Karakteristik Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor

82 pedagang martabak kaki lima membeli 1 tabung LPG 3 kg. Semakin tinggi frekuensi pembelian LPG menunjukkan jumlah pemakaian LPG yang semakin banyak.

6.1.3.3 Penggunaan LPG oleh Pedagang Martabak Kaki Lima

LPG adalah bahan bakar utama dalam kegiatan usaha yang dilakukan pedagang martabak kaki lima. Distribusi pedagang martabak kaki lima berdasarkan jumlah penggunaan LPG dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Distribusi Pedagang Martabak Kaki Lima Berdasarkan Penggunaan LPG No Penggunaan LPG kgbln Frekuensi orang Persentase 1. 24 17 42.50 2. 24 – 40 16 40.00 3. 40 7 17.50 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 Berdasarkan hasil penelitian, pedagang martabak kaki lima menggunakan LPG rata-rata 36 kg per bulan. Tabel 27 menunjukkan sebanyak 42.50 persen menggunakan LPG kurang dari 24 kg per bulan, dan 40.00 persen menggunakan LPG antara 24 sampai 40 kg. Semakin besar penggunaan LPG menunjukkan semakin banyak jumlah output yang dihasilkan. Dengan asumsi faktor lain tetap, maka semakin banyak jumlah output yang dihasilkan akan meningkatkan total penerimaan pedagang martabak kaki lima.

6.2 Karakteristik Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor

Warung tenda pecel lele membuka usaha menjelang sore hingga malam hari. Lokasi yang banyak digunakan sebagai tempat beroperasinya adalah pelataran di depan perumahan, perkantoran, atau pusat perdagangan. Warung tenda didirikan menggunakan atap terpal yang terbuat dari plastik anti bocor. 83 Warung-warung tenda dalam penelitian ini menyajikan menu pecel lele, pecel ayam, bebek goreng, dan makanan laut Seafood. Jumlah pedagang warung tenda pecel lele yang diteliti dalam penelitian ini adalah 40 orang. Karakteristik pedagang warung tenda pecel lele dibagi menjadi karakteristik umum, karakteristik usaha, dan karakteristik berdasarkan pola konsumsi LPG. Karakteristik umum pedagang warung tenda pecel lele digambarkan oleh jenis kelamin dan umur, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, lama waktu berdagang, dan sumber modal. Karakteristik usaha warung tenda pecel lele digambarkan oleh penggunaan beras, penggunaan lele, penggunaan ayam, jumlah output yang dihasilkan, harga produk rata-rata, dan jumlah tenaga kerja. Karakteristik berdasarkan pola konsumsi LPG digambarkan melalui tempat pembelian LPG, frekuensi pembelian LPG dalam sebulan, dan jumlah penggunaan LPG dalam satu bulan.

6.2.1 Karakteristik Umum Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota

Bogor

6.2.1.1 Jenis Kelamin dan Umur Pedagang Warung Tenda Pecel Lele

Penelitian kepada 40 pedagang warung tenda pecel lele menunjukkan bahwa 39 orang berjenis kelamin laki-laki dan satu orang berjenis kelamin perempuan. Perempuan mengalami kesulitan untuk ikut berdagang dikarenakan waktu berdagang yang dimulai sejak sore hari hingga malam hari, bahkan tidak jarang hingga dini hari. Responden perempuan pada penelitian ini ikut berdagang karena lokasi berdagang yang sangat dekat dengan rumah responden tersebut. Umur pedagang warung tenda pecel lele dari hasil penelitian dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu pedagang usia dibawah 21 tahun, 84 21-31 tahun, dan di atas 31 tahun. Pembagian masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Umur No Kelompok Umur Tahun Frekuensi Orang Persentase 1. 21 6 15.00 2. 21 – 31 26 65.00 3. 31 8 20.00 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 Umur responden pedagang warung tenda pecel lele yang paling muda adalah 16 tahun dan yang paling tua adalah 38 tahun. Tabel 28 menunjukkan bahwa kebanyakan pedagang warung tenda pecel lele berada pada selang umur 21-31 tahun yaitu sebanyak 60.00 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha warung tenda pecel lele di Kota Bogor dilakukan oleh pedagang yang berada pada rentang umur produktif untuk bekerja.

