti jasa atas tempat rekreasi dan olah raga, sehingga mengurangi pendapatan daerah yang bersumber dari retribusi daerah. Variabel PDRB per kapita tidak berpengaruh nyata terhadap retribusi daerah pada taraf nyata 5 persen. Hal ini diduga terjadi karena peningkatan PDRB per kapita tidak serta-merta mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsinya atas jasa publik dan pemberian ijin yang disediakan oleh pemerintah Kota Bogor. Pernyataan ini didukung oleh pola hubungan antara PDRB per kapita dengan retribusi daerah dimana pola tersebar acak dan tidak berpola Gambar 5.19. Selain itu, pelaksanaan desentralisasi fiskal tidak serta-merta meningkatkan retribusi daerah. Peningkatan retribusi daerah pada masa desentralisasi fiskal lebih didorong oleh faktor-faktor lain seperti jumlah wisatawan dan lain sebagainya. PDRBC NT AX 4.8 4.6 4.4 4.2 4.0 3.8 3.6 3.4 3.2 22000 20000 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 Scatterplot of NTAX vs PDRBC Sumber : BPS Kota Bogor, 1993-2007 diolah. Gambar 5.19. Pola Hubungan antara PDRB per Kapita PDRBC dan Retribusi Daerah NTAX

5.2.3.3. Laba Perusahaan Daerah

Kota Bogor memiliki tiga perusahaan daerah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat pada umumnya. Perusahaan daerah yang dimiliki Kota Bogor antara lain : Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirta Pakuan, Perusahaan Daerah Bank Pasar dan Perusahaan Daerah Transportasi. Pengelolaan perusahaan daerah tersebut harus dilakukan secara efektif dan efisien untuk menghasilkan kinerja perusahaan daerah yang baik. Tabel 5.11. Perkembangan Laba Perusahaan Daerah Kota Bogor Tahun Laba Perusahaan Daerah Juta Rupiah Pertumbuhan 1993 1.168,32 1994 1.562,85 33,77 1995 1.552,94 -0,63 1996 1.777,49 14,46 1997 1.866,64 5,02 1998 1.274,85 -31,70 1999 778,96 -38,90 2000 693,81 -10,93 2001 1.528,04 120,24 2002 1.771,93 15,96 2003 980,42 -44,67 2004 718,58 -26,71 2005 3.652,55 408,30 2006 4.266,52 16,81 2007 5.391,23 26,36 Sumber : BPS Kota Bogor, 1993-2007 diolah. Laba perusahaan daerah merupakan komponen PAD yang mengalami fluktuasi sepanjang tahun 1993 hingga 2007. Pada masa sebelum desentralisasi fiskal, laba perusahaan daerah Kota Bogor relatif rendah, yaitu berkisar antara 693,81 juta rupiah hingga 1.866,64 juta rupiah. Pada tahun 2000, laba perusahaan daerah Kota Bogor sebesar 693,81 juta rupiah dan mengalami peningkatan hingga sebesar 1.528,04 juta rupiah pada tahun 2001. Laba perusahaan daerah selama desentralisasi fiskal mengalami fluktuasi namun relatif lebih besar dibandingkan sebelum desentralisasi fiskal. Laba perusahaan daerah lebih didorong oleh kinerja perusahaan daerah itu sendiri. Berbagai variabel diduga mempengaruhi laba bersih perusahaan daerah, antara lain PDRB per kapita, suku bunga, jumlah konsumsi air minum, laba perusahaan daerah tahun lalu dan dummy desentralisasi. Model dugaan laba perusahaan daerah berdasarkan Tabel 5.12 menunjukkan bahwa laba perusahaan daerah secara signifikan dipengaruhi oleh laba perusahaan daerah tahun lalu pada taraf nyata 5 persen. Tabel 5.12. Model Dugaan Laba Perusahaan Daerah Kota Bogor Variabel Penjelas Parameter Dugaan T-hitung Peluang α Intersep -1189,814 -0,480 0,643 PDRB per kapita 734,2023 1,461 0,178 Suku bunga 9,142051 0,496 0,632 Jumlah konsumsi air minum -0,000071 -0,914 0,385 Laba perusahaan daerah tahun lalu 0,768155 3,129 0,012 Dummy desentralisasi 257,8184 0,305 0,767 R 2 =0,715 R 2 -adj=0,556 F-hitung=4,4970,025 DW=1,940 h=0,378 Variabel laba perusahaan daerah tahun lalu berpengaruh positif terhadap laba perusahaan daerah dengan nilai parameter sebesar 0,768155. Artinya, kenaikan laba perusahaan daerah tahun lalu t-1 akan mendorong perusahaan daerah meningkatkan laba usaha daerah tahun ke-t ceteris paribus. Kondisi ini sesuai dengan hipotesis yang dipaparkan sebelumnya. Variabel PDRB per kapita tidak berpengaruh nyata terhadap laba perusahaan daerah pada taraf nyata 5 persen. Hal ini diduga terjadi karena tidak semua masyarakat Kota Bogor memanfaatkan pelayanan dan jasa yang disediakan oleh perusahaan daerah. Sebagai contoh, perusahaan daerah air minum PDAM hingga saat ini hanya mampu memberikan pelayanannya kepada 47 persen masyarakat Kota Bogor. Selain itu, peningkatan PDRB per kapita tidak serta- merta mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsi air minum. Oleh karena itu, peningkatan PDRB per kapita tidak berpengaruh nyata terhadap laba perusahaan daerah. Pernyataan ini diperkuat dengan pola hubungan antara PDRB per kapita dan laba perusahaan daerah yang tidak berpola dan acak. PDRBC PR FT 4.8 4.6 4.4 4.2 4.0 3.8 3.6 3.4 3.2 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 Scatterplot of PRFT vs PDRBC Sumber : BPS Kota Bogor, 1993-2007 diolah. Gambar 5.20. Pola Hubungan antara PDRB per Kapita PDRBC dan Laba Perusahaan Daerah PRFT Variabel suku bunga, jumlah konsumsi air minum dan dummy desentralisasi tidak berpengaruh nyata terhadap laba perusahaan daerah pada taraf nyata 5 persen. Hal ini diduga terjadi karena skala usaha perusahaan daerah yang relatif kecil. Skala usaha yang kecil menyebabkan pengelolaan perusahaan daerah menjadi kurang efektif dan efisien sehingga peningkatan suku bunga dan jumlah air minum tidak mampu meningkatkan laba perusahaan daerah karena biaya pengelolaan perusahaan daerah yang relatif lebih besar. Selain skala usaha yang kecil, prioritas pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Kota Bogor merupakan salah satu alasan variabel suku bunga, konsumsi air minum dan dummy desentralisasi fiskal tidak berpengaruh nyata terhadap laba perusahaan daerah serta rendahnya laba usaha daerah.

5.2.3.4. Dana Bagi Hasil