107
menunjukkan bahwa dummy martabak telur berpengaruh nyata sampai pada selang kepercayaan 100 persen.
7.2 Permintaan LPG Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor
Permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor didapat dengan memasukkan variabel-variabel bebasindependen yang diduga
mempengaruhi permintaan LPG ke dalam persamaan regresi linear berganda. Hasil pengolahan data dengan program Minitab versi 15 menunjukkan hasil
pendugaan fungsi permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor pada Tabel 43.
Tabel 43. Hasil Pendugaan Fungsi Permintaan LPG Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor
Pred Koefisien
Standar error
T-hit Peluang
VIF E
Const 2362.5
499.1 4.73 0.000
Harga LPG PLPG -0.04949
0.04664 -1.06 0.297 2.227 -2.1834
Harga Kompor PKGS -0.00007244 0.00006186 -1.17
0.251 2.569 -0.1613 Harga Beras PBRS
-0.01816 0.01107 -1.64
0.111 2.378 -1.3655 Harga Lele PLLE
-0.002010 0.005957 -0.34
0.738 1.718 -0.2738 Harga Ayam PAYM
-0.004439 0.004490 -0.99
0.331 1.985 -1.1320 Harga Minyak Goreng
PMGR -0.17907
0.04961 -3.61 0.001 1.539
-15.876 Harga Rata-Rata
Masakan PRMS 0.000932
0.002299 0.41 0.688 2.935
0.1003 Jumlah Tenaga Kerja
JTK 28.221
7.166 3.94 0.000 2.527
0,6519 Dummy
Masakan Bebek DBBK
25.10 11.87 2.11
0.043
1.628 -
R-Sq 74.5
R-Sq adj 66.9
Durbin Watson 1.25276
F-hitung 9.76
P 0.000
Keterangan : Nyata pada taraf 10 persen Sumber : Data diolah 2011
108
Berdasarkan Tabel 43 maka fungsi permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah sebagai berikut:
DLPG
PL
= 2363 – 0.0495 PLPG - 0.000072 PKGS - 0.0182 PBRS - 0.00201 PLLE – 0.00444 PAYM – 0.179 PMGR + 0.00093 PRMS + 28.2 JTK
+ 25.1 DBBK + e Berdasarkan Tabel 43 dapat dilihat bahwa pada fungsi permintaan LPG
pedagang warung tenda pecel lele semua variabel bebas memiliki tanda koefisien yang sama dengan hipotesis yang diharapkan. Variabel harga LPG bertanda
negatif -, harga kompor gas sebagai barang komplementer bertanda negatif -, harga beras, harga lele, harga ayam, dan harga minyak goreng sebagai barang
input produksi dalam usaha warung tenda pecel lele bertanda negatif -, harga rata-rata masakan, jumlah tenaga kerja, dan dummy bebek bertanda positif +.
Koefisien determinasi R
sq
merupakan ukuran kesesuaian garis regresi linear berganda terhadap suatu data. Berdasarkan Tabel 43, fungsi permintaan
LPG pedagang warung tenda pecel lele memiliki R
sq
sebesar 74.5 persen. Artinya bahwa keragaman permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele di Kota
Bogor dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas sebesar 74.5 persen, sedangkan sisanya sebesar 25.5 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang
tidak terdapat dalam fungsi permintaan. Uji statistik F menunjukkan hasil bahwa secara keseluruhan, variabel-
variabel bebas harga LPG, harga kompor gas, harga beras, harga lele, harga ayam, harga minyak goreng, harga rata-rata masakan, jumlah tenaga kerja, dan
dummy masakan bebek berpengaruh nyata terhadap permintaan LPG pedagang martabak kaki lima di Kota Bogor. Artinya perubahan permintaan LPG
109
dipengaruhi oleh perubahan variabel-variabel bebas harga LPG, harga kompor gas, harga beras, harga lele, harga ayam, harga minyak goreng, harga rata-rata
masakan, jumlah tenaga kerja, dan dummy masakan bebek secara bersamaan. Hal ini terlihat dari P-value untuk uji statistik F yaitu sebesar 0.000 yang lebih kecil
dari = 0.10. Hipotesis menyatakan bahwa apabila F
hitung
lebih besar dari F
tabel
atau nilai probabilitas kurang dari taraf nyata tertentu maka terjadi tolak H
0,
artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Berdasarkan Tabel 43 diperoleh F
hitung
sebesar 9.76 Jika = 0.10 maka F
hitung
9.76 lebih besar dari F
tabel
= 1.828, maka kesimpulan yang diperoleh adalah tolak H
0.
Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel- variabel bebas harga LPG, harga kompor gas, harga beras, harga lele, harga
ayam, harga minyak goreng, harga rata-rata masakan, jumlah tenaga kerja, dan dummy
masakan bebek berpengaruh nyata pada permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele pada selang kepercayaan 90 persen.
Uji-t dilakukan dengan melihat nilai probabilitas masing-masing variabel tidak bebas yang lebih kecil dari taraf nyata 10 persen atau 0.10. Uji statistik t
menunjukkan bahwa nilai probabilitas variabel harga minyak goreng PMGR, jumlah tenaga kerja JTK, dan dummy masakan bebek DBBK lebih kecil dari
0.10 yang berarti bahwa variabel harga minyak goreng, jumlah tenaga kerja dan dummy masakan bebek berpengaruh nyata pada permintaan LPG pedagang
warung tenda pecel lele pada taraf nyata 10 persen. Variabel harga LPG PLPG, harga kompor gas PKGS, harga beras PBRS, harga lele PLLE, harga ayam
PAYM, dan harga rata-rata masakan PRMS menunjukkan nilai probabilitas yang lebih besar dari 0.10 yang berarti bahwa variabel-variabel tersebut tidak
110
berpengaruh nyata pada permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele pada taraf nyata 10 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa secara parsial, hanya harga
minyak goreng, jumlah tenaga kerja dan dummy masakan bebek yang signifikan mempengaruhi permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor.
Fungsi dugaan yang baik harus memenuhi kriteria ekonometrika yang meliputi pengujian asumsi-asumsi dasar seperti tidak terjadinya kasus
heteroskedastisitas, non multikolinearitas, dan tidak terjadi kasus autokorelasi. Fungsi penduga yang baik memiliki variasi dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap. Heteroskedastisitas dideteksi dengan menggunakan grafik scatter plot
seperti pada Lampiran 13. Lampiran 13 menunjukkan titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas, dan tersebar baik di atas
maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada fungsi permintaan LPG pedagang warung tenda pecel
lele, sehingga fungsi tersebut layak dipakai untuk memprediksi permintaan LPG berdasarkan masukan variabel bebasnya.
Pembuktian tidak adanya multikolinearitas dalam fungsi permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele dapat dilihat dari nilai Variance Inflation
Factor VIF pada masing-masing variabel bebas. Jika nilai VIF kurang dari
sepuluh, artinya persamaan tersebut tidak mengalami masalah multikolinearitas. Tabel 43 menunjukkan bahwa nilai VIF semua variabel bebas lebih kecil dari 10,
yaitu antara 1.5 sampai 2.9 sehingga antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain tidak terjadi hubungan yang mendekati sempurna
ataupun hubungan yang sempurna. Berdasarkan hal tersebut, fungsi permintaan
111
LPG pedagang warung tenda pecel lele sudah memenuhi asumsi non multikolinearitas.
Asumsi yang terakhir yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat autokorelasi. Autokorelasi berarti terdapat korelasi antar anggota sampel atau data
pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu. Output hasil regresi memperlihatkan nilai statistik DW adalah 1.25276, dimana dL bernilai 1.01 dan
dU bernilai 2.07. Nilai DW berada di antara 1.01 dan 1.93 dL DW 4-dU, hal ini berarti fungsi pemintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele bebas dari
masalah autokorelasi. Dengan dipenuhinya ke-tiga asumsi dasar tersebut menunjukkan bahwa fungsi permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele di
Kota Bogor memenuhi kriteria model yang baik secara ekonometrika. Pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
LPG pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor menyangkut tingkat signifikansi koefisien masing-masing variabel bebas terhadap permintaan LPG,
kesesuaian tanda koefisien dengan hipotesis awal, dan kondisi di lapangan yang mendukung interpretasi faktor-faktor tersebut.
7.2.1 Harga LPG
Harga LPG PLPG rata-rata yang dibeli pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah Rp 4 961.00 per kg. Koefisien variabel harga LPG
memiliki tanda negatif. Tanda ini sesuai dengan tanda yang diharapkan pada hipotesis awal, dimana harga LPG berpengaruh negatif terhadap permintaan LPG.
Berdasarkan hasil analisis regresi, nilai koefisien regresi harga LPG adalah 0.0495. Artinya setiap kenaikan harga LPG sebesar satu rupiah per kg, akan
menurunkan permintaan LPG sebesar 0.0495 kg dengan asumsi variabel lain
112
tetap, cateris paribus. Nilai probabilitas variabel harga LPG adalah sebesar 0.297 lebih besar dari = 0.10 yang berarti harga LPG tidak berpengaruh nyata terhadap
permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor pada selang kepercayaan 90 persen.
Elastisitas harga LPG terhadap permintaan LPG adalah 2.1834, yang berarti kenaikan harga LPG rata-rata satu persen akan menurunkan jumlah LPG
yang diminta sebesar 2.1834 persen. Nilai elastisitas harga LPG bersifat elastis yang berarti perubahan peningkatan harga LPG memberikan respon yang lebih
besar terhadap penurunan jumlah LPG yang diminta pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor.
7.2.2 Harga Kompor Gas
Kompor gas sebagai barang komplementer LPG diduga mempengaruhi permintaan LPG. Harga kompor gas PKGS rata-rata yang dipakai pedagang
warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah Rp 252 000.00. Koefisien regresi variabel harga kompor gas memiliki tanda negatif. Tanda ini sesuai dengan tanda
yang diharapkan pada hipotesis awal. Harga kompor gas sebagai barang komplementer LPG memiliki hubungan yang negatif dengan permintaan LPG.
Nilai koefisien regresi harga kompor gas adalah sebesar 0.00007244, yang berarti kenaikan harga kompor gas satu rupiah akan mengakibatkan penurunan jumlah
LPG yang diminta sebesar 0.00007244 kg dengan asumsi variabel lain tetap, cateris paribus
. Tabel 43 menunjukkan nilai probabilitas untuk variabel harga kompor gas adalah sebasar 0.251 lebih besar dari = 0.10. Hal ini berarti bahwa
harga kompor gas tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor pada selang kepercayaan 90 persen. Tidak
113
nyatanya pengaruh kompor gas terhadap permintaan LPG diduga karena kondisi di lapangan menunjukkan bahwa kompor gas yang digunakan oleh pedagang
warung tenda pecel lele dapat digunakan selama lima tahun atau lebih. Hal ini mengakibatkan penurunan harga kompor gas pada waktu tertentu tidak
memberikan pengaruh pada permintaan LPG pedagang tersebut. Elastisitas harga kompor gas terhadap permintaan LPG adalah 0.1613,
yang berarti peningkatan harga kompor gas rata-rata satu persen akan menurunkan jumlah LPG yang diminta rata-rata sebesar 0.1613 persen. Nilai elasitisitas harga
kompor gas bersifat inelastis yang berarti bahwa perubahan peningkatan harga kompor gas memberikan respon yang lebih kecil terhadap penurunan jumlah LPG
yang diminta pedagang warung tenda pecel lele.
7.2.3 Harga Beras
Harga beras PBRS diduga sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor,
karena beras adalah salah satu bahan baku utama dalam usaha warung tenda pecel lele. Harga rata-rata beras yang digunakan pedagang warung tenda pecel lele di
Kota Bogor adalah Rp 8 438.00 per kg. Koefisien variabel harga beras menunjukkan tanda negatif. Tanda ini sesuai dengan tanda yang diharapkan pada
hipotesis awal. Harga beras sebagai barang komplementer dari LPG memiliki hubungan yang negatif dengan permintaan LPG, yang berarti peningkatan harga
beras mengakibatkan penurunan permintaan LPG oleh pedagang warung tenda pecel lele. Nilai koefisien regresi harga beras adalah 0.01816 yang berarti
kenaikan harga beras sebesar satu rupiah per kg akan menurunkan permintaan LPG sebesar 0.01816 kg dengan asumsi variabel lain tetap, cateris paribus.
114
Berdasarkan analisis regresi, variabel harga beras memiliki nilai probabilitas sebesar 0.111 lebih besar dari = 0.10 yang berarti bahwa variabel harga beras
tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan LPG pada selang kepercayaan 90 persen. Nilai 0.111 juga menunjukkan bahwa harga beras akan berpengaruh nyata
pada selang kepercayaan 88.9 persen. Elastisitas silang harga beras terhadap permintaan LPG adalah 1.3655,
yang berarti peningkatan harga beras rata-rata satu persen akan mengakibatkan penurunan permintaan LPG rata-rata sebesar 1.3655 persen. Elastisitas silang
harga beras ini bersifat elastis. Elastisitas silang harga beras ini menunjukkan tanda yang negatif yang berarti bahwa beras sebagai barang komplementer atau
pelengkap dari LPG dalam usaha warung tenda pecel lele.