6.2.1.2 Tingkat Pendidikan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele

Tingkat pendidikan formal pedagang warung tenda pecel lele dalam penelitian ini dimulai dari lulusan Sekolah Dasar SD sampai lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Frekuensi orang Persentase 1. SD 1 2.50 2. SLTP 28 70.00 3. SLTA 11 27.50 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 85 Berdasarkan Tabel 29, jumlah terbanyak yaitu sebesar 70.00 persen adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP, 27.50 persen lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SMA, dan hanya 2.50 persen sisanya adalah lulusan Sekolah Dasar SD. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pedagang warung tenda pecel lele sudah cukup tinggi, yang menunjang pengelolaan atau manajemen usaha yang dijalankan.

6.2.1.3 Pengalaman Usaha Pedagang Warung Tenda Pecel Lele

Kemampuan mengelola usaha tentu dipengaruhi oleh pengalaman setiap individu. Pedagang mempunyai pemahaman yang lebih baik terhadap usaha yang dikelola karena belajar dari pengalaman yang diperoleh dari usaha tersebut. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan pengalaman usaha dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Pengalaman Usaha No Pengalaman Berusaha Tahun Frekuensi orang Persentase 1 1 – 5 7 17.50 2 6 – 10 27 67.50 3 11 – 15 5 12.50 4 16 – 20 1 2.50 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 Hasil penelitian menunjukkan pengalaman usaha pedagang warung tenda pecel lele yang paling lama adalah 17 tahun dan yang paling baru adalah satu tahun. Pengalaman usaha pedagang warung tenda pecel lele rata-rata adalah 8.2 tahun. Berdasarkan Tabel 30 sebesar 67.50 persen responden memiliki pengalaman usaha pada selang 6–10 tahun, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang warung tenda pecel lele sudah memiliki pengalaman yang cukup 86 lama, dan sebagian kecil baru memulai merintis usahanya, atau baru menjalankan usaha turun temurun keluarga.

6.2.1.4 Lama Waktu Berdagang Pedagang Warung Tenda Pecel Lele

Lamanya waktu berdagang adalah waktu dari persiapan membuka tempat berjualan, persiapan bahan sampai proses produksi. Hasil penelitian menunjukkan lama waktu berdagang pedagang warung tenda pecel lele adalah antara 7 jam hingga 13 jam. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan lama waktu berdagang dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Lama Waktu Berdagang No Lama Waktu Berdagang jam Frekuensi orang Persentase 1. 9 21 52.50 2. 9 – 10 16 40.00 3. 10 3 7.50 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 Rata-rata lama berdagang pedagang warung tenda pecel lele adalah 8.75 jam. Berdasarkan Tabel 31, 52.50 persen responden pedagang warung tenda pecel lele berdagang di bawah sembilan jam, yang berarti lama waktu bekerja pedagang warung tenda pecel lele masih sesuai dengan standar normal waktu kerja manusia. Pedagang warung tenda buka setiap hari dari senin hingga minggu mulai dari pukul 16.00 WIB dan tutup pukul 00.00 WIB, namun pada hari-hari libur atau hari minggu jumlah pembeli semakin banyak sehingga lama waktu berdagang bertambah hingga pukul 03.00 WIB. 87

6.2.1.5 Sumber Modal Usaha Pedagang Warung Tenda Pecel Lele

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, modal yang digunakan berasal dari modal sendiri dan pinjaman keluarga. Umumnya pedagang warung tenda pecel lele menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan sumber modal usaha dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Sumber Modal Usaha No Sumber Modal Frekuensi orang Persentase 1. Modal sendiri 36 90.00 2. Pinjaman Keluarga 4 10.00 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah, 2011 Tabel 32 menunjukkan bahwa jumlah pedagang warung tenda pecel lele yang bergantung pada modal sendiri adalah 36 orang atau sebesar 90.00 persen. Modal sendiri ini berasal dari tabungan hasil pekerjaan sebelumnya. Modal dari keluarga dekat mudah didapatkan karena tingkat kekeluargaan dan kepercayaan yang tinggi. Modal responden pedagang warung tenda pecel lele tidak ada yang berasal dari pinjaman lembaga keuangan karena para pedagang tidak berani dengan resiko, birokrasi yang sulit dan tidak memiliki agunan atas uang yang dipinjam.

6.2.2 Karakteristik Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor

6.2.2.1 Usaha Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan Beras

Jumlah penggunaan beras pada usaha warung tenda pecel lele berbeda- beda tergantung pada besarnya usaha atau banyaknya pelanggan tiap harinya. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan penggunaan beras dalam usahanya dapat dilihat pada Tabel 33. 88 Tabel 33. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan Beras No Penggunaan Beras kgbulan Frekuensi orang Persentase 1. 200 9 22.50 2. 200 – 400 22 55.00 3. 400 9 22.50 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 Penggunaan beras oleh pedagang warung tenda pecel lele per bulan dimulai dari 120 kg per bulan sampai 960 kg per bulan. Jumlah rata-rata penggunaan beras adalah 320.4 kg per bulan. Tabel 33 menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu sebesar 55.00 persen responden menggunakan 300-400 kg beras per bulan. Hal ini menunjukkan dalam sebulan, cukup banyak porsi masakan yang dihasilkan melihat jumlah beras yang digunakan.

6.2.2.2 Usaha Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan Lele

Jumlah penggunaan lele pada usaha warung tenda pecel lele berbeda- beda tergantung pada banyaknya permintaan tiap harinya. Pedagang warung tenda pecel lele menggunakan ikan lele dengan ukuran sedang hingga besar. Dalam setiap 1 kg terdapat delapan hingga sembilan ekor ikan lele. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan penggunaan lele dalam usahanya dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan Lele No Penggunaan Lele kgbulan Frekuensi orang Persentase 1. 100 4 10.00 2. 100 – 200 27 67.50 3. 200 9 22.50 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 89 Penggunaan lele oleh pedagang warung tenda pecel lele per bulan dimulai dari 90 kg per bulan sampai 240 kg per bulan. Jumlah rata-rata penggunaan lele adalah 168 kg per bulan. Tabel 34 menunjukkan bahwa sebesar 67.50 persen responden menggunakan 100-200 kg lele dalam satu bulan.

6.2.2.3 Usaha Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan Ayam

Bagian ayam yang digunakan oleh pedagang warung tenda pecel lele untuk membuat pecel ayam adalah bagian dada dan paha ayam, dengan ukuran yang cukup besar. Sebagian besar pedagang warung tenda pecel lele membeli daging ayam yang terdiri dari 7-8 potong dalam satu kilogramnya. Walaupun usaha ini bernama warung tenda pecel lele, namun saat ini produk pecel ayam justru lebih banyak diminati dibandingkan pecel lele. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan penggunaan ayam dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan Ayam No Penggunaan Ayam kgbulan Frekuensi orang Persentase 1. 200 17 42.50 2. 200 – 300 21 52.50 3. 300 2 5.00 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 Penggunaan daging ayam oleh pedagang warung tenda pecel lele per bulan dimulai dari 150 kg per bulan sampai 600 kg per bulan. Jumlah rata-rata penggunaan daging ayam adalah 219.75 kg per bulan. Tabel 35 menunjukkan bahwa jumlah responden pedagang warung tenda sebagian besar yaitu 52.50 persen menggunakan ayam antara 200–300 kg per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam usaha warung tenda pecel lele penggunaan ayam lebih besar daripada penggunaan lele. 90

6.2.2.4 Usaha Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Jumlah Output

Warung tenda pecel lele menghasilkan berbagai produk diantaranya adalah pecel lele, pecel ayam, pecel telur, bebek goreng, dan aneka masakan seafood. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah produk yang dihasilkan pedagang warung tenda pecel lele bervariasi dimulai dari 1 500 porsi per bulan hingga 6 000 porsi per bulan. Jumlah masakan yang dihasilkan adalah rata-rata 3 002 porsi per bulan. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan jumlah output yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Jumlah Output No Jumlah Output porsibln Frekuensi orang Persentase 1. 2 000 2 5.00 2. 2 000 – 3 000 30 75.00 3. 3 000 8 20.00 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 Tabel 36 menunjukkan bahwa kebanyakan atau 75.00 persen pedagang warung tenda pecel lele menghasilkan 2 000 sampai 3 000 porsi per bulan. Banyaknya jumlah output yang dihasilkan berpengaruh pada besarnya total penerimaan pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor.