7.2.4 Harga Lele
Lele sebagai salah satu bahan baku dalam usaha warung tenda pecel lele diduga sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi permintaan LPG pedagang
warung tenda pecel lele di Kota Bogor. Harga lele PLLE rata-rata yang digunakan pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah Rp 15 000.00
per kg. Koefisien variabel harga lele menunjukkan tanda negatif. Tanda ini sesuai dengan tanda yang diharapkan pada hipotesis awal. Harga lele sebagai barang
komplementer dari LPG memiliki hubungan yang negatif dengan permintaan LPG, yang berarti peningkatan harga lele mengakibatkan penurunan permintaan
LPG pedagang warung tenda pecel lele. Berdasarkan hasil analisis regresi, nilai koefisien regresi harga lele adalah 0.002010 yang berarti kenaikan harga lele
sebesar satu rupiah per kg akan menurunkan permintaan LPG sebesar 0.002010 kg dengan asumsi variabel lain tetap, cateris paribus. Variabel harga lele
115
memiliki nilai probabilitas sebesar 0.738 lebih besar dari = 0.10 yang berarti bahwa variabel harga lele tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan LPG pada
selang kepercayaan 90 persen. Elastisitas silang harga lele terhadap permintaan LPG adalah 0.2738,
yang berarti peningkatan harga lele rata-rata satu persen akan mengakibatkan penurunan permintaan LPG rata-rata sebesar 0.2738 persen. Elastisitas silang
harga lele ini bersifat inelastis yang berarti perubahan peningkatan harga lele memberikan respon yang lebih kecil terhadap penurunan jumlah LPG yang
diminta pedagang warung tenda pecel lele. Elastisitas silang harga lele ini menunjukkan tanda yang negatif yang berarti bahwa lele merupakan barang
komplementer atau pelengkap dari LPG dalamusah warung tenda pecel lele.
7.2.5 Harga Ayam
Daging ayam juga termasuk sebagai salah satu bahan baku dalam usaha
warung tenda pecel lele. Harga ayam PAYM rata-rata yang digunakan pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah Rp 28 675.00 per kg. Koefisien
variabel harga ayam memiliki tanda negatif. Tanda ini sesuai dengan tanda yang diharapkan pada hipotesis awal. Harga ayam sebagai barang komplementer dari
LPG memiliki hubungan yang negatif dengan permintaan LPG. Berdasarkan hasil analisis regresi, nilai koefisien regresi harga ayam adalah 0.004439. Hal ini dapat
berarti peningkatan harga ayam sebesar satu rupiah per kg, akan menurunkan permintaan LPG sebesar 0.004439 kg dengan asumsi variabel lain tetap, cateris
paribus . Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel harga ayam memiliki nilai
probabilitas 0.331 lebih besar dari = 0.10 yang berarti bahwa variabel harga
116
ayam tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan LPG pada selang kepercayaan
90 persen. Elastisitas silang harga ayam terhadap permintaan LPG adalah 1.1320,
yang berarti peningkatan harga ayam rata-rata satu persen akan menurunkan jumlah LPG yang diminta sebesar 1.1320 persen. Nilai elastisitas harga ayam
bersifat elastis. Nilai elastisitas silang ini menunjukkan nilai yang negatif, menunjukkan bahwa ayam adalah barang komplementer atau pelengkap dari LPG
dalam usaha warung tenda pecel lele.
7.2.6 Harga Minyak Goreng
Minyak goreng sangat dibutuhkan dalam usaha warung tenda pecel lele, karena hampir semua menu yang disediakan di warung tenda pecel lele
menggunakan minyak goreng dalam pengolahannya. Harga minyak goreng PMGR rata-rata yang digunakan pedagang warung tenda pecel lele di Kota
Bogor adalah Rp 9 975.00 per kg. Koefisien variabel harga minyak goreng memiliki tanda negatif. Tanda ini sesuai dengan tanda yang diharapkan pada
hipotesis awal. Nilai koefisien regresi harga minyak goreng adalah 0.17907. Hal ini dapat berarti peningkatan harga minyak goreng sebesar satu rupiah per kg,
akan menurunkan permintaan LPG sebesar 0.17907 kg dengan asumsi variabel lain tetap, cateris paribus. Variabel harga minyak goreng memiliki nilai
probabilitas 0.001 lebih kecil dari = 0.10 yang berarti bahwa variabel harga
minyak goreng berpengaruh nyata terhadap permintaan LPG pada selang
kepercayaan 90 persen. Elastisitas silang harga minyak goreng terhadap permintaan LPG adalah
15.876, yang berarti peningkatan harga minyak goreng rata-rata satu persen akan
117
menurunkan jumlah LPG yang diminta sebesar 15.876 persen. Nilai elastisitas harga minyak goreng bersifat elastis yang berarti perubahan peningkatan harga
minyak goreng lebih kecil dari perubahan penurunan permintaan LPG. Nilai elastisitas silang ini menunjukkan nilai yang negatif, menunjukkan bahwa minyak
goreng adalah barang komplementer atau pelengkap dari LPG dalam usaha warung tenda pecel lele.
7.2.7 Harga Rata-Rata Masakan
Pada penelitian ini harga rata-rata masakan PRMS yang dihasilkan dalam usaha warung tenda pecel lele diduga sebagai salah satu variabel yang
mempengaruhi permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor. Harga rata-rata masakan yang dihasilkan pedagang warung tenda pecel lele adalah
Rp 12 125.00 per porsi masakan. Koefisien variabel harga rata-rata masakan memiliki tanda positif. Tanda ini sesuai dengan tanda yang diharapkan pada
hipotesis awal. Harga rata-rata masakan memiliki hubungan yang positif dengan permintaan LPG, karena dengan meningkatnya harga jual produk maka pedagang
sebagai produsen akan meningkatkan jumlah output yang ditawarkan sehingga jumlah porsi masakan yang dihasilkan semakin banyak dan membutuhkan LPG
lebih banyak. Nilai koefisien regresi harga rata-rata masakan adalah 0.000932. Hal ini dapat berarti peningkatan harga rata-rata masakan sebesar satu rupiah per
porsi, akan meningkatkan permintaan LPG sebesar 0.000932 kg dengan asumsi variabel lain tetap, cateris paribus. Variabel harga rata-rata masakan memiliki
nilai probabilitas 0.688 lebih besar dari = 0.10 yang berarti bahwa variabel
harga rata-rata masakan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan LPG pada
selang kepercayaan 90 persen.
118
Elastisitas silang harga rata-rata masakan terhadap permintaan LPG adalah 0.1003, yang berarti peningkatan harga rata-rata masakan satu persen akan
menaikkan jumlah LPG yang diminta sebesar 0.1003 persen. Nilai elastisitas harga rata-rata masakan bersifat inelastis yang berarti perubahan peningkatan
harga rata-rata masakan memberikan respon yang lebih kecil terhadap peningkatan jumlah LPG yang diminta pedagang warung tenda pecel lele di Kota
Bogor.
7.2.8 Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja JTK menunjukkan skala usaha pedagang warung tenda pecel lele dan diduga sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi
permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor. Jumlah tenaga kerja pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor rata-rata adalah dua sampai
tiga orang. Koefisien variabel jumlah tenaga kerja memiliki tanda positif. Tanda ini sesuai dengan tanda yang diharapkan pada hipotesis awal. Jumlah tenaga kerja
memiliki hubungan yang positif dengan jumlah permintaan LPG, berarti semakin banyak jumlah tenaga kerja menunjukkan skala usaha yang lebih besar sehingga
membutuhkan LPG lebih banyak. Berdasarkan hasil analisis regresi, nilai koefisien regresi jumlah tenaga kerja adalah 28.221. Hal ini dapat berarti
penambahan jumlah tenaga kerja satu orang, akan meningkatkan permintaan LPG sebesar 28.221 kg dengan asumsi variabel lain tetap, cateris paribus. Variabel
jumlah tenaga kerja memiliki nilai probabilitas 0.000 lebih kecil dari = 0.10 yang berarti bahwa variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap
permintaan LPG pada selang kepercayaan 90 persen. Nilai 0.000 juga
119
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja berpengaruh nyata sampai pada selang kepercayaan 100 persen.
Elastisitas jumlah tenaga kerja terhadap permintaan LPG adalah 0,6519, yang berarti penambahan jumlah tenaga kerja rata-rata satu persen akan
meningkatkan jumlah LPG yang diminta sebesar 0,6519 persen. Nilai elastisitas jumlah tenaga kerja bersifat inelastis yang berarti perubahan penambahan jumlah
tenaga kerja memberikan respon yang lebih kecil terhadap peningkatan jumlah LPG yang diminta pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor.
7.2.9 Dummy Masakan Bebek
Hasil analisis regresi menunjukkan koefisien variabel dummy masakan bebek DBBK memiliki tanda positif yang berarti apabila pedagang warung
tenda pecel lele memproduksi masakan dari olahan bebek akan meningkatkan permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele, dibanding pedagang warung
tenda pecel lele yang tidak memproduksi masakan dari olahan bebek. Variabel dummy
masakan bebek memiliki nilai probabilitas 0.043 lebih kecil dari = 0.10 yang berarti bahwa variabel dummy masakan bebek berpengaruh nyata terhadap
permintaan LPG pada selang kepercayaan 90 persen.
VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA
BOGOR
8.1 Pendapatan Usaha Martabak Kaki Lima di Kota Bogor