6.2.2.5 Usaha Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Harga Rata-rata Output

Warung tenda pecel lele menghasilkan berbagai jenis masakan. Harga setiap masakan ini berbeda-beda tergantung jenis, bahan bakunya, dan lokasi berdagang. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan harga rata- rata masakannya dapat dilihat pada Tabel 37. 91 Tabel 37. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Harga Rata-rata Output No Harga Rata-rata Output Rpporsi Frekuensi orang Persentase 1. 10 000 8 20.00 2. 10 000 – 15 000 29 72.50 3. 15 000 3 7.50 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 Harga rata-rata masakan dalam penelitian ini dimulai dari Rp 8 500.00 - Rp 25 000.00 per porsi. Tabel 37 menunjukkan bahwa 72.50 persen atau 29 orang menetapkan harga masakannya antara Rp 10 000.00 - Rp 15 000.00 per porsi. Dengan asumsi faktor lain tetap, maka semakin tinggi harga masakan per porsi akan meningkatkan penerimaan pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor.

6.2.2.6 Usaha Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada usaha warung tenda pecel lele terdiri dari tenaga kerja dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja No Jumlah Tenaga Kerja orang Frekuensi orang Persentase 1. 2 4 10.00 2. 2 – 3 32 80.00 3. 3 4 10.00 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 Tabel 38 menunjukkan bahwa 80.00 persen pedagang warung tenda pecel lele memiliki 2-3 orang tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa usaha warung tenda pecel lele ini masih termasuk kelas usaha mikro. 92

6.2.3 Karakteristik Pedagang Warung Tenda Berdasarkan Pola Konsumsi

LPG

6.2.3.1 Tempat Pembelian LPG Pedagang Warung Tenda Pecel Lele

Pedagang warung tenda pecel lele mendapatkan isi ulang LPG 3 kg di berbagai tempat, seperti agen, pasar, dan warung. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan tempat pembelian LPG dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Tempat Pembelian LPG No Tempat Pembelian LPG Frekuensi orang Persentase 1. Agen 22 55.00 2. Pasar 3 7.50 3. Warung 15 37.50 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 Berdasarkan Tabel 39, sebesar 55.00 persen pedagang warung tenda pecel lele membeli isi ulang LPG dari agen. Alasan para pedagang warung tenda pecel lele membeli ke tempat tersebut adalah karena jarak yang dekat dan mudah dijangkau.

6.2.3.2 Frekuensi Pembelian LPG Pedagang Warung Tenda Pecel Lele

Frekuensi pembelian LPG dapat dilihat dari berapa kali pedagang warung tenda pecel lele melakukan pembelian LPG dalam satu bulan. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan frekuensi pembelian LPG terdapat pada Tabel 40. Tabel 40. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Frekuensi Pembelian LPG No Frekuensi Pembelian LPG kalibulan Frekuensi orang Persentase 1. 20 3 7.50 2. 20 – 28 8 20.00 3. 28 29 72.50 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 93 Tabel 40 menunjukkan bahwa 72.50 persen pedagang warung tenda pecel lele melakukan pembelian LPG lebih dari 28 kali. Dalam setiap pembelian pedagang biasanya membeli satu tabung LPG 3 kg. Frekuensi pembelian ini menunjukkan bahwa hampir setiap hari pedagang warung tenda pecel lele melakukan pembelian isi ulang LPG.

6.2.3.3 Penggunaan LPG oleh Pedagang Warung Tenda Pecel Lele

Seperti halnya pedagang martabak kaki lima, LPG adalah bahan bakar utama dalam kegiatan usaha yang dilakukan pedagang warung tenda pecel lele. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan jumlah penggunaan LPG dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan LPG No Penggunaan LPG kgbln Frekuensi orang Persentase 1. 60 1 2.50 2. 60 – 120 30 75.00 3. 120 9 22.50 Jumlah 40 100.00 Sumber : Data diolah 2011 Pedagang warung tenda pecel lele menggunakan LPG rata-rata 103.5 kg per bulan. Penggunaan LPG yang paling kecil adalah 48 kg, dan yang paling besar adalah 252 kg per bulan. Berdasarkan Tabel 41, sebesar 75.00 persen menggunakan LPG antara 60–120 kg per bulan. Semakin banyak LPG yang digunakan menunjukkan semakin banyak output yang dihasilkan. VII. PERMINTAAN LPG LIQUEFIED PETROLEUM GAS PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

7.1 Permintaan LPG Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor